▪️Labyrinth

12.9K 1.7K 1.9K
                                    

Semilir angin sore terasa begitu hangat, nampak matahari senja yang sebentar lagi akan tenggelam dengan awan sore yang indah. Suara tawa bahagia dua orang pemuda di atas motor ninja itu membuat suasana semakin terasa menyenangkan.

Sepanjang perjalanan menuju ke rumah Chenle, Jisung selalu menceritakan kisah lucu yang lagi-lagi membuat kekasihnya itu tertawa lepas.

Di balik sosok Park Jisung yang tegas dan pendiam, dia juga memiliki sifat humoris yang membuat orang-orang terdekatnya terkadang merasa nyaman.

Chenle tersenyum manis di atas bahu kanan Jisung yang masih sibuk mengemudikan motor ninjanya setelah mereka berdua selesai tertawa bersama. Sesekali, Jisung melirik kaca spion motor untuk memastikan Chenle masih tersenyum di atas bahunya.

Kedua tangan halus dan putih itu masih memeluk erat tubuh Jisung dari belakang, dan seketika itu- Jisung merasa hangat luar biasa.

Namun, ada yang membuat Jisung sedikit merasa kecewa. Sebentar lagi mereka berdua akan sampai di rumah Chenle, itu berarti mereka akan berpisah disana. Padahal, Jisung masih ingin berlama-lama menghabiskan sisa waktunya bersama Chenle.

Meskipun di perjalanan keduanya hanya tertawa dan bercanda bersama, tapi entah kenapa waktu rasanya berjalan begitu cepat.

Jisung butuh seumur hidupnya untuk merasa puas setiap kali ia berada di dekat Chenle.

Perlahan, Jisung memelankan laju motornya setelah ia sampai di depan gerbang rumah Chenle. Ia berhenti disana, dan dengan cepat mematikan mesin motornya.

Chenle menghela napas panjang dengan senyum tipisnya. Ia perlahan melonggarkan pelukkannya pada Jisung, dan kemudian turun dari atas motor ninja berwarna hitam pekat itu.

Kedua mata Jisung mengikuti segala pergerakkan Chenle di hadapannya yang tengah membuka helm-nya.

" Helm-nya pas di kepalaku, " ucap Chenle sambil memberikan helm-nya pada Jisung.

Jisung masih duduk di atas motornya, ia hanya diam tanpa mau mengalihkan pandangannya dari Chenle.

Pemuda tinggi itu masih belum mengambil helm-nya dari tangan Chenle. Dia betah memandangi kedua mata bersih yang indah itu di hadapannya.

" Aku sengaja membelikan helm ini untukmu. "

Chenle menautkan kedua alis, " Jadi? "

" Jadi helm-nya untukmu "

Chenle tertawa kecil mendengarnya, membuat gigi-gigi putih rapi itu tertunjuk dengan sendirinya dan kedua mata indah itu tiba-tiba menghilang saat dia tertawa.

Manis.

" Well... Terimakasih "

Jisung mengangguk dengan senyum tulusnya. Ia lalu turun dari atas motornya dan memilih untuk lebih mendekat pada Chenle.

Chenle mengalihkan tatapannya dari Jisung saat ia teringat pada sesuatu; tentang janji Jisung yang akan bernyanyi untuknya.

" Oh ya, kapan kau akan mulai bernyanyi untukku? " tanya Chenle yang langsung membuat Jisung berkedip cepat beberapa kali mendengarnya.

Bernyanyi?

Jisung akui bahwa dia tak punya suara emas yang bagus, tapi yah- untuk Chenle dia tentu akan melakukannya.

Jisung mengangguk, " Sekarang " jawabnya.

Chenle mengangkat kedua alisnya, dalam hati ia merasa tidak yakin dengan suara nyanyian Jisung. Namun dia juga merasa penasaran, jadi ia sangat menantikannya.

Basketball Leader [CHENJI\JICHEN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang