"Ada apa, sayang? Kepalamu pusing?"
Terdengar suara lembut ibu Lisa yang menyadarkan Lisa dari lamunannya. Dengan cepat Lisa menggelengkan kepalanya dan tersenyum.
"Ani, eomma..." jawab Lisa sambil mengambil sumpitnya dan mulai makan.
Cerita tentang masa lalu The Queens masih teringat-ingat oleh Lisa. Dia tidak menyangka jika alasan bubarnya group dance kesukaanya akan seperti itu.
"Lisa, gwenchana?" Tegur ibunya sekali lagi ketika melihat Lisa kembali melamun.
"Eoh! Hahahaha... mianhae, eomma aku melamun lagi. Gwenchana." Lisa tertawa merutuki tingkahnya barusan.
Tidak ada respon dari ibunya. Mata ibunya menatap Lisa dengan lekat-lekat. Khawatir jika Lisa kembali menyembunyikan masalahnya lagi dan dipendamnya sendirian. Lisa yang hendak menyuapkan nasi ke mulutnya tertunda, karena melihat tatapan ibunya.
"Eomma, jinjjayo! Gwenchana." Ucap Lisa meyakinkan ibunya.
"Ne, arasseo... jika kau ada masalah kau bisa bilang kepada eomma, eomma akan selalu mendengarkanmu." Ibu Lisa akhirnya mengangguk.
"Siap, komandan!" Lisa memberikan hormat kepada ibunya.
Ibu Lisa langsung tertawa melihat tingkah putri satu-satunya itu, begitu juga dengan Lisa. Dia tersenyum dengan lebar ketika melihat ibunya tertawa. Itulah impiannya ketika masih diberi kesempatan untuk tetap hidup di dunia ini... membuat orang-orang yang disayanginya tersenyum dan bahagia.
"Appa dimana?" Tanya Lisa disela-sela makan malam bersama ibunya.
"Masih di kantor. Masih ada beberapa urusan yang belum selesai." Jawab ibunya.
Lisa mengangguk, lalu mengisi kembali gelasnya yang sudah kosong dengan susu cokelat kesukaannya. Kebiasaan Lisa jika telah selesai makan.
"Eomma, apa eomma masih ingat dengan group dance yang sangat aku idolakan dulu?" Lisa membuka obrolan sambil menghabiskan susu cokelatnya.
"Umm... chankaman, biar eomma ingat-ingat dulu."
"Ah! Eomma ingat, pasti namanya Princess? Benar, kan?" Tebak ibunya.
"Aniyo... namanya The Queens, eomma." Lisa menggelengkan kepalanya.
"Eoh, bukan itu? Mana eomma ingat tentang hal seperti itu. Memangnya kenapa?"
Lisa memutuskan untuk menceritakan cerita tentang The Queens yang diberitahu oleh Jisoo saat mereka pulang latihan tadi. Dengan semangat Lisa menceritakan kepada ibunya tanpa ada bagian yang terlewatkan.
"Jinjja?!" Seru ibunya tidak percaya saat Lisa menyelesaikan ceritanya.
"Ne, eomma... aku juga kaget ketika mendengarnya langsung dari Jisoo-eonnie." Lisa menghabiskan susu yang masih tersisa di gelasnya.
"Menurut eomma siapa yang salah disana?" Sambung Lisa, meminta pendapat ibunya.
Terlihat ibunya berpikir sejenak sambil membereskan piring-piring kotor yang ada di atas meja, lalu menumpuknya menjadi satu.
"Kalau menurut eomma... yang salah kedua-duanya." Jawab ibu Lisa.
"Nde? Maksud, eomma?" Tanya Lisa bingung menatap ibunya.
"Jadi, begini... kau bilang tadi jika pelatihnya hanya mengistimewakan si... siapa namanya tadi?"
"Jennie-eonnie." Jawab Lisa bergidik ngeri ketika membayangkan wajah galak Jennie.
"Nah, itu! Menurut eomma, tidak seharusnya seorang pelatih itu hanya mengistimewakan salah satu anggotanya, lalu bagaimana dengan yang lainnya? Juga para anggota seharusnya mereka tidak marah atau merasa iri dengan pelatih maupun anggota yang diistimewakan itu. Seharusnya mereka menjadikan itu sebagai motivasi agar berubah menjadi lebih baik lagi." Jelas ibu Lisa panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Liar ✔
FanfictionMenurut Lalisa, berbohong merupakan satu-satunya cara untuk membuat orang yang ada disekitarnya tetap tersenyum. Tidak mengapa saat dia 'pergi' nanti akan dicap sebagai 'pembohong'. Karena... dia memiliki alasan tertentu.