AYOK VOTE DULU YA, MAN-TEMAN😉
***
Libur sekolah baru saja selesai, semua pelajar dan mahasiswa/i mulai menjalankan kembali tugasnya untuk menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi.
Sebut saja Abigail. Gadis berdarah Italia ini terus memandang bangunan yang menjulang tinggi di hadapannya tanpa berkedip.
Mewah!
Satu kata yang sudah menggambarkan bangunan di hadapannya.
SMA Rajawali, SMA elit di Jakarta yang hanya bisa dimasuki pelajar yang memiliki kecerdasan rata-rata dan di atas rata-rata, dan.. money.
Banyak yang mengatakan jika di SMA Rajawali adalah tempatnya anak sultan, jadi tidak salah jika akan banyak murid sekolah lain yang memilih berpacaran dengan murid SMA Rajawali.
Tepukan di bahu kanannya membuat Abigail menoleh dan tersenyum.
"Udah siap, kan?" tanyanya.
Aisha. Dia adalah sahabat Abigail semenjak SMPnya di Bandung, dan kini mereka berdua kembali di persatukan di SMA Rajawali.
Abigail mengangguk seraya menunjukkan senyum miringnya, "Lo juga udah siap?" tanya balik Abigail.
Keduanya tersenyum lebar kemudian memandang bangunan tinggi di hadapannya.
"SMA Rajawali, i'm coming!!" teriak mereka.
🎵Kau teman sehati
Kau teman sejati
Hadapilah dunia
Genggam tanganku🎵⚍
"Sebagai siswa-siswi baru di SMA Rajawali, kalian harus bisa menjaga sopan santun kalian. Baik dalam berbicara ataupun berperilaku, karena saya sebagai ketua osis sekaligus ketua MOS tahun ini, saya akan bertindak lebih tegas lagi."
Mata tajam milik sang ketua itu terus memperhatikan satu persatu murid baru yang akan menempati kelas X yang sedang dijemur di bawah hangatnya sinar mentari, karena jam masih menunjukkan pukul 07: 55.
Dari banyaknya murid peserta MOS, Abigail, salah satu dari banyaknya peserta yang terus menggerutu kesal dalam hati.
"Ekhem."
Deheman keras dari belakang tubuh Abigail, membuat gadis itu sontak menoleh dan menemukan pria tampan dengan topi abu menghiasi kepala cowok itu.
"Kenapa tidak dalam posisi siap?" tanyanya tegas, meski Abi sempat menangkap raut keterkejutan.
Emangnya muka gue lebih serem dari setan, ya? batin Abi bergumam.
Abi menggaruk kepalanya yang terbungkus topi, "Maaf, Kak."
Abigail kembali membalikkan tubuhnya menghadap pada si ketua yang bernama Syarif Abraham yang tak henti berkoar di depan dengan toa sebagai pengerasnya.
"Mungkin perkataan saya dicukupkan sekian, sekarang kalian masuk ke dalam aula, waktunya dimulai dari.. SEKARANG!"
Para peserta MOS mulai berlarian dengan berdesak-desakan, itu adalah satu hal yang dibenci Abigail setelah bunga mawar. Keramaian.
"Males ah," gumamnya membuat Aisha menoleh.
"Ayok, ah. Gue enggak mau kita kena hukum!" Aisha menarik Abigail agar mau berdesakan.
"Please deh, gue benci desek-desekan," racau Abigail tanpa Aisha hiraukan.
Tanpa sepengetahuan Abigail, sepasang mata tajam terus memperhatikan langkah Abigail yang ogah-ogahan.
Bagaimana dia bisa kembali? Gumam si pemilik mata tajam itu.
⚍
Abigail mengusap keringat yang sedari tadi menetes tak henti, dia bahkan sampai menggunakan topinya sebagai kipas.
"Gila! AC banyak, kenapa enggak dihidupin, buat apa bayar sekolah mahal-mahal kalo fasilitas aja enggak dimanfaatin," gerutu Abigail seraya terus memperhatikan sosok waketos berorasi di depan.
"Waktu dan tempat, kami persilahkan."
See? Materi, again! gerutu Abigail dalam hati.
Selama hampir empat puluh menit, materi ketiga baru selesai, itu benar-benar membuat Abi jengah dan kapok.
"Kapok gue, panas amat di aula," racaunya pada Aisha yang tengah meminum air.
"Elah, biasanya juga lo panas-panasan enggak pernah ngeluh, ini cuman diem di aula segede gini aja lo ngeluh! Enggak kebalik, neng?" tanya Aisha sarkas.
Abigail mengerucutkan bibirnya, "Kalo panas-panasan itu mah beda." Abigail mengelak tak ingin mengalah.
"Terserah lo deh," nyerah Aisha.
"Hy!"
Sapaan ramah dari samping kanan Abigail membuat Abi dan Aisha menoleh.
"Hy," balas Abi dan Aisha.
"Nama gue Dinda, dan ini Tasya." Cewek berambut hitam sepunggung itu mengenalkan dirinya dan cewek dengan rambut pirang di sampingnya.
"Gue Abigail, dan ini Aisha."
"Salam kenal ya," ucap Tasya. "Oh iya, kita juga satu kelompok, gue harap kita bisa solidaritas," lanjutnya membuat Abi dan Aisha tersenyum.
"Eh iya, dari tadi kita perhatiin, lo berdua kayaknya cekcok mulu, kenapa?" tanya Dinda yang memang si ratu kepo.
"Oh, itu Abigail, masa dia lebih milih panas-panasan di luar, katanya beda, dari pada di aula, padahal aula lebih enak," jawab Aisha yang sebenarnya sedikit berbelit.
Tasya dan Dinda mengangguk paham, "kok bisa ya ada yang kayak lo?" tanya Dinda.
"Bisalah, guekan limited edition," jawab Abigail pedenya.
⚍
Tbc.
A/N : Cerita SENIOR ini pengganti DEAR.. COGAN KELAS ya, jadi buat yang udah baca Dear.. cogan kelas, harap baca dari awal. Karena JUDUL yang berbeda dan juga ALUR yang berbeda.
Te amo😙
KAMU SEDANG MEMBACA
𝚂𝙴𝙽𝙸𝙾𝚁✔
Teen FictionTAHAP REVISI "𝙆𝙖𝙡𝙖𝙪 𝙨𝙖𝙮𝙖 𝙨𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙟𝙖𝙩𝙪𝙝 𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙢𝙪, 𝙜𝙞𝙢𝙖𝙣𝙖?" - 𝙎𝙚𝙣𝙞𝙤𝙧. ⚍ SEMUA QUOTES BERASAL DARI GOOGLE DAN PINTEREST. PICT: PINTEREST COVER : CANVA