16

2.3K 124 2
                                    

Brakk

"Eh?" Jimin membuka tirai jendela, ngomong-ngomong dia bangun paling awal, ya—pada dini hari.
Terlihat seorang pria berpakaian serba hitam tengah berdiri di samping rumahnya, tidak jauh dari jendela dapur.
"Astaga, siapa dia!?"—Jimin kembali mengintip—"ah, mungkin hanya tetangga yang tengah menunggu tukang kopi keliling ... tapi mengapa pagi sekali!?"

Jimin melanjutkan cuci piringnya, dia tidak bisa mengandalkan Yoongi sebagai single daddy untuk terus mengerjakan pekerjaan rumah setiap pagi. Padahal selalu Jimin yang mengerjakan segalanya bersama bibi Kim kesayangannya itu.
"Tapi, tadi itu apa yang jatuh? Apakah dia yang memecahkan pot bunga?"
Jimin sedikit membuka tirai jendela, tepat wajah pria itu tengah menatap jendela dapur dengan posisi sangat dekat sehingga menghasilkan embun di setiap nafas yang menabrak kaca transparan itu. "Astaga! Wajahnya hampir mirip dengan ... daddy!"

Jimin menaiki tangga dengan cepat bahkan melewati beberapa anak tangga meskipun Yoongi selalu melarang hal seperti itu, melemparkan diri ke ranjang sehingga membangunkan Yoongi yang sedang bermimpi di balik selimut.
"Daddy ... tolong aku," lirih Jimin sembari memeluk Yoongi yang masih tertidur pulas.

"Kau ini kenapa?"
Yoongi mendekatkan Jimin padanya, berpikir bahwa Jimin ingin kembali tidur setelah selesai dari kamar mandi.

"Daddy, ada seseorang di depan jendela. Wajahnya terdapat banyak sekali bekas luka tapi mirip dengan wajahmu sedikit." Jimin semakin memeluk Yoongi, membayangkan wajah pria tadi membuatnya benar-benar takut.

"Kembali tidur dan berhenti bermimpi Jiminnie sayang," ujar Yoongi sembari menarik selimut dan menutup tubuh Jimin yang hanya tertutupi kaos dalam dan celana tidur.

"Aku sedang mencuci piring dan ini sudah pagi-"

"Pukul berapa sekarang?" Yoongi melirik jam tangannya, dia memang jarang melepas arloji mahalnya itu. Yoongi membulatkan mata, "pukul tiga pagi?"

—Jimin tertawa polos, samakan saja dengan anak bodoh saat setelah melakukan kesalahan.

Yoongi mengelus puncak kepala Jimin, mencoba menarik putranya untuk memasuki dunia mimpi. "Kau berkeringat? Basah sekali dahimu," ucapnya yang tidak lagi digubris, Jimin sudah tertidur.
Menarik selimut dari tubuh Jimin dan menyalakan pendingin ruangan.
"Hah? Tubuhnya berkeringat? Dia setakut ini!?"

Yoongi memutuskan untuk memeriksa dapur, membuka tirai jendela

—tidak menemukan apapun.

"Tidak ada apapun? Sudahlah, lebih baik aku kembali tidur."
Yoongi membuka lemari pendingin makanan, membawa sebotol besar air dingin untuk ia bawa ke kamar. Tanpa air, dia akan sulit tidur. Beruntungnya tidak pernah mengompol.

.
.
.


Jimin membuka tirai jendela, memperhatikan kaca transparan yang sedikit kotor. "Nafas seorang pria tadi meninggalkan noda? Daddy melihatnya tidak sih!?"—Jimin menyimpan piring yang telah selesai dibersihkan—"eh tunggu, kenapa ada noda darah di kaca jendela ini?"

Jimin memutuskan untuk membersihkan kaca jendela sebelum berangkat menuju sekolah, Yoongi juga belum bersiap-siap jadi dia masih punya waktu. "Ih, blwooee!" Jimin tiba-tiba mual bahkan hampir memuntahkan isi perutnya, "jorok sekali...,"

"Sedang apa disitu?" Yoongi menghampiri Jimin sembari bertolak pinggang, tidak terlihat marah-sih.

"Lihat daddy, ada darah di kaca...."

"Darah siapa ini!?"

"Bisa jadi pria yang aku ceritakan padamu, aku sudah bilang itu benar tadi."

DGMAL: Yoonmin[END[18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang