Bau antiseptik langsung tercium dengan pekat ketika Jisoo, Jennie, dan Rose masuk ke dalam loby rumah sakit tempat Lisa di rawat.
Setelah mendapatkan informasi ruangan Lisa dari resepsionis, mereka langsung menuju lantai tiga, ruangan 273.
Hingga saat ini, mereka bertiga masih tidak percaya ketika melihat Lisa jatuh pingsan begitu saja, setelah tampil untuk kompetisi kemarin. Kejadian tersebut berhasil membuat semua orang yang ada dibelakang panggung seketika panik.
"Oh! Anyeong~" Lisa yang duduk di atas kasur pasien melambaikan tangannya kepada Jisoo, Jennie, dan Rose saat mereka bertiga masuk ke dalam ruangannya.
Mereka bertiga terdengar menghela napas lega ketika melihat Lisa yang terlihat baik-baik saja. Mereka kira kondisi Lisa akan parah setelah pingsan kemarin. Dahi Lisa mengkerut melihat Jisoo, Jennie, dan Rose yang menatapnya dengan lama.
"Waeyo?" Tanya Lisa.
"Ah... aniyo." Jisoo menggelengkan kepalanya, lalu melangkah mendekati kasur Lisa.
"Gwenchana? Kami sangat terkejut ketika melihatmu pingsan dengan tiba-tiba." Rose menatap Lisa dengan cemas, dia duduk di tepi kasur.
"Hmm, gwenchana! Mianhae, karena telah membuat kalian cemas... akhir-akhir ini aku merasa sedikit anemia, jadi aku sangat mudah lelah."
Jisoo, Jennie, dan Rose mengangguk paham setelah mendengar jawaban Lisa. Diluar langit terlihat mendung, sangat jarang sekali hujan turun ketika sedang musim panas.
"Oh, ya! Lisa-ya, Jendeuk membawakanmu sesuatu." Ucap Jisoo setelah terdiam sebentar, lalu menoleh ke arah Jennie yang duduk di kursi sebelah kasur Lisa.
Jennie langsung terbatuk, lalu menatap Jisoo dengan tajam. "Ya! Bukannya ini dari kita bertiga?!"
"Nde? Jinjja? Bukankah kau yang paling sibuk mencarikan buah yang paling bagus untuk Lisa tadi? Benarkan, Chaeng-ah?" Jisoo melirik Rose sambil menaik-turunkan alisnya.
Rose yang duduk disebelah Lisa terkekeh dan mengangguk. Mendengar itu, Lisa langsung menolehkan kepalanya ke arah Jennie.
"I-igoo... jangan dengarkan mereka!" Ketus Jennie menyerahkan sekantong buah-buahan kepada Lisa.
Lisa tersenyum dengan lebar ketika menerima sekantong buah-buahan tersebut. "Gomawo, yeorobun!"
"Lalu, bagaimana dengan kompetisinya?" Lanjut Lisa lagi sambil mengunyah apel yang ada didalam kantong tersebut.
"Kita lolos dengan nilai tertinggi!" Jawab Rose dengan semangat.
"Nilai kita memang tinggi, tapi kenapa kau terlihat seperti orang yang paling menderita kemarin, eoh? Park Chaeyoung." Sekarang giliran Rose yang digoda oleh Jisoo.
"Ah... nde! Jisoo-eonnie, apa eonnie masih ingat ketika Lisa dibawa ke rumah sakit ada yang terus menangis memelukku? Nugu? Aku tidak ingat orangnya." Jennie terkekeh melirik Rose.
"Humph!" Rose memalingkan wajahnya ke arah lain, pipinya terlihat menggelembung, wajahnya cemberut. Tawa Jisoo, Jennie, dan Lisa langsung lepas melihat Rose yang kesal.
"Apa kau pernah pingsan seperti ini setelah mengikuti kompetisi?" Tanya Jisoo setelah tawa mereka reda.
Lisa menggeleng. "Ani, ini pertama kalinya."
"Sebenarnya kau kenapa, eoh?" Giliran Jennie yang bertanya.
"Sudah aku bilang, Jennie-eonnie... akhir-akhir ini aku merasa sedikit amnesia."
Mereka bertiga terdiam, jawaban Lisa tidak terasa meyakinkan. Tetapi, mereka mencoba untuk tetap berpikiran baik bahwa Lisa akan baik-baik saja.
Setelah puas mengobrol Jisoo, Jennie, dan Rose pamit pulang. Dengan senyuman lebar diwajahnya, Lisa melambaikan tangannya melepas kepergian mereka. Ketika pintu tertutup hanya tersisa keheningan di ruangan Lisa, hingga dia bisa mendengar deru napasnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Liar ✔
Hayran KurguMenurut Lalisa, berbohong merupakan satu-satunya cara untuk membuat orang yang ada disekitarnya tetap tersenyum. Tidak mengapa saat dia 'pergi' nanti akan dicap sebagai 'pembohong'. Karena... dia memiliki alasan tertentu.