11 ⚍ Sakit.

2.3K 155 0
                                    

Abi segera melempar kotak merah itu sedikit jauh dari jangkauannya. Jujur, isi dari kotak itu membuatnya ketakutan.

"Ap---apa itu? Teror?" tanya Abi dengan suara bergetar.

Ayu yang membawa kotak itu segera menghampiri Abi dan mengusap punggung cewek itu. "Abi... Ayu minta maaf, Ayu... seharusnya Ayu cek dulu," ucap Ayu khawatir.

Tasya yang berdiri di belakang, tanpa membantu menenangkan Abi hanya mengangkat sudut bibirnya, membentuk senyum sinis.

Munafik! Batinnya entah untuk siapa.

"Bi," panggil Aisha lalu memeluk Abi erat.

Abi mulai menangis dengan sesegukan, cewek itu membalas pelukan Aisha erat. "Sha... gue takut," cicitnya.

Aisha mengusap punggung Abi lembut, "gak papa, lo tenang ya, Bi," ucap Aisha menenangkan Abi.

Aisha menuntun Abi untuk duduk di kursinya, Aisha juga membuka topi yang Abi pakai.

"Bi, cerita sama gue kalo ada masalah, ya," bisik Aisha.

Abi menyembunyikan wajahnya di dada Aisha, cewek itu menenggelankan suara tangisnya yang masih terdengar menyakitkan.

"Udah Bi... tenang ya," ujar Tasya menenangkan Abi.

"Sya... gue takut, lo ngerti gak?"

Tasya memandang kotak merah berisi foto Abi dan Wulan yang dengan sengaja mencoret wajah Wulan dengan tinta merah. Di dalam kotak itu juga terdapat tulisan dead.

"Lo harus kasih tahu orang tua lo, Bi."

Abi memandang kosong lapangan yang mulai ramai dengan siswa siswi yang akan mengikuti ekskul pramuka. Bahkan, Kenzo dan panitia lainnya juga sudah ada.

"Kalo gak mood, lo bisa pulang, Bi."

Abi menggeleng, "enggak. Kak Kenzo nyuruh gue buat dateng, gue juga udah janji."

Aisha menghembuskan nafas kesal. "Gak usah didengerin, bisa?!"

Cewek itu jadi kesal sendiri melihat Abi yang masih keukeuh. Tasya dan Dinda yang baru datang dari kantin segera mendekati Abi dan Aisha.

"Udahlah, Bi, lo pulang aja ke rumah. Nanti kita bilangin izin kok," ucap Tasya sembari duduk di samping kanan Abi.

"Gu---"

"Ayok masuk ke aula sekarang!"

Teriakan dari wakil pramuka itu membuat siswa siswi segera berhamburan menuju aula yang memang sering digunakan untuk eksul pramuka.

"Tuh, udah masuk. Kuy," ajak Abi berusaha ceria.

"Kak!"

Teriakan Ayu membuat sebagian siswa siswi yang masih di lapangan menoleh. Termasuk Abi dan ketiga sahabatnya.

Terlihat Ayu yang berlari mendekati Kenzo yang sibuk membenarkan letak baret coklatnya.

"Kak," panggil Ayu dengan nafas tersenggal.

Kenzo memandang Ayu datar. "Ada apa?"

"Kak, sahabat saya, Abi," ucap Ayu menunjuk Abi yang berdiri di antara Tasya dan Aisha. Kenzo mengikuti arah tunjuk Ayu.

"Dia gak enak badan, Kak. Dia sakit."

Ucapan Ayu membuat Kenzo memandang Abi khawatir. Tanpa kata, cowok berbaret itu segera menghampiri Abi yang berdiri kaku.

"Kamu... sakit?" tanya Kenzo saat berdiri di hadapan Abi.

"Eh?" Abi mengerjapkan matanya beberapa kali menambah kesan menggemaskan ditambah mata innocent milik cewek itu.

"Kenapa?" tanya Abi setelah sadar.

"Temen kamu." Kenzo menunjuk Ayu yang berdiri di belakangnya. "Dia bilang kamu sakit," lanjutnya memandang wajah Abi yang memang pucat.

"Emh---eng---enggak, Ab---"

"Dia emang sakit, Kak." Tasya menyahut cepat.

Abi melotot pada Tasya yang justru dibalas tak peduli cewek itu. "Dia emang sakit, Kak. Sedari istirahat tadi, dia udah lemes gitu."

Abi memutar bola matanya malas. Kenapa Ayu dan Tasya seakan berkonspirasi agar Abi pulang.

"Kak, Abi baik-baik aja, mending sekarang Kakak masuk ke aula, mereka udah nunggu."

Abi berusaha mendorong Kenzo, namun memang dasarnya cowok itu kuat, Abi tidak sanggup mendorong cowok itu dan memilih menyerah.

"Yaudah, aku aja yang masuk."

Abi segera berlari tanpa menghiraukan teriakan Kenzo dan keempat sahabatnya untuk pulang saja.

Gue gak selemah itu. Gue cuman kaget aja pas liat teror itu. Gak ada sangkut pautnya sama enggak pramuka, batinnya seraya terus berlari.

Tbc.

Te amo😙

𝚂𝙴𝙽𝙸𝙾𝚁✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang