Chapter 14

5.6K 642 74
                                        

Terik cahaya matahari menerobos jendela kamar Lisa. Sehingga membuat kamarnya terlihat lebih terang meskipun lampu tidak dihidupkan. Sang pemilik kamar terlihat sibuk di meja belajarnya, menuliskan sesuatu.

Tangan kanan Lisa bergerak menggoreskan ujung pena diatas secarik kertas putih. Halaman kertas itu sudah hampir penuh terisi oleh tulisan tangan Lisa, tapi belum ada tanda-tanda jika dia ingin berhenti untuk menulis. Seakan-akan dia ingin menumpahkan semua kenangannya dalam kertas putih tersebut.

Sesekali Lisa menengadahkan kepalanya menatap langit-langit kamar. Matanya terlihat berkaca-kaca menahan tangisan yang sejak dulu ingin dia tumpahkan, tapi Lisa sudah bertekad sejak dulu. Jika dia ingin membuat orang lain bahagia, maka dia harus bahagia lebih dulu tidak boleh menunjukkan sisi lemahnya.

Waktu terus berjalan. Secarik kertas kini digantikan dengan berlembar-lembar kertas. Tentu saja Lisa masih belum berhenti untuk menulis. Tangannya terus bergerak menuliskan kata demi kata, tanpa ada yang terlupakan atau terlewatkan sedikitpun.

"LISA!! BUKANKAH KAU INGIN LATIHAN DANCE?!"

Dari lantai bawah terdengar teriakan ibu Lisa. Secepat kilat setelah mendengar teriakan ibunya Lisa langsung tersentak tersadar. Kepala Lisa langsung menoleh ke arah jam dindingnya. Waktu telah
menunjukkan pukul setengah dua siang.

Kemarin, mereka berempat berjanji untuk pergi latihan bersama-sama. Setelah berdiskusi akhirnya mereka menyetujui lokasi berkumpul di depan sekolah, karena lebih dekat dengan pusat kota. Waktu yang disetujui adalah pukul satu siang dan sekarang sudah pukul setengah dua siang, itu berarti Lisa...

"Aku terlambat!!!" Lisa berteriak histeris.

Dengan gerakan cepat Lisa menyambar tas yang sudah disiapkannya, lalu mengikat rambut panjangnya, karena hari ini sangat panas. Setelah penampilannya dirasa pas, Lisa langsung berlari keluar kamar.

Belum sempat Lisa memegang kenop pintunya, Lisa kembali berjalan ke depan cerminnya. Memperbaiki poni dan pakaiannya. Lisa tersenyum melihat pantulannya di cermin. Namun, beberapa detik kemudian wajahnya kembali menjadi panik.

Langsung dilangkahkan kaki panjangnya keluar kamar dan menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Sesampainya di rak sepatu dekat pintu rumah, Lisa sembarang mengambil sepatu dan segera memakainya.

"Eomma, aku pergi dulu!!" Pamit Lisa bersamaan ketika membuka pintu rumahnya.

"Eoh, hati-hati!!" Balas ibunya dari dalam dan dapat terdengar oleh Lisa.

Kaki panjang Lisa berlari melintasi halaman rumahnya, membuka pagar, lalu berlari terbirit-birit menuju halte bus terdekat. Sepanjang perjalanan, dipikiran Lisa terus saja terbayang wajah kesal Jisoo, Jennie, dan Rose.

Lisa merutuki dirinya sendiri. Dia terlalu larut dengan surat-surat tidak jelas yang dibuatnya tadi, sampai-sampai janji yang sangat penting terlupakan olehnya.

"MIANHAE, YEOROBUN!!!" Teriak Lisa sambil berlari disepanjang trotoar.

***

Mata kucing Jennie menatap Lisa dengan tajam, seakan-akan dia ingin menelan Lisa bulat-bulat. Lisa yang berdiri dihadapan Jennie hanya bisa menunduk, takut menatap wajah galak Jennie.

"Kau tahu waktu yang kita janjikan untuk berkumpul?!" Tanya Jennie dengan nada menyeramkan, membuat Lisa merinding seketika.

Lisa menelan salivanya dengan kasar. "T-tahu, sunbaenim..."

Jisoo dan Rose segera menutup mulutnya untuk menahan tawa mereka. Sejak kapan Lisa memanggil Jennie dengan sebutan 'sunbaenim'? Biasanya dia langsung saja memanggil Jennie dengan 'eonnie'. Jika dilihat-lihat, Lisa terlihat sangat lucu ketika sedang takut. Ditambah lagi orang yang membuatnya takut itu adalah Jennie.

Liar ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang