24. [ END ]

4K 148 5
                                    

Siap untuk semua ini? Gak nyambung:D
±18
.
.
.
.
.
.
.

Enam tahun berlalu sejak Yoongi kembali dalam masa sendirinya menjadi single parent, menunggu Jimin tersadar selama dua bulan menginap di rumah sakit.
Wonwoo masih hidup dengan ingatannya yang baru, polisi tak berhasil meminta keterangan darinya sebab kondisinya terlalu memungkinkan untuk dimintai keterangan.
Jonghan, putra Namjoon mengalami gangguan mental selama beberapa hari setelahnya. Selalu mengingat tentang kejadian yang baru pertama kali menimpanya, memiliki sebuah ancaman pembunuhan yang tak disengaja.

Jadwal Yoongi dan Jimin hari ini adalah berziarah ke tempat peristirahatan terakhir seluruh keluarganya, beserta orang-orang tersayang lainnya termasuk Irene.
"Enam tahun bukanlah momen menyenangkan untukku, hidup lebih dari satu ancaman membuatku hampir gila," ucap Yoongi, air matanya tak henti-henti membanjiri pipinya.

Jimin sudah dewasa sekarang, usianya dua puluh satu tahun lebih tiga bulan. Menjadi bayi sekaligus kekasih untuk Yoongi, memiliki jadwal ranjang seperti pasangan pada umumnya.

Mental Jimin memang sedikit terganggu sejak saat itu, mengetahui bahwa Bang masih menjadi buronan hingga saat ini membuat ia semakin kalut dalam ketakutan tersendiri. Memilih bersembunyi dibalik tubuh Yoongi apapun resikonya, menjadi orang paling rendah untuk Yoongi.

"Daddy, aku selalu bilang jangan tinggalkan aku."
Yoongi membuang nafas, memperhatikan Jimin yang lagi-lagi manja padanya, "tapi daddy selalu meninggalkanku."

"Tapi kau telah berusia 21 tahun, tak pantas jika aku menyebutmu sebagai bayi lagi."

Jimin duduk di pangkuan Yoongi. "Aku kekasihmu sekarang, belikan aku lolipop lagi."

Yoongi meraih pipi Jimin, menciumnya hingga terlihat bekas kemerahan di sana. "Sejak kapan kau menjadi kekasihku?"

"Sejak aku mencintaimu."
Jimin berdiri, melonjak-lonjakkan kakinya di depan Yoongi dengan bibir sedikit maju.

Yoongi sebenarnya ragu untuk ini, mencontoh keluarga Namjoon sebagai jalan hidupnya tanpa mengadopsi.
Ia kemudian berdiri, memakaikan Jimin sepatu tali merah muda dan sweater biru langit. "Ayo, ke minimarket."

Yoongi masih tinggal di kota yang sama, rumah yang sama, serta kekayaan yang tak pernah berkurang.
Perusahaannya semakin sukses meskipun banyak ancaman untuknya, Namjoon yang berprofesi tetap sebagai polisi, bahkan pangkatnya bertambah hingga menjadi pemimpin membuat Yoongi merasa aman memiliki teman sepertinya.

"Daddy, apa aku bisa lebih tinggi darimu?"

"Aku harap jangan."

Jimin terkekeh, memeluk Yoongi di musim dingin dengan keadaan kota yang ramai sebagai penghibur suasana. Tak lupa berjalan melewati tempat peristirahatan terakhir Irene dan memberikannya doa setiap pagi, Wonwoo dan Yerin juga selalu datang setiap seminggu sekali.

"Untuk kali ini, aku berhasil memiliki kekasih," ucap Jimin, mereka tengah diam di taman kali ini. Memperhatikan bagaimana salju turun sedikit demi sedikit menghantam mantel mereka.

"Selangkanganmu, sembuh kan?"
Jimin menatap Yoongi heran, mencerna baik-baik bahwa sang daddy menanyakan hal bodoh padanya.

"Ya, jadwal kita belum seminggu kan daddy?"

"Tadi kau bilang ingin lolipop."

Jimin terbangun, menatap Yoongi yang menyeringai dengan pipi memerah.
"Daddy meminta lebih?"

"Seharusnya setiap hari."

Jimin menyentuh miliknya, berlari jauh dari Yoongi tanpa membeli lolipop seperti yang dia mau.
Membuka pintu rumah terburu-buru, meninggalkan Yoongi di luar sana yang bersiap membuka mantelnya, "Jimin, buka pintunya."

DGMAL: Yoonmin[END[18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang