AYOK DI VOTE DULU YA, MAN-TEMAN😉
***
Abigail kembali dengan wajah yang masih memerah dan jantungnya yang berdebar. Jika boleh jujur, Abi tak pernah merasakan hal ini sebelumnya dengan pria manapun.
"Sial, kok gue bisa deg-degan kek gini, sih?" gumamnya.
"Kok muka lo merah?" tanya Dinda membuat Tasya, Aisha dan Ayu menoleh tepat saat Abigail duduk di sampingnya.
Abi menangkup pipinya yang masih terasa panas, "Enggak tahu ah," jawabnya terdengar manja.
"Lo ... salting, Bi?" tanya Aisha yang baru pertama melihat Abi salting.
"Enggak tahu! Cuman tadi waktu gue mau ke toilet, gue ketemu sama senior, pokoknya, pas gue mau pergi, dia bilang gue cantik."
Lagi-lagi, Abi harus menutup pipinya yang kembali memanas, sementara Aisha, gadis itu tersenyum tipis melihat Abi yang salting.
Gue harap lo bisa lupain masa lalu itu dan mulai menjalani semua dengan selayaknya, batin Aisha.
⚍
Tak terasa, MOS di sekolah barunya sudah memasuki sesi terakhir, kini semua peserta dan panitia MOS sedang berkumpul di lapangan SMA Rajawali yang begitu luas.
Di depan sana, ada kepala sekolah yang masih setia mengucapkan terima kasih dan selamat datang yang begitu panjang.
"Selamat datang di SMA Rajawali, semoga kalian bisa mengharumkan nama Rajawali dengan prestasi kalian yang membanggakan."
Penutupan diakhiri dengan tepuk tangan meriah yang menggema di SMA Rajawali itu.
Tatapan Abi terjatuh pada sosok berseragam pramuka, yang sedang berdiri tegap di depan sana. Ya, Kenzo.
Pria yang akhir-akhir ini mengisi pikirannya, pria yang dengan mudahnya membuat Abi blushing karena pujiannya.
"Tanpa penghormatan umum! Bubar barisan, jalan!"
Mendengar perintah tegas Kenzo, Abi sedikit menarik sudut bibirnya membentuk senyuman tipis.
Entahlah, semua terjadi begitu saja, bahkan tanpa aku sadari, batin Abigail.
⚍
"Bagaimana MOS terakhirnya? Ada yang menyenangkan?" tanya Bunda yang sedang menyiapkan sarapan untuk Ayah.
Abi mengetukkan jarinya pada dagunya, "Hm, tidak terlalu buruk."
Bunda terkekeh mendengar jawaban Abi yang terkesan malas. "Semangat terus ya, ingat! Masih ada orang yang harus kamu banggakan!"
Abi tersenyum lebar, "Selalu!"
"Abi," panggil Ayah yang sedari tadi hanya memandang Abi.
"Ya?"
Abi menyendok nasi goreng buatan sang Bunda ke dalam piringnya kemudian mulai memakannya.
"Jaga diri kamu."
Ucapan sendu itu membuat Abi yang akan memasukan nasi goreng ke dalam mulutnya terhenti. Matanya beralih pada sosok tegap nan rapuh di hadapannya.
"Ayah enggak usah khawatir, Abi bisa jaga diri," ucap Abi menenangkan.
"Gue benci!!"
Teriakan itu membuat ketiga insan yang berada di meja makan itu terlonjak.
"Sebentar lagi, petugas akan datang." Ayah terlihat sangat sedih saat mengatakannya.
Mendengar kata petugas, Abi memandang sang Ayah tajam.
"Maksud Ayah?" tanya Abi.
Karena tak ada jawaban, Abi memandang Bunda yang tengah menunduk dengan air mata yang mulai menetes.
"Pet--"
Belum sempat Abi menyelesaikan ucapannya, bel rumah berbunyi membuat Bunda cepat membuka pintu.
Abi memandang tidak percaya tiga pria berseragam putih layaknya seorang suster.
Tunggu! Suster? Apa itu petugas rumah sakit?
"Tunggu!" cegah Abi menghadang langkah empat pria yang satunya adalah Ayahnya.
"Mereka siapa?" tanya Abi was-was.
"Menyingkirlah Abi, mereka harus membawa kakak kamu!"
"Enggak! Kakak Abi enggak gila, Yah!" balas Abi tak terima.
Apakah menurut kalian, orang gila seperti apa yang selalu mendatangi kamarnya setiap malam, mengusap lembut kepala adiknya, menangis di setiap shalat malamnya? Apa itu bisa dikatakan gila?
"Kakak kamu harus dibawa, Abi, jika tidak, kakakmu akan meresahkan warga disini."
Abi memandang Bundanya tak percaya, bukannya memandang Abi, Bunda malah menyuruh Ayah cepat membawa sang Kakak.
Abi menyingkir saat Bundanya menarik paksa tubuhnya dari belakang. Jujur, kini tubuhnya terasa sangat lemas, dia hanya bisa memandang lima punggung yang mulai menjauh.
⚍
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝚂𝙴𝙽𝙸𝙾𝚁✔
Teen FictionTAHAP REVISI "𝙆𝙖𝙡𝙖𝙪 𝙨𝙖𝙮𝙖 𝙨𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙟𝙖𝙩𝙪𝙝 𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙢𝙪, 𝙜𝙞𝙢𝙖𝙣𝙖?" - 𝙎𝙚𝙣𝙞𝙤𝙧. ⚍ SEMUA QUOTES BERASAL DARI GOOGLE DAN PINTEREST. PICT: PINTEREST COVER : CANVA