Chenle merasa kepalanya sudah mulai membaik karena pengaruh obat yang Jisung berikan tadi, mimisannya juga sudah berhenti dan ia mulai merasa tenang. Sempat berbaring diatas ranjang UKS dan Jisung– menemaninya selama 10 menit disini sambil bermain ponsel.
Chenle duduk di tepi ranjang UKS, ia melihat Jisung yang dengan sigap langsung berdiri dari duduknya.
" Aku mau pulang. "
Chenle berkata seperti itu saat ia menyadari bahwa sekarang sudah pukul 5 sore.
Jisung mengangguk, ia lalu berjalan lebih dekat kearah Chenle dan mulai mengulurkan tangannya untuk membantunya berjalan.
Hanya ada satu yang sedang Jisung pikirkan; Apakah Chenle akan baik-baik saja jika ia menyuruhnya untuk pulang sendiri? Karena tidak mungkin juga ia mengantar Chenle, dirinya selalu sibuk dengan pelatihan basket.
Chenle perlahan turun dari ranjang UKS, dibantu Jisung yang memegangi lengannya karena takutnya Chenle terjatuh.
Setiap kali Jisung menyentuhnya dan peduli padanya– Chenle merasa bahwa ia sedang dalam nirwana karena jantungnya yang terus berpacu begitu kuat. Berbalapan dengan darahnya dan hatinya yang memanas saat Jisung menatapnya dengan lekat.
" Jisung-ah, aku bisa berjalan send— "
" Jangan gila. " potong Jisung cepat.
Bibir Chenle terkatup rapat saat mendengar Jisung memotong ucapannya dengan nada tegas dan dengan dahi berkerut yang membuat siapapun pasti bergetar takut.
Jisung kembali membantu Chenle berjalan, ia berharap ada Mark atau Renjun yang datang kesini untuk membantunya. Tapi sialnya, dua manusia yang sedikit tidak berguna itu selalu saja tidak ada saat Jisung sedang membutuhkannya.
Di perjalanan saat mereka sampai di dekat lapangan basket, Chenle melihat Haechan yang berlarian kearahnya dengan suara teriakkan bak chipmunk yang sedang menjerit.
Haechan langsung meraih tubuh Chenle yang terkejut dan karena Haechan memeluknya secara tiba-tiba, jangan lupakan juga ekspresi panik yang tampak menyedihkan itu.
" Apa kau baik-baik saja? Astaga... Aku benar-benar khawatir! Tadi aku ingin menunggumu di UKS sampai kau merasa lebih baik, tapi tadi Jeno— "
Chenle mengangguk paham dengan senyum simpulnya.
" Gwaenchana, aku paham " balasnya hangat.
Haechan bernapas lega sambil menangkup pipi Chenle yang begitu menggemaskan di matanya.
Haechan lalu mendelik pada Jisung yang kini menatap datar tanpa ekspresi pada tingkahnya pada Chenle tadi.
" Kau... Dirawat oleh singa sekolah ini? Aku tidak percaya...! " sarkas Haechan pada Jisung yang langsung melempar tatapan sinisnya.
Chenle tertawa kecil ketika ia melihat raut wajah Jisung yang nampak sedang menahan amarahnya untuk Haechan.
Tapi Jisung tahu– Haechan akan lebih mengamuk bak nenek yang sedang marah pada cucunya jika ia tidak mau mengalah.
Terkadang Jisung merasa aneh; Mengapa Mark bisa menyukai adik kelas yang galak bagai harimau seperti Haechan?
Ngomong-ngomong soal Mark dan Haechan, sejujurnya Mark pernah bercerita pada Jisung bahwa ia– menyukai adik kelasnya yang imut dan manis bernama Lee Haechan.
Cih!
Jisung berdecih saat ia mendengarnya. Terlebih saat Mark menambahkan kalimat 'imut' yang membuat Jisung ingin muntah." Jisung— "
KAMU SEDANG MEMBACA
Basketball Leader [CHENJI\JICHEN]
Fanfic[TELAH DIBUKUKAN!] ✓ Completed! {End: 07.14.20} '' Mana yang akan lebih kau pilih? Cita-cita atau cinta? '' Park Jisung yang tegas dan dingin bisa jatuh cinta pada teman sebangkunya sendiri; Zhong Chenle, bahkan ketika semua orang tahu dia sulit unt...