Besok adalah hari yang ditunggu-tunggu.
Semua peserta yang berasal dari berbagai daerah di Korea Selatan akan datang dan berkumpul di satu tempat, gedung tempat dilaksanakannya kompetisi tersebut.
Pada hari itu juga semuanya akan berusaha untuk tampil sebaik mungkin agar bisa lolos ke babak selanjutnya, jika tidak maka semua kerja keras mereka selama ini akan sia-sia.
Seperti yang telah diketahui. Kompetisi itu merupakan salah satu kompetisi yang bergengsi, dikarenakan tamu undangan yang hadir adalah perwakilan masing-masing agensi yang sudah terkenal. Ini sekaligus menjadi jalan pintas untuk bisa bergabung dan debut dibawah naungan agensi terkenal tersebut.
Tapi, tentu saja tidak semudah yang dibayangkan. Jika ingin menarik perhatian perwakilan agensi tersebut, maka masing-masing peserta harus tampil dengan sebaik dan semenarik mungkin atau mereka harus menjadi nomor satu.
Hal-hal itulah yang dipikirkan oleh Lisa saat ini. Matanya terpejam sambil terus memikirkan tentang kompetisi besok, membiarkan angin malam berhembus menerpa wajahnya. Terasa dingin.
Bulan dan bintang terlihat bersinar dengan terang, menemani Lisa yang enggan untuk masuk ke dalam kamarnya dan lekas tidur. Waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Tapi, Lisa masih tetap berdiri di balkon kamarnya.
"Besok, ya..." mata Lisa yang tadinya terpejam, kini perlahan terbuka kembali menatap langit.
Lise tersenyum tipis menatap langit. Setelah sekian lama dia tidak mengikuti kompetisi dance, akhirnya dia dapat ikut kembali, bersama anggota yang saling mendukung dan menyayangi satu sama lain. Salah satu impian Lisa ketika dia masih menjadi solo dancer dan kebetulan saat itu dia kagum dengan kekompakan The Queens yang dulu.
Dulu dia sangat berharap untuk bisa mengikuti kompetisi group dan memiliki anggota yang saling mendukung. Dan ternyata terkabul.
Kenangan ketika bertemu dengan Rose, Jisoo, dan terakhir Jennie kembali teringat oleh Lisa. Sesekali dia tertawa sendiri mengingat kejadian ketika dia memaksa Jisoo dan Jennie untuk kembali mengikuti dance lagi.
Tawa Lisa terhenti ketika dia teringat akan sesuatu yang sempat membuat Lisa merasa terpuruk dan putus asa secara bersamaan. Senyuman Lisa perlahan luntur, digantikan dengan bulir air mata yang menggenang di matanya.
Semakin Lisa mengingat kejadian di rumah sakit itu, semakin banyak pula air matanya yang menggenang, kemudian membesar dan jatuh membasahi pipi Lisa.
Tubuh Lisa bergetar menahan tangisannnya, dia menangis tanpa suara. Malam itu tidak ada yang tahu, untuk pertama kalinya setelah Lisa diketahui mengidap penyakit yang berujung kematian... dia menangis. Menumpahkan semua yang dirasakannya selama ini, tanpa ada yang berada di sisinya sebagai sandaran ketika dia dalam kondisi seperti ini. Karena, dia tidak ingin membuat orang-orang yang menyayanginya ikut bersedih.
***
"Eoh? Lisa-ya... kenapa matamu bisa bengkak seperti itu?"
Suara Rose berhasil membuyarkan lamunan Lisa. Dengan cepat Lisa menolehkan kepalanya ke arah Rose, lalu memasang senyum yang selalu menjadi ciri khasnya. Mereka sedang duduk di ruang tunggu khusus peserta yang ingin mengikuti kompetisi.
Ruangan itu bisa menampung seratus orang lebih dengan bangku-bangku panjang sebagai tempat duduknya. Ada banyak group dance yang berpatisipasi dalam kompetisi ini, ada yang beranggotakan empat orang dan ada juga yang lebih dari sepuluh.
"Gwenchana... kemarin aku menonton drama, ceritanya sangat menyedihkan sekali. Sampai-sampai aku menangis semalaman." Jawab Lisa berbohong seperti biasanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Liar ✔
Hayran KurguMenurut Lalisa, berbohong merupakan satu-satunya cara untuk membuat orang yang ada disekitarnya tetap tersenyum. Tidak mengapa saat dia 'pergi' nanti akan dicap sebagai 'pembohong'. Karena... dia memiliki alasan tertentu.