20

2K 124 0
                                    

Pendek~***




Seseorang tengah panik, Jimin panik di rumah setelah Namjoon mengabari bahwa pesawat Yoongi jatuh tiga jam setelah keberangkatannya. Beberapa korban dinyatakan hilang termasuk Yoongi dan Wonwoo, sisanya dinyatakan tewas.
Lolipop yang diberikan Yoongi telah habis dikonsumsi semut, Jimin menjatuhkannya selepas menerima kabar buruk dari Namjoon. Kali ini tiada siapapun di kamarnya termasuk Jonghan, sekarang Jimin tidak menginginkan siapapun kecuali kepulangan Yoongi dengan selamat.

Jujur saja, Jimin tidak menginginkan kremasi siapapun. Apalagi seseorang yang sangat ia sayangi bertahun-tahun lamanya.
"Jiminnie, makan dulu."
Terdengar Jonghan mengetuk pintu, sepuluh menit lalu Jonghan melakukan hal yang sama. Namun, jawaban Jimin tidak berubah—tidak nafsu makan sebelum Yoongi ditemukan baik-baik saja, "paman Min baik-baik saja, aku yakin itu."

"Pergilah dan jangan ganggu aku hyung!"
Lagi dan lagi, bentakan dari Jimin berhasil mengusir Jonghan yang awalnya menunggu pintu terbuka dengan harapan 'Jimin dibaliknya tengah girang menerima makanan.

Huft

—tidak ada yang baik-baik saja, Min Yoongi.

.
.
.

"Kapan seseorang menjemput kita dengan satu karung makanan?"
tanya sekaligus ungkapan kesengsaraan dari seorang putra sulung, Min Wonwoo.

Yoongi membuang nafas. "Jangan terus bermimpi, bantu aku menangkap ikan, bodoh!"

"Tidak sopan," kesal Wonwoo bangkit dari duduknya, benar-benar menjadi manusia purba dia sekarang.

"Argggghhhhhh! Kembalikan aku ke rumahku, bangsatttttt!"
Teriakan Yoongi bergema memenuhi pulau terpencil yang ia tempati sekarang ini.

"Berisik sayang, sebentar lagi penderitaan ini akan berakhir."

Yoongi benar-benar kesal sekarang, tidak ada yang bisa mengantarkan makanan untuknya seperti bibi Kim. Tidak ada pula Jimin yang selalu memeluknya, apalagi Namjoon si karyawan terbully.
Yoongi rindu, malamnya terasa dingin tanpa Jimin.
"Pembodohan."

Padahal, beruntung sekali dua manusia korban pesawat jatuh ini masih hidup. Bandingkan mereka yang telah bertemu keluarga dengan tak membawa nyawa, pikirkan Yoon.

"Ponselku hidup, untung aku memasang pengaman milikku-"

"Apa!? Pengaman untuk bermalam?"

"Tentu."

"HOEK!1!1!"

Yoongi muntah tapi tak keluar di sana, berniat untuk meminjam ponsel Wonwoo yang tidak wafat malah mendengar alasan. "Aku harap tidak ada sperma di ponselmu."

"Sepertinya aku tidak orgasme saat melihat pramugari seksi tadi," ujar Wonwoo dengan mata genitnya, memperhatikan tubuh Yoongi yang sedikit terlihat sebab bajunya basah.

"Kau ini mesum, jangan pandang aku wanita. Jika aku bersamamu, aku pihak atas tetap!"

"Aku tetap bersedia."

Yoongi bergidik lalu membelakangi Wonwoo yang tengah mencoba melakukan sesuatu, najisnya Yoongi meraih ponsel Wonwoo yang lengket tak karuan.

'Halloo! Namjoon Namjoon! Tolong aku di pulau terpencil ini-'

Namjoon menaikkan satu alisnya di sana, menatap layar ponselnya yang menandakan bahwa baru saja Yoongi menghubunginya dengan ponsel Wonwoo.—sambungan terputus.

"Hyung, kenapa dulu tidak kau saja yang mengasuh Jimin untuk ibu?"
Yoongi bertanya dengan wajah sedihnya dibiarkan terlihat, kali ini tidak menunduk.

DGMAL: Yoonmin[END[18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang