15

2.5K 149 4
                                    

Tau orang baik? Ini yang ngasih hospot:(

.
.
.Maaf:"



Jimin hanya tertawa setelah Yoongi dan Namjoon pergi, Yoongi sepertinya bukan contoh yang buruk; hanya karena masih mengantuk tidak mandi di pagi hari, itu tidak apa-apakan?

.
.


"Aku ingin berbicara tentang perusahaan," ucap Namjoon lalu berbalik untuk menatap Yoongi. "Silahkan saja, serius sekali, ya?"

Namjoon menyilangkan tangannya di dada, menutupi dasi yang terbilang cukup rapi untuk dilihat. "Perusahaan di Daegu diambil oleh Hoseok dan aku, perusahaan di Busan oleh Seokjin. Sedangkan, perusahaan di Jepang diambil oleh dirimu dan Min Woozin, hyungmu yang dianggap mati."

Namjoon itu tinggi, membuat Yoongi harus menengadah setiap kali berbicara dengannya. "Mendiang Woozin tidak pernah bercerita ten-"

"Dia tidak mati, ketakutannya meningkat saat akan kembali ke Seoul. Lebih baik kita bicarakan ini di tempat sepi, tertutup dan tanpa mata-mata sedikitpun."
Namjoon memperhatikan sekitarnya, memang banyak orang dan Namjoon merasa nyawa Woozin terancam dalam hitungan detik jika ia menjelaskan semuanya.

Yoongi menempati kursi di samping Namjoon, artinya dia tidak menyetir hari ini. Pertama, Yoongi harus benar-benar mendengarkan Namjoon saat bicara supaya ia tau masalalunya yang penuh air mata itu.

.

Jauh dari rumah Yoongi, menuju kantor dan memilih berbicara di dalam mobil. Harapan semoga tidak hadir mata-mata di dalam mobil.
"Woozin itu tidak mati."

"Lalu siapa yang mati dengan tragis saat aku pulang!?" Berbicara dengan sedikit berteriak, membuat Namjoon membuang nafas dengan kasar.

"Woozin terluka, saat itu aku menemukannya di pinggiran trotoar dengan keadaan tidak sadarkan diri-"

"Memangnya kau dari mana bodoh!?"

"Mengadopsi Taehyung dari panti asuhan Daegu."
Namjoon sedikit menunduk namun dengan pandangan yang fokus ke depan, jalanan ramai dan dia seorang polisi—harus fokus dan tidak terlalu cepat saat menjalankan alat transportasi, apalagi pribadi.

Yoongi memijat dahi, merasakan kepalanya yang hampir meledak. Semua masalah semakin memuncak sekarang, apalagi si Woozin itu hilang bertahun-tahun. "Mendiang Woozin, hehe." Yoongi menyeringai kemudian menatap Namjoon yang terkekeh sebab kata-katanya yang tidak sopan.

"Kapan Woozin hyung pulang ke Korea?"

Namjoon mendecih. "Sudah aku bilang, dia takut untuk pulang!" Membentak .. itulah yang biasa Namjoon lakukan untuk Yoongi; seorang daddy yang mudah pikun sebelum berdurasi satu jam

namun bisa mencerna dengan baik meskipun harus lupa setelan mengingatnya selama kurang lebih sepuluh detik.

Brakkk

"Brengsek!"

Yoongi mendencih. "Jika ucapanmu kasar begitu di depan anak-anak, rasanya Hoseok akan memukulmu hingga kau siap tidur di kamar mandi."

Namjoon tidak sengaja hampir menabrak kucing jalanan, pandangan yang lurus dengan otak fokus pada syaraf telinga sebab Yoongi yang mengoceh.
Yoongi turun dari mobil mewah milik Namjoon, sepatunya yang mahal baru saja menginjak jalan beraspal dengan kasar sampai sekarang. "Kucingnya manis, Jimin akan menyukainya."

Namjoon bergidik, kepalanya keluar untuk memeriksa apakah Yoongi benar-benar berjongkok di depan mobilnya atau tidak. Nyatanya Yoongi memang berjongkok sembari mencoba meraih kucing kotor di depannya. "Ayolah Min, jangan bodoh!"

DGMAL: Yoonmin[END[18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang