▪️Promise

15.6K 2.1K 1.7K
                                    

Dua gelas cangkir yang kosong terletak di atas meja berbentuk bundar dalam sebuah ruangan remang-remang. Gelas kosong itu kemudian diisi dengan bir berkadar alkohol rendah. Sesuai jumlah gelas, hanya terdapat dua orang saja yang duduk di dekat meja bundar itu.

Lebih tepatnya dua orang pemuda yang saat ini tengah menenggak perlahan-lahan bir yang baru diisi tadi.

Pemuda berambut pirang dengan cepat menghabsikan bir itu hingga tak tersisa sedikitpun. Membuat pemuda menggemaskan yang duduk di hadapannya merengut kaget.

" Jeno-ya, " pemuda menggemaskan itu memanggil pemuda berambut pirang tadi setelah selesai menenggak bir-nya.

Jeno mendongak, menatap lawan bicaranya tanpa ekspresi.

" Kau sudah menghabiskan 3 gelas bir, tidak seperti biasanya. Apa kau sedang ada masalah? " tebak pemuda menggemaskan itu setelah melihat raut wajah Jeno. 

Jeno hanya diam mendengar pertanyaan itu, kepalanya berputar memikirkan sesuatu yang nyaris membuatnya gila belakangan ini.

Karena ia tak bisa berhenti berpikir dan semua itu membuatnya frustasi, akhirnya ia memutuskan untuk datang kesini— ke rumah Haechan untuk sekedar minum bir bersama.

Jeno tidak menceritakan apapun pada Haechan, ia sedari tadi hanya bungkam dan Haechan– tentu ia dapat menebak ekspresi sedih Jeno. Dia mengenalnya sudah sangat lama, dan ia tentu tahu betul bagaimana sifat Jeno lebih dari orang lain.

" Jeno-ya, jika kau punya masalah– cerita padaku. " kata Haechan memecah keheningan.

Jeno membuang napasnya sambil bersandar pada kursi dan melipat kedua tangannya di depan perut.

Merasa malas menanggapinya.

" Jika aku menceritakan semuanya padamu, aku yakin kau tak mempunyai solusi apapun untuk memecahkannya. " balas Jeno datar.

Haechan tertawa tidak percaya saat mendengar ucapan yang terdengar meyepelekan itu.

" Apa kau baru saja menyepelekanku? Hey, Lee Jeno— " Haechan menatap Jeno dengan tajam. "—sudah berapa lama kita berteman, hah? Sudah sangat lama, tapi kenapa kau masih saja meragukanku?! " pungkas Haechan kesal.

" Ya, dan setiap kali aku bercerita padamu tentang semua masalahku– kau hanya akan tertawa dan menganggap semua itu lelucon konyol! "

Haechan menggelengkan kepalanya; tidak terima. 

" Itukan waktu aku masih kecil, sekarang aku sudah dewasa! Aku sudah bisa berpikir lebih dalam! "

Ck!
Jeno berdecak sambil memijat pangkal hidungnya, kepalanya mendadak berdenyut setiap kali ia berdebat dengan Haechan.

Lagipula, siapa orang yang mau berdebat lama-lama dengan Haechan? Jeno yakin tidak akan ada orang yang kuat. Pasalnya, Lee Haechan memiliki berjuta kata untuk membalas semua kalimat lawan bicaranya.

" Jika kau tidak mau bercerita padaku, maka baiklah- aku akan pergi tidur! " ancam Haechan.

Hhhh~

Jeno kembali menghela napasnya, ia lalu memperbaiki posisi duduknya. Kini balas menatap Haechan yang terlihat sangat menunggunya bercerita.

Jeno menyatukan semua jari-jarinya dengan getir di atas meja.

" Aku putus dengan Jaemin "

Pernyataan tak terduga dari Jeno itu membuat Haechan yang mendengarnya terkejut bukan main dengan pupil mata membesar. Napasnya tertahan dan– semua kalimat makiannya untuk Jeno hilang begitu saja.

Basketball Leader [CHENJI\JICHEN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang