22

2K 123 17
                                    

:"(tadinya mau end di part 20, tapi belum pas👻


Yoongi kembali terdiam, hatinya tak sanggup mengatakan siapa sebenarnya wanita yang ia cintai. Yerin atau Irene? Tidak mungkin keduanya.
Percintaan Yoongi begitu membingungkan, kedua gadis masa muda Yoongi kini kembali secara bersamaan. Tinggal di kota Seoul bahkan tak jauh dari rumahnya.

Malam ini adalah malam kedua setelah kesembuhan Yoongi, dia tak pernah pergi ke mana-mana selain bekerja. Bertemu Irene saja tak mempunyai waktu. Dua wanita 'mantan pujaan Yoongi itu tak pernah bisa menerima Jimin, namun setelah bertemu Irene membuat Yoongi tak lepas dari perasaannya.

"Yoon," panggil Woozin berdiri diambang pintu bersama Wonwoo.
Yoongi berbalik, memperlihatkan wajah penasarannya sebagai tanda tanya untuk dua koper yang mereka bawa, "kami akan pulang ke Jepang."

Yoongi terbelalak, melepaskan lipatan tangan di dada secara tiba-tiba. "Benarkah? Tidak ingin menetap di Korea?"

Wonwoo menggeleng, meyakinkan bahwa dirinya benar-benar akan pulang yang di mana sebenarnya bukanlah tanah airnya. "Perusahaanku di sana, jagalah perusahaanmu," ucapnya.

Woozin mengelus bahu Yoongi, sedikit mengejek terlihat dari raut wajahnya. "Semoga mendapatkan pasangan secepatnya."

Yoongi mengangguk, kembali tersenyum sendiri saat otaknya mengingatkan hatinya pada wajah keibuan Irene. Hingga terlupa pada Yerin yang juga mengincarnya selama ini.
Jimin terdiam di atas ranjang Yoongi, menghampiri sang daddy yang tengah merenung. Ngomong-ngomong dia baru bangun tidur. "Daddy tidak bekerja?"

"Mandilah dulu."
Jimin meraih handuk, menarik Yoongi untuk ikut mandi bersamanya.

Namjoon, Hoseok dan Seokjin kini tak lagi tinggal di rumah Yoongi. Semenjak mengetahui bahwa zombie palsu berwujud asli Wonwoo itu terciduk mereka terlihat sedikit jantan.

Rumah besar mahal Yoongi akan sunyi tanpa ada suara tawa Jimin yang diciptakan oleh Wonwoo, suara berat Woozin yang meminta Yoongi untuk segera memiliki pasangan kini tak akan kembali terdengar.

---

Yoongi melambaikan tangannya pada Jimin dan Jonghan yang baru saja melewati garis gerbang utama sekolah, lagi-lagi bertemu Namjoon setiap pagi.

"Kau mau kemana setelah ini Yoon?"

Yoongi menggeleng, membetulkan dasinya malas sebab memang tak niat masuk kantor hari ini. Tapi harus tetap melakukan tugasnya sebagai bos.
"Bagaimana kalau kita ke restoran dan makan di sana?"

Namjoon membuang nafas, Yoongi ini memang otaknya berisi dengan makanan dan uang. "Aku sudah makan, hari ini aku harus ke kantormu 'kan? Ada meeting."
Yoongi terbelalak, melihat jam tangannya kemudian pergi secara terburu-buru. Namjoon menggeleng, masih dengan jiwa santainya sebagai manager. Tentu saja, jabatannya ditingkatkan tak kalah bedanya dari Xiumin dan Seokjin yang awalnya hanya karyawan sekarang menjadi asisten pribadi Yoongi.

.
.
.

Yoongi berjalan begitu cepat, tidak peduli dengan Namjoon yang terus memanggilnya supaya menunggu. "Yoon, Xiumin di kan-" Namjoon menghentikan kalimatnya setelah Yoongi masuk ke ruangannya tanpa menoleh sedikitpun.

Xiumin terdiam memperhatikan Namjoon yang berjalan menghampiri keduanya. "Yoongi terlalu terburu-buru, padahal meeting satu jam lagi," ucap Namjoon.

Seokjin mengunyah makanannya sedikit pelan, mencoba mendengar perkataan Namjoon sekaligus umpatannya. "Tidak, meeting akan dilaksanakan tiga puluh menit lagi."

"Uhuk!"
Namjoon tersedak kopi milik Xiumin, wajahnya sampai merah hingga kembali ke wujud pucat pasinya, "kenapa tidak memberitahuku?"

"Aku sudah memberitahumu dengan pesan chat, tapi kau tak melihat apalagi membalasnya," ucap Xiumin kemudian melanjutkan sarapannya setelah mendapatkan anggukan juga dari Seokjin.

DGMAL: Yoonmin[END[18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang