11.

2.8K 189 9
                                    

Pendek:(
.
.
.
.

Yoongi terus terdiam, mengharapkan supaya dirinya benar-benar dibebaskan dari siksaan maut yang diberikan Si-hyuk padanya. Tidak terlalu menyakitkan, namun untuk Yoongi hal yang paling menyakitkan adalah meninggalkan Jimin selama ini.
.
.
.
Namjoon memfokuskan diri untuk mencari lebih detail alamat yang tertera di layar ponselnya, sesekali memperhatikan Seokjin dan Xiumin yang sama-sama sibuknya.
Mereka berada di penginapan sekarang, di mana lokasi itu dekat sekali dengan lokasi ponsel Yoongi.

"Kita telah menemukan alamatnya, tapi kita tidak mengetahui di mana tempatnya." Namjoon tengah menghubungi seseorang, dia memberitahukan semua ini pada semua kantor polisi di Seoul-Daegu.

"Ya, alamatnya aneh sekali. Bertahun-tahun bertugas baru kali ini aku menemukan alamat aneh yang tidak aku ketahui detailnya," ucap Namjoon lagi.

Seokjin meraih ponsel, menatap pesan singkatnya yang tak kunjung dibalas oleh Yoongi. Dia benar-benar khawatir sekarang, padahal mustahil jika Yoongi membalas.
.
.
.
Yoongi beberapa kali merasakan getaran dari ponselnya, dimana getaran penggilan dan juga getaran pesan singkat secara terus-menerus.
Dia berbohong pada Si-hyuk bahwa ponselnya hilang saat ia dipukul waktu di parkiran. "Di sini tetap ada sinyal, tapi tempat macam apa sih?"

Si-hyuk menendang kaki Yoongi, dia hanya meringis saat mendapati kakinya yang sudah terpincang-pincang terkena tendangan. "Kenapa kau melakukan itu!?"

"Hanya mengetes, kau tertidur atau tidak."

"Ya, tidak begitu juga. Kaki kananku terluka!"

Si-hyuk berjongkok, memperhatikan kaki Yoongi yang berhiaskan darah kering. Celananya sedikit robek dan kotor. "Nanti aku obati."

"Tidak perlu."

Si-hyuk mendongak, mengelus puncak kepala Yoongi lalu menciumnya. Seperti halnya Yoongi kepada Jimin. "Kenapa?"

"Sebab aku hanya memerlukan putraku."

Si-hyuk berbalik, membelakangi Yoongi. "Jadi, kau ingin pulang atau aku yang membawa putramu ke sini!?"

"Pulang."

"Ijinkan aku untuk menjadi ayahnya juga."

Yoongi memalingkan wajahnya, memperhatikan celah jendela yang menandakan ini sudah malam. Yoongi kelaparan hingga tubuhnya begitu lemah. 'Semoga saja, ponselku tidak kehabisan energi.' -pikir Yoongi

Si-hyuk pergi setelah memberikan segelas susu kepada Yoongi, biasa; dia akan menaruh makanan yang ia bawa ke atas meja kecil di samping Yoongi.
Hanya sebentar, dia kembali dengan beberapa buah-buahan di tangannya. "Makanlah, jika seseorang tau kau di sini nanti. Aku dituduh tidak menguru-"

"Kau memang tidak mengurusku, seandainya mereka tahu dan memenjarakanmu, kemudian kau akan menderita seperti aku," potong Yoongi sembari menyunggingkan senyumnya.

Si-hyuk meraih dagu Yoongi yang menunduk, membiarkan bibir mereka menyatu diiringi dengan amukan kesal dari Yoongi. Jujur saja, Yoongi memang bukan pria yang tidak normal atau dia adalah pembenci kaum haram itu.
Akhirnya, Si-hyuk akan pergi lebih lama dan itu membuat Yoongi bisa leluasa sembari melepaskan tali ikatan pada tangannya.

"Argh!" lirik Yoongi saat tali ikatan tangannya terlepas, jelas sekali luka memar yang di sebabkan tali.

Yoongi meraih ponselnya dari saku celana, meraih jasnya kemudian menoleh kanan-kiri untuk memeriksa apakah Si-hyuk punya anak buah atau tidak.
Mendapati beberapa panggilan tak terjawab dari Jimin, Namjoon dan Seokjin membuat Yoongi memperlihatkan senyum manisnya. "Akh, baterainya hampir habis. Sebaiknya aku pergi dulu dari tempat ini."

DGMAL: Yoonmin[END[18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang