21:10 KST.
Langit berwarna hitam pekat dan turun air hujan yang begitu deras, hingga membasahi jalanan yang sepi dan dingin ini. Dua orang pemuda tampak sedang kebingungan dan panik, pakaian yang mereka kenakan basah kuyup karena di guyur hujan.
Pemuda dengan rambut hitam tengah sibuk menelfon siapapun yang sekiranya dapat di hubungi dan menolongnya disini.
Motor yang ia bawa tiba-tiba saja mogok, dan ia menebak bahwa ini karena air hujan yang membuat motornya tidak bisa di nyalakan seperti ini. Hampir 1 jam lebih mereka terjebak disini dan hujan tak kunjung mereda.
" Renjun-ah... "
Pemuda yang tengah sibuk menghubungi setiap kontak yang ada di ponselnya itu; Huang Renjun. Kini ia terhenti dan menoleh untuk menatap sosok pucat yang terlihat kedinginan di belakangnya.
Renjun menghampirinya, ia lalu menarik tangan dingin pemuda manis itu ke dekat pohon yang cukup rindang di pinggir jalan.
" Bertahanlah sebentar lagi, Jaemin-ah. "
Jaemin merasa sudah tak tahan lagi menopang tubunnya sendiri, ia sudah kedinginan dan merasa nyaris membeku disini. Bibirnya memucat dan bergetar, tapi dia berusaha menahan dirinya untuk tetap bertahan.
Tubuh Jaemin mulai sempoyongan dan kepalanya mendadak berdenyut-denyut.
Ketika melihat Jaemin yang nyaris jatuh, Renjun dengan sigap menahannya dan mendekapnya dengan erat.
" Di-dingin... " Jaemin berkata di tengah-tengah sisa tenaganya yang mulai lenyap perlahan-lahan.
Tanpa babibu, Renjun lalu membuka jaket denimnya dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya masih menahan tubuh Jaemin. Ia lalu memakaikan jaket denimnya pada Jaemin dengan terburu-buru, kemudian kembali mendekap tubuh lemas itu lebih erat lagi.
Tidak ada satupun orang yang bisa ia hubungi. Sinyal disini jelek, dan Renjun benar-benar semakin dibuat frustasi. Tadi panggilannya sempat terhubung dengan Jeno, namun tiba-tiba saja mati karena sinyalnya menghilang.
Ia tak bisa membiarkan Jaemin kedinginan disini dan kehujanan terus-menerus. Renjun benar-benar tidak habis pikir; kenapa hujan bisa tiba-tiba turun deras seperti ini dan membuat dirinya kesialan?
Renjun lalu menundukkan sedikit kepalanya untuk melihat wajah Jaemin yang semakin memucat dengan bibir bergetar karena kedinginan.
Kedua mata pemuda manis itu terpejam karena merasa kesadarannya perlahan-lahan mulai lenyap.
" Tidak, tidak. Jaemin-ah, bertahanlah sebentar lagi...! " Renjun mengusap panik rambut basah Jaemin yang tidak lagi menggubris ataupun bergeming.
Ia menatap lama wajah pucat Jaemin sambil berpikir keras. Dan kemudian sebuah ide melintas di pikirannya, tapi itu sedikit— membuatnya ragu.
Tetapi tak ada pilihan lain lagi, ia tak bisa membiarkan Jaemin pingsan karena kedinginan disini. Terlebih saat ini ia juga merasa sangat kedinginan, bajunya sudah basah kuyup.
Pemuda berdarah China itu lalu mengangkat tubuh Jaemin dan menggendongnya, berusaha mencari tempat yang teduh.
Persetan! Renjun tidak peduli. Ia tidak peduli jika dirinya kehujanan atau kedinginan, ia hanya harus menemukan tempat yang teduh untuk membuat Jaemin baik-baik saja.
Karena yah- kelebihan seorang Huang Renjun adalah; memiliki rasa peduli dan belas kasihan yang sangat tinggi pada orang lain.
Napas Renjun naik-turun tidak jelas karena ia menggendong Jaemin dari tempat tadi hingga ke tempat yang sedikit teduh ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Basketball Leader [CHENJI\JICHEN]
Fanfiction[TELAH DIBUKUKAN!] ✓ Completed! {End: 07.14.20} '' Mana yang akan lebih kau pilih? Cita-cita atau cinta? '' Park Jisung yang tegas dan dingin bisa jatuh cinta pada teman sebangkunya sendiri; Zhong Chenle, bahkan ketika semua orang tahu dia sulit unt...