10 ⚍ Kotak merah.

2.3K 147 0
                                    

"Kemarin kemana? Kenapa tidak ikut latihan?"

Pertanyaan yang sedang Abi hindari ternyata gagal. Pertanyaan itu terlontar dari mulut senior yang berada di belakangnya. Kenzo, si ketua ekskul band di sekolahnya.

Abi berbalik seraya cengengesan, berbeda dengan Kenzo yang memandangnga tanpa ekspresi.

"Hehe, maaf ya, Kak. Kemarin saya ada urusan yang bener-bener mendadak," jawab Abigail.

"Bukannya kemarin kamu ada di sekolah hingga sore?" tanyanya lagi.

"Iya, itu juga kerja kelompok, Kak." Abi menunduk. "Maaf," ucapnya selayaknya anak kecil yang baru saja memecahkan piring milik Ibunya.

"Maaf kamu saya terima. Untuk minggu depan, saya harap kamu bisa lebih serius, Abi. Ingat! Hari ini kamu ikuti pramuka pukul satu."

Setelah mengatakan itu, Kenzo melangkahkan kakinya membuat Abi memghembuskan nafas lega.

"Ck, kok rasanya gue diperhatiin gini, ya?" gumam Abi memandang punggung Kenzo yang mulai menjauh.

"Apa perasaan gue doang?" tanyanya pada angin.

"Enggak."

Jawaban dari samping kanan Abi membuat gadis itu menoleh. Sadewa. Ya, dia menemukan cowok menyebalkan itu.

"Maksud lo?"

Sadewa menoleh dengan raut dinginnya, kemudian kembali memandang lurus. "Bukan perasaan lo doang, dia sengaja buat lo nyaman karena lo mirip sama ceweknya yang dulu." Sadewa sengaja menekan kata 'sengaja' dan 'mirip'.

"Maksudnya?" tanya Abi belum paham.

Sadewa menoleh, "maksud gue, lo dia deketin karena lo mirip sama ceweknya yang dulu," jawab Sadewa. "Angela," lanjutnya kemudian meninggalkan Abi yang berdiri mematung.

Apa iya? Batinnya penasaran.

"Siapa Angela? Apa seberharga itu dia buat Kenzo?" gumamnya bertanya-tanya.

"Lo kenapa ngelamun aja, Bi?"

Jum'at pagi. Pelajaran pertama adalah Biologi, sementara gurunya belum juga datang, katanya guru-guru tengah sibuk mempersiapkan murid-murid berprestasi yang akan mengikuti olimpiade sains.

"Gak papa," jawab Abi nampak lesu.

"Ada masalah, Bi? Cerita sama kita," ucap Aisha mengelus lengan telanjang Abi.

Abi mencoba tersenyum, "gak papa, gue baik-baik aja, guys."

Ayu yang baru saja datang sembari membawa sebuah kotak berwarna merah segera mendekati keempat sahabatnya.

"Itu apa, Yu?" tanya Dinda si ratu kepo.

Ayu mengangkat kotak merah itu, "ini, tadi waktu Ayu lewat taman belakang, ada orang yang cegat Ay---"

"Tapi lo gak papa, kan? Siapa yang cegat lo?" tanya Abi yang memang selalu khawatir menyangkut sahabatnya.

"Dengerin Ayu dulu, Bi," ucap Ayu membenarkan letak kacamatanya yang sedikit melorot.

"Ayu emang dicegat, tapi dia cuman mau ngasih ini." Ayu menyodorkan kotak merah itu pada Abi.

"Terus?" tanya Dinda yang malah kebingungan.

"Katanya buat Abigail," jawab Ayu membuat mereka terkejut.

Tasya mengambil paksa kotak yang sudah Abi pegang, "apa isinya, ya?" tanya Tasya seakan penasaran.

"Buka deh, Bi." Permintaan Dinda segera Abi lakukan, tetapi sebelum itu terjadi, Bu Mela, selaku guru Biologi masuk kelas.

"Yah... gue kira mau nganter anaknya."

"Huh, udah mau abis baru masuk."

"Ngerjain tugas pasti."

Memang, Bu Mela terkadang masuk kelas saat waktu hampir habis, namun tak jarang juga guru pecinta kopi itu masuk sesuai jadwal.

"Baiklah, sekarang Ibu ingin kalian mengerjakan soal latihan yang akan Ibu tulis, jika tidak sempat, kalian lanjutkan di rumah."

Kring... kring

Bel istirahat berbunyi sangat nyaring, membuat seluruh murid bersorak kegirangan.

"Bi, nanti pramuka?" tanya Aisha yang berdiri di samping Abi.

Abi hanya mengangguk kemudian mengambil kotak merah yang disimpan di kolong mejanya.

"Apa isinya, ya?" tanya Abi seraya mendongak pada Aisha.

"Coba aja buka, Bi." Tasya duduk di Abi.

"Gue buka, ya."

Perlahan, Abi mulai membuka kotak yang seseorang titipkan pada Ayu. Kelima gadis itu sedikit cemas saat Abi mulai membuka kotak berwarna merah darah itu.

Tbc.

A/N : Hehe, aku gantungin dulu, ya😙

Te amo😙

𝚂𝙴𝙽𝙸𝙾𝚁✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang