21

2K 122 20
                                    

Semuanya telah baik-baik saja sekarang, Jimin bahkan sudah sedikit tenang meskipun Yoongi belum sadar sepenuhnya di ruangan rawat kali ini.
Woozin bahkan berkali-kali mengelus bahu Jimin supaya ia bersabar menunggu dokter mempersilahkan masuk, buah-buahan yang Jimin bawa alami dari rumah dan itu simpanan Yoongi sebelum ia berangkat menuju Jepang.

Namjoon sudah pergi menjemput Jonghan, rindu setelah berhasil bertemu Taehyung yang dipangku Hoseok beberapa menit yang lalu.

"Aku ingin bertemu Jimin," gumam Yoongi pada seorang suster yang tengah membetulkan infus di tangannya, ia mengangguk; memanggil seseorang bernama Jimin.

Woozin menggandeng tangan Jimin, sedikit mendorong tubuhnya untuk memeluk Yoongi yang terbaring lemah dengan beberapa alat medis di tubuhnya. "Aku sayang daddy."

"Bagaimana kabarmu?"

"Aku merindukan daddy selama ini, hmm baik."

Pelukan Jimin rasanya menenangkan hati, luka-luka yang ia derita terasa sembuh begitu saja hanya dengan tubuh hangat Jimin.
Woozin terdiam, ikut serta dalam obrolan hangat keduanya.

"Yoon, maaf saat Wonwoo mengajakmu pergi ke Jepang. Kau hampir mati," ujar Woozin membuat Jimin melepaskan pelukannya dari Yoongi.

"Sudahlah hyung, paling penting aku masih bisa melihat Jimin."

Yoongi menggeser tubuhnya, menarik Jimin untuk tetap dalam pelukannya hingga membuat Woozin keluar dari ruangan pasien itu.

Wonwoo tertawa di luar sana, terdengar jelas hingga menusuk telinga Yoongi. Mengganggu bayinya yang tengah tertidur di sampingnya saja, jika keadaannya memungkinkan pasti Yoongi telah bangkit dan memukul hyungnya itu.

"Ya, aku kira bahwa Yoongi akan menikah dengan Yerin."
Sekilas ucapan itu berhasil menggetarkan hati Yoongi, perkataan Wonwoo yang terdengar bercanda seakan menusuk hatinya. Yerin, wanita yang Yoongi cintai sejak ia berusia 16 tahun sekaligus perempuan yang tak menyukai statusnya sebagai single daddy.

pembicaraan itu bahkan bukanlah dengan Namjoon ataupun yang lainnya, namun Yoongi melihat bahwa Wonwoo asik berbincang bersama seorang pria misterius.

"Wonwoo hyung, dia ... membicarakanku?"
Wajah Yoongi memerah bukan main, amarahnya mereda saat Jimin bergerak di atas ranjang bekasnya terbaring, "aku bahkan belum bisa menerima siapapun sekarang, Yerin akan membunuh bayiku!"

Namjoon membuka pintu, tersentak saat hampir menabrak Yoongi.
"Kau baik-baik saja?"

"Ya."

"Baiklah, kenapa melepas infusmu!? Bahkan aku tak pernah bisa melepas infusku sendiri saat sakit, tapi kau!?"

"Ini tidak sakit, lagipula jarumnya tidak terlalu besar."

Namjoon bergidik, menandakan bahwa polisi yang satu ini sedikit merasa ngeri atas kelakuan Yoongi.
"Kau sudah diperbolehkan untuk pulang, aku bangunkan Jimin setelah membereskan barang-barangmu sajalah!"
Yoongi terdiam, tak ingin menanggapi ocehan Namjoon yang tak pernah berguna saat sampai di telinganya.

Wonwoo terdiam setelah sampai di ambang pintu, rasa takutnya muncul saat Yoongi menatapnya dengan tatapan berbeda.
Dalam hati Yoongi tau bahwa Wonwoo sangat berbeda dengan Woozin yang penyayang, normal dan tidak mesum seperti Wonwoo.

"Kenapa?"
Yoongi berbalik, melepaskan tangan Namjoon dari bahunya secara perlahan. Membuang nafas kemudian mengelus puncak kepala Jimin lembut, hangat bahkan lebih hangat.

"Kau tau, aku hanya ingin terus menjadi single daddy."

"Tidak menginginkan pasangan?"

"Wanita mana yang bisa menerimaku dan bayiku yang telah berusia 15 tahun, masa mudaku saja dulu ku gunakan untuk meniduri wanita."

DGMAL: Yoonmin[END[18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang