"Siang ini Daddy akan pergi ke kantor?" tanya Jimin dengan raut wajah yang menyedihkan.
"Ya, mengajakmu juga jika kau mau."
Jimin mengalihkan pandangannya dari kaca mobil kepada Yoongi yang tengah fokus menyetir di sampingnya, memperlihatkan wajah lucunya pada Yoongi. "Benarkah? Apakah aku boleh ikut?"
"Asalkan kau diam seperti biasanya."
Jimin mengangguk mengiyakan, bahkan menyenderkan kepalanya pada bahu Yoongi. Tidak tega jika Yoongi harus memarahi bayi kesayangannya, jadi dia membiarkan anak itu melakukan keinginannya.Yoongi mengarahkan mobilnya menuju minimarket untuk membeli makanan yang memang seharusnya ia beli untuk Jimin, tadi dia lupa. "Kau tunggu di mobil atau ikut aku?"
"Ikut saja, aku tidak mau sendirian."
Jimin bahkan enggan menyimpan tasnya di mobil, setelah keluar dari mobil dia langsung meraih tangan Yoongi supaya tidak berjalan lebih dulu darinya. "Daddy mau beli apa?"
"Susu kesukaanmu."
"Memangnya habis, ya?"
"Ya."
Seperti biasa setelah Yoongi berhasil menemukan susu, dia akan menemani bayinya berkeliling memilih beberapa cemilan seperti snack untuk dibawanya ke kantor. "Sudah selesai?" tanya Yoongi saat Jimin kembali ke hadapannya.
"Sudah. Daddy mau es krim tidak?"
"Tidak."
Bibir Jimin mendadak mengerucut, sang bayi pasti sudah tahu jika ayahnya lelah sekarang. Tatapan Yoongi terlihat malas.
Yoongi mengelus-elus puncak kepala Jimin supaya anak itu tidak menangis di tempat umum. "Daddy marah?""Tidak, pergi pilih es krim sebanyak yang kau mau. Jika mau belikan untuk Daddy rasa coklat."
Jimin mengangguk kemudian pergi ke tempat penyimpanan es krim setelah menitipkan beberapa snack yang ia beli sebelumnya pada Yoongi, begitu senang sehingga lupa pada waktu dimana Yoongi sudah benar-benar terlambat untuk meeting siang ini.
"Astaga, Jimin ayo cepat! Daddy sudah terlambat!"
Jimin merebut semua snack dan minuman yang dipilih sebelumnya dan meletakkannya ke meja kasir. "Hitung semua ini dengan cepat, Daddyku sudah terlambat," ucapnya sembari menunjuk Yoongi yang tengah fokus pada ponsel.
"Semuanya 10000 won, Tuan."
Yoongi memberikan kartu kreditnya, seperti biasa; orang kaya jarang sekali menggunakan cash.
Setelah keluar dari minimarket Jimin mulai membuka es krimnya, tidak lupa memberikan es krim rasa coklat untuk Yoongi."Daddy, apakah aku jajan terlalu banyak?"
"Tidak, lebih berkurang sekarang. Biasakan, ya?"
Jimin mengangguk dengan raut wajah pasrah, sesekali menjilati es krim vanillanya yang mulai mencair.Yoongi kembali melirik jam tangannya, sesekali melihat ponselnya yang terus bergetar. Orang sibuk. "Kau benar-benar akan ikut bersama Daddy ke kantor? Jika kau merasa bosan nanti, Daddy tidak akan mengantarkanmu pulang."
"Jika aku di rumah bersama siapa?"
"Daddy akan menyuruh paman Seokjin dan paman Namjoon untuk menemani-"
"Aku ikut saja, malas jika harus berdebat bersama anak paman Seokjin."
"Jungkook? Dia kan masih kecil d-"
"Pokoknya tidak mau Daddy~"
Yoongi membuang nafas kemudian membuka pintu mobil untuk Jimin, Yoongi terlihat kembali tersenyum setelah melihat Jimin yang memakan es krim dengan cara yang salah sampai pipi chubbynya terlihat sangat kotor dan lengket. Yoongi hanya bisa meraih tisu dan membersihkan pipi Jimin dengan lembut. "Kau ingin punya mommy tidak?"
Jimin menggeleng sembari menoleh pada Yoongi yang tengah menyetir. "Daddy saja sudah cukup. Masih muda tidak boleh menikah, aku akan dilupakan nanti."
Yoongi tertawa kecil kemudian mengelus puncak kepala Jimin dengan lembut, menjadi single daddy sekaligus young daddy mungkin tidak mudah. Namun, untuk Yoongi itu hal biasa. Jimin 'kan dipungut Yoongi saat berusia 6 tahun.
Meskipun ketika menemukan Jimin usia Yoongi masihlah 15 tahun, tetapi Yoongi sudah tidak tergantung kepada orangtuanya. Sehingga orangtua Yoongi tidak melarangnya untuk merawat Jimin sendirian.
.
.
.
"Min, ini Jimin? Waw, lucu sekali!"Jimin mendengus seraya berlindung di balik tubuh Yoongi setelah salah satu karyawan Yoongi mencubit pipinya. "Daddy~"
"Iya dia bayiku, lain kali jangan cubit. Dia selalu merasa risih jika bukan aku yang menyentuhnya."
"Xiumin-si, apakah kau sudah mengerjakan tugasmu?"
Pria bernama Xiumin itu mengangguk, sesekali menoleh pada Jimin yang terus menarik tangan Yoongi. "Dia kenapa?"
"Itulah dampaknya, dia ketakutan."
"Astaga, maaf. Aku tidak akan mencubit pipi gembulmu lagi."
Jimin mengangguk, ngomong-ngomong dia masih di bersembunyi di balik tubuh Yoongi. "Es krim Daddy dimana?"
"Sudah habis. Semua cemilan itu aku letakkan ke dalam ranselmu ... nanti saja!" ucap Yoongi dengan suara sedikit panik di akhir kalimat, dia melihat Jimin akan membuka tasnya.
"Oh ya, di ruang pertemuan tamu sudah hadir. Kau bisa menemui mereka sekarang, Min."
"Baiklah, aku titip Jimin padamu," ucap Yoongi sembari pergi meninggalkan Jimin yang tengah fokus bermain game anak-anak di ponselnya.
Xiumin mengajak Jimin duduk di salah satu kursi tunggu, dia memang selalu bertugas mengasuh Jimin saat Yoongi tengah meeting.
Bahkan Xiumin pernah mengajak Jimin ke taman bermain karena bayi Yoongi itu menangis kebosanan."Kau lapar?"
"Tidak," jawab Jimin fokus pada gamenya sembari memakan snack rasa keju favoritnya.
"Kau jajan banyak sekali...,"
"Iya, Daddy bilang dia akan lama."
Xiumin mengangguk pelan, kemudian mencoba akrab dengan melihat game yang di mainkan Jimin sesekali membantunya saat bermain.
"Kau bisa memainkan ini?""Iya, Pou pernah ku urus sebelumnya."
"Benarkah?"
"Iya."
Jimin mendekat pada Xiumin sembari memperlihatkan ponsel Yoongi padanya, memberikan beberapa level sulit pada Xiumin di game anak-anak itu. "Kau tau? Daddy mengunduh game ini supaya aku bisa tidur di malam hari.""Benarkah? Baik sekali dia, usiamu berapa?"
"Lima belas tahun."
Xiumin memasang raut wajah terkejutnya, 'usia lima belas tahun tapi kelakuan macam anak-anak dan ... pendek -pikir Xiumin
Sebab yang dia tahu dulu, Yoongi membawa Jimin saat anak itu berusia tujuh tahun."Daddy lama sekali," ucap Jimin setelah tiga bungkus snack yang dimakannya habis, juga kebosanan memainkan game di ponsel Yoongi.
Xiumin mulai kebingungan, meskipun Jimin sudah dewasa tapi anak itu tetaplah bayi yang sama. Mudah menangis. "Ayo cepatlah, Min~"
"Paman Xiumin?"
"Ah, iya?"
sahut Xiumin dengan wajah yang masih terlihat panik."Boleh pinjam ponsel paman tidak?"
"Untuk apa?"
"Kulihat ada game kucing disana~"
Xiumin mengecek ponselnya, ternyata memang benar ada. Ternyata saat Xiumin memainkan ponsel, Jimin melihatnya. Xiumin memberikan ponselnya pada Jimin. "Ini, ponselku bersih, ya."
Jimin mengangguk. "Baik, bolehkah aku kirimkan gamenya pada ponsel Daddy?"
"Silahkan saja."
"Ah, paman aplikasi apa ini!?"
![](https://img.wattpad.com/cover/204256226-288-k212172.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DGMAL: Yoonmin[END[18+]
Fiksi Penggemar[AKAN DI REVISI][my first work; kalo jelek monmaap ini ditulis pas lagi masa-masanya gua norak.] Daddy Give Me A Loly(DGMAL) Yoonmin 18+ [ END ] No Children-No watcher under 18 Kehidupan Min Yoongi single sekaligus ayah muda dengan satu bayinya, Par...