▪️Paper Plane [END]

14.9K 1.8K 1.6K
                                    

' Bagimu ini akhir, tapi bagiku ini adalah awal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

' Bagimu ini akhir, tapi bagiku ini adalah awal. Menangis itu wajar, kau memiliki perasaan. Tapi apa kau tau? Kita juga mengharapkan hal yang sama, tidak ingin terluka di akhir cerita... '

.
.
.
Last Chapter ✨
Ready?
VOTE ⭐️•
.
.
.

Seolah waktu telah berhenti berputar, debaran jantung yang mengeras ini mengarahkan pandangan mata kedua manusia yang sudah lama tak berjumpa itu di tempat ini tanpa sengaja. Air mata menetes begitu cepat, tapi hanya senyum hangat yang di tunjukkan oleh Park Jisung sekarang.

Tangannya dingin di dalam saku celana, di saat ia melihat sosok itu setelah waktu berlalu begitu lama- rasanya ingin ia mengatakan sebuah kalimat yang selama ini ia pendam sendiri.

Namun, ia sangat mengerti bahwa tak ada gunanya lagi bicara. Tak ada gunanya lagi memohon, karena semuanya sudah terlambat. Semua sudah terjadi tanpa bisa di putar kembali.

" Kau masih sama seperti dulu. " ucap Jisung, tanpa mau lebih mendekat pada Chenle. " Tapi kau terlihat lebih manis dengan cincin itu. "

Chenle mengepalkan kedua tangannya, kepalanya masih menengadah penuh pada sosok tinggi itu sambil berlinang air mata. Ia tak mampu berkata karena mulutnya terasa terkunci entah kenapa.

" Aku ingat saat kau dulu masih jadi murid baru. Dan kau duduk di sebelahku sebagai seorang chairmate yang membuatku berhasil mengagumimu. " Jisung tertawa kecil mengingatnya.

Memori itu tentu masih jelas tergambar di saraf otaknya tanpa bisa di lupakan. Karena masa lalu itu tidak bisa dengan mudahnya terhapus, bahkan jika orang itu berusaha melupakannya.

" Haruskah aku mengucapkan 'selamat'? " Jisung melihat tak ada respon apapun dari Chenle yang masih diam di hadapannya. " Selamat, kau telah mendapatkan seseorang yang pantas seperti Lucas. "

Chenle menyeka air matanya dengan kasar, kemudian memalingkan wajah saat Jisung terus menatapnya sambil berkaca-kaca.

" Mau sampai kapan kita terus terluka, Chenle-ya? "

Chenle menelan salivanya dengan kasar, sebisa mungkin untuk tidak menangis di hadapan Jisung. Padahal hatinya sudah menjerit sakit. Sekarang orang yang membuatnya merasa sangat kecewa itu berdiri tepat di hadapannya.

" Kemana saja kau selama ini?! Kau pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun padaku! Kau bahkan menjauhiku! Apa kau tau dulu aku tersiksa tanpamu, Jisung-ah?! Jika tidak ada Lucas, aku bisa saja mati gantung diri karena harus hidup tanpamu...!!! " bentak Chenle di sertai suara isak tangis paraunya.

Jisung menunduk sambil tersenyum miring. Ya, karena ia sudah paham semuanya sekarang. Kini ia sudah mengerti kenapa semua ini bisa terjadi setelah ia memikirkannya berulang kali.

" Tujuanku menjauhimu dulu adalah karena aku tidak ingin kau terluka. " balas Jisung. " Tapi malah jauh dari dugaanku, kau ternyata bertunangan dengan mantan pelatih basketku sendiri. "

Basketball Leader [CHENJI\JICHEN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang