⚍
"Kak, Kak!"
Teriakan itu menyita seluruh perhatian orang yang sedang bersiap di pagi hari. Teriakan itu berasal dari gadis bernama Dinda.
"Kak, hosh... hosh...," ucapnya ngos-ngosan di depan Kenzo dan panitia lainnya.
"Kenapa?" tanya Kenzo dalam hati ada kekhawatiran yang belum jelas.
"Hiks... Kak... sahabat saya, Abigail, dia gak ada," ucapnya mampu membuat Kenzo terdiam dengan perasaan berkecamuk.
Aldo yang berdiri di belakang Kenzo segera maju dan berhadapan dengan Dinda, "maksudnya? Bukannya semalem dia udah masuk ke tenda?" tanya Aldo khawatir.
Bagaimana tidak khawatir, cewek itu dan dirinya sudah sedikit dekat, dan Aldo menganggap Abigail sebagai adiknya.
Aisha yang berdiri di belakang Dinda memandang Aldo yang tampak jelas memperlihatkan raut khawatirnya.
Sekhawatir itu kamu, Kak? Batinnya.
"Iya, dia emang udah ada di tenda, semalem juga dia tidur di tengah-tengah aku dan Aisha, tapi entah kenapa saat bangun Abi udah gak ada," jawab Dinda tanpa takut.
Aisha mengusap bahu Dinda, "gue juga khawatir, Da, tapi untuk saat ini kita cuman bisa berdo'a dulu," ucap Aisha dewasa.
Mata Aisha teralih pada Sadewa yang berdiri tak jauh antara keduanya, kemudian Aisha menghampiri cowok itu dan tanpa ba bi bu menampar pipi Sadewa keras.
"Brengsek!" umpatnya tak bisa menahan tangis yang ditahannya.
"Lo brengsek, Wa!" teriaknya di depan wajah Sadewa.
"Kenapa gue?" tanya cowok itu.
Entahlah, seakan semua penasaran, guru juga tak ada yang memisahkan, entah mereka berada di mana. Yamg pasti, di tempat kemah hanya ada senior yang menjadi panitia mereka.
"Iya, lo brengsek, Wa! Gue tahu lo yang rencanain ini semua, kan?!"
Sadewa memandang Aisha datar, "gue gak rencanain apapun, tapi gue tahu siapa dalang di balik ini semua," ucap Sadewa kemudian meninggalkan Aisha yang menangis sejadinya.
Janji buat bareng, kan? Batinnya sembari menggenggam liontin kalung dengan huruf A.
Meski sedikit terkejut saat ada seseorang yang memeluk lehernya, Aisha tetap diam, dia memilih menyenderkan kepalanya di dada cowok itu. Aldo Wicaksono.
"Semua akan baik-baik aja," bisik Aldo membuat Aisha lemas bukan karena suara itu tetapi karena memikirkan Abigail.
⚍
Dimana gue? Kenapa ini gelap banget? Sesak lagi. Apa Sadewa berbuat yang macem-macem? Batin Abigail yang baru sadar.
Tak seperti kebanyakan, meski ketakutan, Abigail hanya merintih sakit saat mencoba menggeser lengannya. Ya, lengan cewek itu terikat kuat oleh tambang.
"Sial! Sakit banget tangan gue, percuma gue teriak, gue yakin gak akan ada yang denger," gumamnya.
Tak lama suara pintu terbuka membuat pandangan Abi mendongak dan melihat dua orang yang berjalan santai ke arahnya.
Saat melihat keduanya, Abi membelalakan mata tak percaya.
"Ayu?! Sadewa?!" pekiknya.
⚍
Tbc.
Hola??? Bagaimana sama ceritanya? Tahu deh ceritanya makin gak jelas 😔 tapi... ya udahlah, ikutin aja, ya😂
Te amo😙
KAMU SEDANG MEMBACA
𝚂𝙴𝙽𝙸𝙾𝚁✔
Teen FictionTAHAP REVISI "𝙆𝙖𝙡𝙖𝙪 𝙨𝙖𝙮𝙖 𝙨𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙟𝙖𝙩𝙪𝙝 𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙢𝙪, 𝙜𝙞𝙢𝙖𝙣𝙖?" - 𝙎𝙚𝙣𝙞𝙤𝙧. ⚍ SEMUA QUOTES BERASAL DARI GOOGLE DAN PINTEREST. PICT: PINTEREST COVER : CANVA