28 ⚍ Bersama Nakula.

1.8K 112 0
                                    

Abigal berdiam diri di dalam kelasnya. Sebenarnya dia sangat lapar tetapi dia malas satu kantin dengan Ay---Amanda.

"Ck, laper gue," gumamnya seraya memegang perutnya dan menelungkupkan kepalanya di atas meja.

"Heyho."

Bisikan di telinga kirinya membuatnya membuka mata dan menemukan Sadewa tersenyum di depannya.

"No Sadewa, but Nakula." Ucapan cowok di depannya seakan tahu apa yang dipikirkan Abigail.

Ucapan itu membuat Abi tersenyum lega kemudian mengangkat kepalanya. "Gue pikir dia," katanya pelan.

"Bukan, gue udah bilang sama Sadewa, kalo berani nyakitin lo, gue juga bisa nyakitin dia lebih dari ini, gue bakal lupain kalo dia itu adik gue sendiri."

"Gak bisa gitu dong," elak Abi.

"Apasih, gak usah ngomong gitu. Tahu kenapa dia ikut nyakitin lo?" tanya Nakula menatap netra Abigail.

"Apa?"

"Dia itu terobsesi sama Angela, tapi Angela pacaran sama Kenzo. Lo ngerti maksud gue?" tanya Nakula.

"Gue nger---bentar, ada telpon." Karena telponnya berdering, Abi mengangkat terlebih dahulu.

"Hal---"

"Halo Abigail, masih ingat sama gue?"

Abi melirik Nakula yang berdiri di sampinganya dengan tatapan terus tertuju padanya. "Lo... yang kemarin?" tanya Abi mengalihkan tatapannya.

"Sure."

"Mau apa lagi?"

"Cuman mau bilang, seseorang yang palingg lo sayangi akan hancur secara perlahan, tapi... itu akan berakhir kalo lo jauhin Kenzo."

"Mak---ih, kok dimatiin?!" pekiknya kesal.

"Siapa," tanya Nakula penasaran.

"Dia, cewek yang udah buat luka di pipi gue, leher, tangan, serta betis, Kul."

Nakula mengangguk, "so...?"

"Ihh, dia mau nyakitin kesayangan gue kalo gue masih sama Kenzo." Abigail memekik kesal pada Nakula.

"Ah, i know, dia... Amanda?" tanya Nakula dengan suara kecil saat mengucap nama Amanda.

"You know, Kul?" tanya Abi dengan mata yang memancarkan penasaran.

Nakula mengangguk. "Yeahh, gue kenal dia karena pernah beberapa kali dateng ke rumah," jawab Nakula.

Abi mengangguk. "Eh, kenapa gak ke kantin?" tanya Abi saat sadar Nakula berdiri disampingnya lama.

"Lo juga."

Abi cengengesan, "males gue, Kul."

"Yaudah, ikut gue yuk, gue ajak lo jajan di luar sekolah."

"Emang boleh?" tanya Abi saat teringat peraturan sekolah.

"Kalo sama gue itu selalu boleh, Bi."

Abigail terkekeh mendengar nada percaya diri Nakula.

"Kenapa kita ke sini sih, Kul?" tanya Abigail saat Nakula membawanya ke depan gerbang sekolah.

"Kan udah gue bilang, kita jajan di luar sekolah," jawab Nakula seraya menarik lengan Abigail mendekati seorang pedagang.

"Lo suka sama telor gulung, gak?" tanya Nakula.

"Ya gue sukalah, apalagi kalo dikasih saos sama cabe, beuh... mantep, Kul!" pekik Abigail berbinar.

"Berarti gue gak salah bawa lo kesini." Nakula tersenyum manis, "Bang, telor gulungnya sepuluh rebuan bikin dua, Bang."

"Buset, banyak amat, Kul?" tanya Abigail.

Nakula terkekeh, "biase aje kali, Bi. Oh iya, sama  gue lo kok jadi pecicilang, ya?" tanya Nakula membuat Abi mengeryit.

"Maksud ngana?"

"Ya... kalo sama Kenzo lo terlihat girly banget, Bi." Nakula mendengkus malas saat nama Kenzo keluar dari mulutnya.

Abigail tersenyum, "gue bisa aja pecicilan sama Kenzo, Kul, cuman gue gak mau aja," jawab Abigal jujur.

"Berarti lo tidak menunjukkan siapa lo," sahut Nakula menjawab.

"Bukan, bukan gitu. Gue bisa aja manja-manja sama Kenzo, apalagi beberapa bulan lalu gue gak pernah sapa sama dia. Yah... you knowlah pasti," kata Abigail.

"Satu kata buat lo. Canggung."

Abi terkekeh kemudian tangannya mengambil botol saus dan menuangkannya ke dalam plastik berisi telur gulung miliknya.

Tbc.


Buat yang nunggu update-nya kapan, aku gak bisa bilang dulu nih, soalnya ide tuh kadang ngalir seperti air kadang juga ngalir entar di tengahnya kependet ama batu, jadi... maafkan ya🙏

Te amo😙

𝚂𝙴𝙽𝙸𝙾𝚁✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang