Tap... tap... tap...
Suara langkah kaki pelan menggema di lorong-lorong rumah sakit yang lengang. Loby rumah sakit telah sepi sejak beberapa jam yang lalu. Hanya suster dan beberapa petugas rumah sakit yang berlalu-lalang di sana. Pasien yang lain sudah terlelap dan lebih memilih untuk berdiam di ruangan masing-masing, tapi berbeda dengan Lisa.
Kini dia tengah berjalan dengan langkah perlahan menuju ruangannya. Pada pukul delapan malam tadi dia melakukan check-up bersama dokter Song dan baru siap pada pukul sepuluh malam.
Wajah pucatnya terlihat senang. Mulutnya tidak berhenti bersenandung dengan riang. Lisa sangat senang ketika mendengar kondisinya yang membaik, walaupun dia masih belum tau kapan akan dipulangkan ke rumah. Ditambah lagi selang infus yang selalu menancap dilengan kirinya dilepaskan meski hanya untuk saat itu saja. Tapi, itu sudah cukup untuk membuat Lisa merasa sangat senang hari ini.
Tanpa merasa ada yang aneh sedikitpun, Lisa terus melangkah menyusuri lorong rumah sakit. Hingga tiba-tiba...
Bruuuk
Lisa jatuh terduduk begitu saja di lantai lorong rumah sakit.
"E-eh?..." gumam Lisa kebingungan dengan kejadian yang tiba-tiba tersebut.
Ketika hendak berdiri kembali, Lisa merasa ada yang aneh dengan kedua kakinya. "N-nde?..."
Kedua kakinya tidak bisa digerakkan, walaupun otak Lisa telah mengirimkan perintah untuk berdiri. Tapi, kedua kakinya tidak bergeming sedikitpun. Raut wajah Lisa langsung berubah menjadi panik. Kesenangannya tadi langsung menghilang begitu saja.
"A-andwe... ini tidak mungkin..." lirih Lisa pelan mengusap wajahnya yang semakin pucat.
Tidak sengaja mata Lisa menangkap pegangan yang ada di dinding rumah sakit, biasanya digunakan pasien untuk menjaga keseimbangannya saat berjalan. Lisa langsung menyeret tubuhnya dan kedua kakinya yang terasa lumpuh mendekat ke dinding.
Lisa menatap pegangan itu, lalu meraihnya dengan susah payah karena pegangan itu sedikit tinggi dari posisinya yang sedang terduduk. Setelah kedua tangannya mantap mencengkram pegangan tersebut, Lisa dengan mati-matian mencoba mengangkat tubuhnya agar kembali berdiri seperti semula.
Keringat dingin mulai membasahi wajah Lisa. Urat yang ada pada tangannya terlihat, Lisa terus berusaha untuk berdiri. Tapi, sayang. Tangan kurus dan lemah Lisa tidak sanggup menahan beban tubuhnya dan berakhir jatuh terduduk di lantai lagi.
Lisa menggigit bibir bawahnya. Dia tidak percaya dengan kejadian yang menimpanya saat ini. Padahal dokter Song bilang kondisinya mulai membaik, tapi... kenapa kakinya terasa lumpuh sekarang? Lisa mengusap rambutnya kebelakang. Dia benar-benar sangat panik sekaligus takut kali ini.
Kedua tangan Lisa mengepal erat, lalu mulai memukul-mukul kedua kakinya. "Berdiri!!!... berdiri!!!... berdiri!!!"
"Aku bilang, berdiri!!! Kau kakiku, kan?!!!... BERDIRI!!" Teriak Lisa dengan frustasi bersamaan dengan air matanya yang mulai berjatuhan.
Tetap saja, kedua kakinya sama sekali tidak dapat digerakkan. Lisa menatap kedua kakinya dengan nanar. Tangannya mencengkram kedua kakinya dengan erat. Tidak ada yang bisa dia lakukan lagi, selain...
"Aaaarrggghhh..."
Teriakan putus asa Lisa menggema di lorong rumah sakit dan terdengar sangat memilukan.
***
"Jisoo-ssi."
Suara Tuan Park berhasil menyadarkan Jisoo dari lamunannya. Padahal mereka sedang rapat untuk membahas gerakan koreo terbaru mereka, tapi bisa-bisanya Jisoo melamun ketika sedang mengikuti pembicaraan yang serius itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Liar ✔
Fiksi PenggemarMenurut Lalisa, berbohong merupakan satu-satunya cara untuk membuat orang yang ada disekitarnya tetap tersenyum. Tidak mengapa saat dia 'pergi' nanti akan dicap sebagai 'pembohong'. Karena... dia memiliki alasan tertentu.