35⚍ Ending.

3.2K 145 3
                                    

Abi terdiam seraya merasakan sakit yang menjalar di tubuhnya. Jujur saja, tubuh Abi dirasa sangat remuk dan sulit digerakkan.

Sadewa dan Amanda dengan gila menyeret tubuh Abi tanpa rasa punya hati. Memang dasar psycopath, pikir Abigail.

"Emang sepantesnya lo dapet ini semua, Abi! Gue benci sama lo! Gue benci sama Kakak lo! Gue benci sama semua keluarga lo! Gara-gara perusahaan bokap lo, perusahaan bokap gue jadi ancur!" teriak Amanda membuka kebenaran.

Abi menatap Amanda tak percaya, "maksud lo apa, Man?" tanya Abi tak suka saat keluarganya dijadikan sasaran.

Amanda mendekati Abi kemudian mencengkran dagu gadis itu. "Gue benci sama lo, bukan cuma alasan Kenzo. Tapi karena bokap lo ancurin perusahaan bokap gue!" tekan Amanda.

"Siapa bokap lo, Amanda?" tanya Abi.

"Panji."

Mendengar nama itu, amarah Abi seketika memuncak. Panji adala pria brengsek yang dulu sempat mau melecehkan Wulandari saat cewek itu pulang larut malam. Dengan sisa tenaganya, Abigail berdiri.

"Bokap lo yang brengsek, Amanda!" teriak Abi dengan suara tinggi.

Sadewa yang berdiri di belakang Amanda hanya menonton tak berminat. Dengan sekali rampasan, Sadewa berhasil mengambil pisau kecil di saku hoodienya.

Sleb.

Pisau kecil Sadewa mengenai tepat di jantung Abigail. Darah segar mengucur dari luka itu dan membuat pandangan Abi mengabur. Amanda dan Sadewa tersenyum sinis saat Abigail jatuh pingsan.

"Mati 'kan lo, Bi?" gumam Amanda membuat bibirnya dan bibir Sadewa tersenyum puas.

Tit... tit... tit

Bunyi khas dari layar monitor di ruangan serba putih serta bau obat-obatan itu terus berbunyi nyaring tanpa memperdulikan apakah orang itu akan bangun atau tidak.

Setelah kejadian dimana Abigail terkena lemparan pisau yang sudah dilapisi racun itu, Abi segera dilarikan ke rumah sakit dan Amanda serta Sadewa sudah dibekuk pihak kepolisian.

"Bangun, Bi... jangan buat Bunda sakit lagi dengan kehilangan putri Bunda, lagi." Bunda Abigai menggenggam jemari putrinya.

Sudah satu minggu sejak kejadian itu Abi masih dirawat di rumah sakit. Terkadang orang tua Abi yang menjaga, teman Abi, atau bahkan Kenzo. Seminggu pula Abi belum sadarkan diri.

"Abi, jangan tinggalkan Ayah dan Bunda untuk kedua kalinya. Cukuo Wulan saja," bisik Bunda di telinga kiri Abi.

"Assalaamu'alaikum," ucap Kenzo seraya membuka pintu ruangan Abigail.

Adam dan sang istri menoleh pada Kenzo yang diikuti teman-teman mereka. "Nak Kenzo, mari masuk." Adam mempersilahkan sahabat dan kekasih Abi untuk masuk.

"Bagaimana keadaan Abi, Tante?" tanya Aisha yang berdiri di samping Bunda Abi.

"Belum ada progress." Adam yang menjawab.

"Tante, maafin Aish ya, Aish baru bisa dateng, soalnya kemaren-kemaren Aish juga lagi ada banyak masalah, Bang Boy juga masuk penjara." Aisha menjelaskan.

Bunda Abi, Dahlia, memamdang Aisha. "Abang kamu masuk penjara? Kenapa?" tanyanya.

"Ceritanya panjang, Tan, Bang Boy ketahuan mau berbuat hal tidak senonoh sama Aish, dan Ayah liat itu semua. Makanya, Ayah sendiri yang menjebloskan Bang Boy ke penjara. Bukan tanpa alasan, kok, ini juga demi kebaikan Bang Boy sendiri." Aisha menunduk dan Aldo segera memeluk gadis itu.

"Do'akan kesembuhan Abigail, ya," pinta Dahlia.

"Pasti, Tan." Mereka menjawab serempak.

Keadaan kembali hening, tetapi hanya sesaat, karena monitor yang menampilkan detak Abi mulai berbunyi sangat nyaring namun dengan bunyi yang membuat jantung mereka berhenti seketika.

Tit...

Bunyi panjang itu mengakhiri kesunyian diantara mereka. Hingga semua orang menjerit tak bisa menahan pedih dan tangis mereka. Dengan gemetar, Kenzo memencet tombol untuk memanggil dokter dan tak lama, dokter pun datang bersama beberapa suster.

Lima menit...

Sepuluh menit...

Lima belas menit...

"Nona Abigail Ray Surendra, hari Kamis, pukul 10:24 WIB."

Suster pun segera mencatat apa yang dokter ucapkan. Sementara mereka yang berada di ruangan itu menunduk dan menangis.

Dahlia, wanita itu nampak tertekan dan jatuh pingsan. Kenzo, memandang kosong tubuh kaku yang terbaring di brankar itu tanpa alat bantu apapun. Aisha, Dinda dan Tasya saling berpelukan untuk menguatkan satu sama lain. Aldo, Syarif, Surya, Bimbim dan Nakula hanya menunduk seraya memanjatkan do'a. Adam, pria itu mengusap pipi Abi dengah lembut tanpa menjatuhkan air matanya.

Dan, mungkin inilah kisah akhir dari Abigail, Kenzo, Wulandari dan Amanda.










-End


Hayoo😂😂makasih buat yang udah setia baca cerita gajeku, tahu kok ceritanya gak jelas, tapi makasihhhh banget buat kalian yang bener-bener baca cerita gak jelas ini🙏🙏

Sampai ketemu di extra part nanti, ya😍

Te amo😙

𝚂𝙴𝙽𝙸𝙾𝚁✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang