⚍
Abi memandang foto yang diambilnya saat di pantai Anyar itu. Di foto ada dirinya bersama Kenzo, saat itu entah sengaja atau tidak, Kenzo sedang memandang ke arah lain dan Abigail yang menatap kamera dengan senyum manisnya, sedang Kenzo dengan ekspresinya yang datar.
"Kok bisa gini, ya?" gumamnya meneliti wajah tampan sang kekasih.
Tok... tok... tok
Ketukan pintu kamarnya membuat Abigail segera beranjak untuk membuka pintu dan menemukan sang Bunda tengah berdiri di kusen pintu kamarnya. Segera saja Abigail menghampiri sang Bunda.
"Bunda, ada apa?" tanya Abigail.
Bunda tersenyum namun bisa Abigail lihat mata sang Bunda berkaca-kaca. "Sebenernya Bunda ragu buat bilang ini, sayang. Tapi... ini harus Bunda katakan."
"Memangnya apa, Bunda?" tanya Abigail mulai merasakan perasaan tak enak.
"Kakakmu... Dia---"
"Dia kenapa, Bun? Bilang sama Abi, Kak Wulan kenapa? Bilang, Bun?!" pekik Abi mengguncang sang Bunda.
"Kakakmu ditemukan bunuh diri di ruangannya, Abi."
Ucapan Bundanya membuat kepala Abi terasa memberat dan begitu pusing hingga pandangannya mulai kabur dan semuanya menggelap.
⚍
"Sabar ya, Tante, Tante harus yakin kalo Allah sayang sama Kak Wulan, makanya Allah ambil Kak Wulan." Aisha terus menenangkan Ibunda dari sahabatnya yang masih terguncang, Bunda Abigail.
Disampingnya ada Aldo yang juga menghadiri pemakaman Wulandari, Kakak dari sahabat Aisha. Hingga jeritan dari belakang membuat mereka semua menoleh dan menemukan Abigail dengan wajah pucat serta pakaian pasiennya sedang berontak dalam pelukan Kenzo.
"KAK WULAN GAK MUNGKIN MENINGGAL! DIA UDAH JANJI BUAT TEMENIN AKU, ZO!"
Kenzo sekuat mungkin memeluk Abigail demi menahan amukan gadisnya. "Udah Bi, ikhlaskan Kakak kamu. Dia memang udah gak ada."
"ENGGAK! KAK WULAN MASIH ADA. SEMALEM AJA DIA MASIH NGOBROL SAMA AKU, ZO!" elak Abigail tak terima.
Kenzo mencengkram bahu Abigail sedikit kencang namun tak membuat Abigail takut akan hal itu. Kenzo memaksa wajah Abi untuk menatapnya.
"Denger aku! Semua yang bernyawa itu akan mati, Bi! Semua! Termasuk kamu! Aku! Dan mungkin ini waktunya Kak Wulan yang pergi duluan." Kenzo menekan setiap perkataannya.
Abi memandang Kenzo dengan mata berair, "kamu ngomong gitu sama aku? IYA?! UDAH JELAS-JELAS KAK WULAN BELUM MATI!"
Pekikan itu kembali terdengar. Belum Kenzo membalas Abigail, seseorang menarik gadis itu kemudian terdengar tamparan keras yang mendarat di pipi kiri cewek itu.
"KAMU GAK BISA TERIMA KEMATIAN KAKAKMU?! IYA?! BUNDA YANG PALING TERLUKA DISINI, BI! BUKAN KAMU AJA!"
Teriakan itu membuat pemakaman hening, hanya dipenuhi isakan perih dari mulut Abigail dan sang Bunda yang menahan amarah sekaligus tangisnya.
"Bunda yang paling sakit disini, Bi. Bunda yang mengandung dan melahirkan Wulan, kamu tahu sekarang gimana perasaan Bunda?"
Abigail memandang sang Bunda yang berada dalam pelukan Ayahnya seraya memegangi pipi kirinya yang merah. "Bunda tahu, bukan karena Abi gak terima kematian Kak Wulan, Bun. Abi marah karena Abi tahu ada kejanggalan dalam kematian ini."
Kenzo memandang gadisnya dengan hati yang hancur. "Bi... udah," bisiknya sembari menarik Abi ke dalam pelukannya.
"Sabar ya, sayang." Kenzo mengusap punggung gadis itu lembut.
"Aku gak terima laporan itu, Zo. Aku pengen cari tahu semuanya." Abi memeluk erat Kenzo
"Kita cari tahu bareng-bareng." Kenzo mengecup puncak kepala Abigail lembut.
"Maafin Bunda, sayang." Sang Bunda mengusap lembut surai Abigail kemudian meninggalkan pemakaman dengan sang suami yang terus memeluk.
Tanpa ada yang sadar, Amanda dan Sadewa hadir di pemakaman itu dengan senyum yang tercetak indah di bibir mereka.
"Baru Kakak lo, Abigail. Tunggu kematian selanjutnya. Jaga Bunda atau... Ayah lo. Bisa juga kalo kematian itu adalah kematian lo." Amanda bergumam yang hanya di dengar Sadewa.
⚍
Tbc.
Uwowowo😂pengen nangis aja deh, kok makin ribet, ya? Aku bingung😂😂
Makasih yang udah baca dan kasih ☆ terus comment. Jangan lupa kasih ☆ juga untuk pasrt ini, ya⚘
Te amo😙
KAMU SEDANG MEMBACA
𝚂𝙴𝙽𝙸𝙾𝚁✔
Teen FictionTAHAP REVISI "𝙆𝙖𝙡𝙖𝙪 𝙨𝙖𝙮𝙖 𝙨𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙟𝙖𝙩𝙪𝙝 𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙢𝙪, 𝙜𝙞𝙢𝙖𝙣𝙖?" - 𝙎𝙚𝙣𝙞𝙤𝙧. ⚍ SEMUA QUOTES BERASAL DARI GOOGLE DAN PINTEREST. PICT: PINTEREST COVER : CANVA