19 ⚍ Benar berakhir.

1.9K 132 1
                                    

"Jangan terlalu mempercayakan perasaan pada siapapun. Karena ssmua orang berpotensi berubah dan menjadi asing."

-Kenzo-

Kenzo segera menyambar jaket boomber hitam miliknya tak lupa kunci motor dan segera tergesa menuruni anak tangga.

Kenzo tidak peduli jika diluar sedang hujan, bahkan Kenzo juga tidak menghiraukan panggilan Ny.Adam untuk saat ini.

"Mau kemana, Zo?" tanya Ny.Adam, Ibunda Kenzo.

Kenzo yang akan membuka pintu menyempatkan menatap Ibunya, "Kenzo ada urusan, Bu."

Kembali melesat dan meninggalkan rumahnya di bawah guyuran hujan kota Jakarta.

Kenzo sedikit terkejut dan kecewa saat Abi memnutuskannya sepihak. Jujur, dia sudah menyayangi gadis itu bahkan sudah mulai mencintainya. Kenzo juga mulai melupakan Angela, gadis masa lalunya.

Kenapa kamu lakuin ini, Bi? Aku mohon, jangan buat aku patah untuk yang kedua kalinya.

Gadis yang masih berseragam sekolah itu membuka kepangan, tahi lalat palsu dan kaca mata besarnya perlahan sembari memandang pantulan dirinya di cermin besar yang berada di kamarnya.

"Ayu," ucapnya memakai kaca mata besar itu.

"Amanda," lanjutnya melepaskan kaca mata besarnya.

Ya, dia adalah Amanda. Gadis itu terkekeh sinis sesaat sebelum wajahnya berubah datar.

"Abigail," gumamnya.

"Lo... dalam bahaya," lanjutnya kemudian terkekeh ringan. "Lo salah bersaing dengan gue, Abi."

Amandan menyimpan semua peralatan untuk menyamarnya, kemudian membuka satu persatu seragam yang masih menempel dan hanya menyisakan tanktop hitam dan hotpans.

Amanda berjalan menuju jendela kamarnya tanpa membuka. Dia memandang hujan yang kembali mengguyur kota Jakarta.

"Gue mencintai Kenzo sebelum Angela dan sebelum lo hadir, Abi. Tapi apa?" tanyanya pada angin. "Kenzo malah menjadikan dua parasit itu pacar." Amanda menekan kata pacar.

"Tapi tidak untuk sekarang, Bi." Amanda  berjalan menuju ranjangnya kemudian berbaring.

"Lo... akan gue singkirkan juga," lanjutnya tertawa kecil.

🎵Kan tiba masanya cukuplah
Waktunya kunikmati sendiri
Malam kelabu berhias sendu
Terkadang rindu datang mengganggu🎵

Abi memandang nanar luar jendela dari taksi yang dinaikinya. Dia masih belum percaya saat mengingat hubungannya dengan Kenzo berakhir.

Kalian pahamkan? Hubungan Kenzo dan Abi belum satu bulan, tetapi sudah putus di tengah jalan. Ini semua karena keselamatan Abi dan Kakaknya, Wulan.

"Neng sudah sampai," ucap Pak Supir.

Abi segera menepuk dahinya, bisa-bisanya dia memikirkan kandasnya hubungan dengan Kenzo di dalam mobil.

Bodoh! Rutuk Abi dalam hati.

"Eh, ini uangnya, Pak."

Abi segera turun saar supir mengambil uangnya. Saat kedua kakinya menginjak tanah, netranya melihat sosok pria yang sedang menunduk di samping motor ninja hitam.

"Itu Kenzo," gumamnya.

Abi menetralkan nafasnya yang tiba-tiba memburu, jantungnya yang berdegup kencang kemudian menghampiri Kenzo yang seperti orang frustasi.

"Ken...zo?" tanya Abi membuat si cowok mendongak.

"Abi!" panggilnya kemudian berdiri di hadapan Abi.

Karena tinggi badan Kenzo melebihi tinggi Abi, Abi diharuskan mendongak untuk melihat raut frustasi itu.

"Kenapa?" tanyanya lemah.

Abi segera memalingkan netranya saat netra tajam Kenzo menatap netranya dalam.

"Emang udah seharusnya," jawab Abi tanpa menatap Kenzo.

"Seharusnya apa?" tanya Kenzo berusaha membuat Abi agar menatapnya.

"Liat aku," ucap Kenzo memegang kedua pipi Abi.

"Seharusnya kita pertahanin hubungan ini, Bi, bukannya malah nyerah gitu aja!" ucapnya penuh ketegasan.

"Enggak! Seharusnya dari dulu kita gak bareng-bareng! Ini tuh salah! Salah, Ken!" pekik Abi menjauh dari Kenzo.

"Drama!" ketus Kenzo memalingkan pandangannya dari Abi.

Kenzo kini menatap lurus ke depan, Abi sibuk mengusap air matanya yang entah kenapa begitu sulit berhenti.

"Bener ya, kalo terlalu mempercayakan perasaan kita pada orang lain, kita akan sulit menerima perubahan dari orang yang kita percayakan berpotensi menjadi asing. Bener, kan?"

Kenzo bertanya seakan meminta pendapat pada Abigail, Kenzo kembali memusatkan pandangannya pada Abi.

Abi memandang Kenzo seakan menantang cowok itu. "Iya, maka dari itu, jangan terlalu mempercayakan perasaan kita pada orang lain."

Abi mengusap wajahnya kasar. "Perihal meninggalkan atau bertahan, terkadang menjadi suatu pilihan yang sulit, bukan? Ada kalanya terasa berat untuk membuat keputusan, terlebih jika hati dan pikiran tak sejalan. Kamu paham, Zo?"

Tbc.

Te amo😙

𝚂𝙴𝙽𝙸𝙾𝚁✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang