"Toko gitar?"
Rose menaikkan alisnya sebelah ketika menatap sebuah toko gitar yang terletak di salah satu mall terbesar yang ada di Seoul. Lisa mengganggukan kepalanya semangat.
"Wae?" Rose menatap Lisa bingung.
"Kau ingat, saat aku datang terlambat dan dimarahi oleh Jennie-eonnie... bukannya saat itu aku berjanji ingin menghadiahkanmu sebuah gitar?"
Rose menautkan kedua alisnya, mencoba mengingat kembali kejadian yang telah berlalu. Setelah beberapa saat Rose langsung ber-oh, karena berhasil mengingatnya.
"Aigoo... kau tidak perlu repot-repot, Lisa-ya."
"Aniyo! Janji tetap janji dan aku harus menepatinya."
"Tapi--"
Ucapan Rose terhenti ketika melihat Lisa yang memasang wajah memelasnya sekaligus ber-agyeo. Bibir Rose langsung tertarik ke atas melihat Lisa yang bertingkah seperti itu. Rose terdiam sejenak, beberapa saat kemudian dia mengangguk setuju.
Lisa bersorak senang dan segera menarik Rose untuk masuk ke dalam toko gitar tersebut. Terdapat banyak jenis gitar yang terpajang disepanjang dinding toko tersebut. Pelayan toko dengan ramah melayani Lisa dan Rose, sekaligus menjelaskan setiap jenis dari gitar tersebut.
Setelah mendengar penjelasan dari pelayan toko, Rose langsung berkeliling untuk mencari gitar pilihannya. Mata Rose dengan teliti menelusuri setiap gitar yang terpajang, tanpa melewatkan satu pun. Hingga matanya tertuju ke arah salah satu gitar berwarna pink yang menarik perhatiannya.
"Lisa-ya... bagaimana dengan gitar pink itu?" Rose meminta pendapat Lisa sambil menunjuk gitar pink tersebut.
"Ah! Aku sebenarnya juga ingin mengusulkan itu." Lisa tertawa pelan.
Sejenak mereka tertawa, karena pilihan mereka sama. Tanpa menunggu lagi, Rose langsung memanggil pelayan toko tersebut untuk mengambilkan gitar tersebut. Rose memegang dan mencoba gitar tersebut, terlihat sangat cocok dengannya.
"Berapa harganya?" Lisa bertanya dengan sopan.
Rose tercengang ketika mendengar harga gitar pilihannya, tapi Lisa dengan senang hati tetap membelikan gitar tersebut bersamaan dengan tasnya.
"Lisa-ya... b-bukankah itu terlalu mahal, eoh?" Rose menarik lengan baju Lisa, menjauh dari pelayan toko yang sedang menyiapkan gitar milik Rose.
"Gwenchana..." Lisa tersenyum tulus.
"Sekarang aku tidak khawatir lagi..." sambung Lisa mengalihkan pandangannya ke arah gitar yang sedang dikemasi oleh pelayan tersebut.
"Wae?"
"Aku tidak khawatir lagi jika aku sudah tidak ada disisimu, karena gitar inilah yang akan menggantikanku jika kau merasa kesepian..."
Entah kenapa rasa bahagia Rose yang dibelikan gitar oleh Lisa seketika lenyap, hilang begitu saja. Perkataan Lisa tadi menumbuhkan rasa takut sekaligus cemas jika dia akan benar-benar ditinggalkan oleh Lisa selama-lamanya. Rose menggeleng kuat-kuat.
"A-apa yang kau bilang, eoh? Jangan bercanda, Lalisa!!" Rose berseru marah.
Lisa hanya tersenyum, kemudian berjalan menghampiri pelayan toko yang telah siap mengemas gitar milik Rose. Mata Rose terus memperhatikan gerak-gerik Lisa yang sedang membayar di meja kasir. Dari mata Rose terlihat dengan jelas guratan kesedihan sekaligus kecemasan saat menatap Lisa.
'Semoga itu hanya candaan yang selalu kau ucapkan kepadaku, Lalisa...'
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Liar ✔
FanfictionMenurut Lalisa, berbohong merupakan satu-satunya cara untuk membuat orang yang ada disekitarnya tetap tersenyum. Tidak mengapa saat dia 'pergi' nanti akan dicap sebagai 'pembohong'. Karena... dia memiliki alasan tertentu.