Love you goodbye

942 103 4
                                    

🖤🖤🖤


Kalian percaya jika setiap pertemuan pasti ada perpisahan? Atau itu hanya mengulur waktu agar terlihat lebih lama?


🖤🖤🖤



"Just close your eyes and see.. i'll be by your side anytime you need me"

"Bahkan aku masih mengingat semua kalimatnya dengan begitu jelas bukan?"

"Daya ingat yang sangat bagus"

"Tentu saja! Aku!"

Lelaki dengan warna rambut hitam pekat itu tersenyum simpul menanggapi ucapan lelaki di depannya membiarkan dia tersenyum manis. Begitu manis hingga melupakan jika mereka sedari tadi di temani oleh secangkir latte yang mungkin sudah dingin di makan waktu. Melupakan waktu yang terus berputar tanpa terasa sudah menunjukkan pukul 10 malam.

Apa begitu besar dampak rasanya nyaman untuk seseorang?

Alam semesta bahkan diam membiarkan dua insang pemuda itu bercengkrama. Hingga rasanya waktu seperti satu kedipan mata, tidak akan ada yang pernah tau jika perasaan mulai ikut campur di dalamnya. Seperti mereka menikmati waktu setiap detiknya tanpa menghiraukan sekelilingnya.

"Aku rasa kopi kita mulai dingin". Kekehnya dengan renyah.

"Tidak masalah, aku tidak keberatan jika di tambah es batu. Ingin satu gelas tambahan?"

"Aw! Manis sekali!"

"Apapun untuk lelaki manis seperti mu". Lelaki itu tersenyum simpul.

"Jongin Kim, panggil saja sayang". Jongin mengedipkan sebelah matanya mencoba menggoda lelaki didepannya dengan candaan.

"Bagaimana jika istriku?"

"Beri aku mahar 8 juta 300k Korean won, maka aku terima"

"Aku terlalu miskin untuk itu"

"Mundur saja kalau begitu?". Jongin mulai mengangkat cangkirnya lalu meminum kopinya perlahan.

"Tapi jika kau bersedia untuk mengumpulkan bersama ku, aku kira akan lebih mudah?"

Jongin memutar bola matanya."Aku benci lelaki dengan mulut manis seperti mu"

"Aku lebih benci mengetahui fakta jika aku tidak bisa menolak pesona mu". Lelaki itu menatap Jongin.

"Aku mual"

"Panggil aku ayah". Lelaki itu menyalakan puntung rokoknya lalu menghembuskan nafasnya pelan.

"Kenapa begitu?". Jongin menatapnya dengan alis bertautan.

"Karna kau hamil anak ku"

"Aw! Selera humor mu boleh juga"

Lalu mereka berdua tertawa tanpa beban begitu ringan hingga rasanya semua beban yang ada di bahu mereka lenyap begitu saja. Tiba-tiba seorang anak kecil perempuan dengan kemeja hitam, celana putih panjang dan sepatu hitam berjalan menuju arah Jongin. Menarik celananya untuk mendapatkan perhatiannya. Tangannya sebelah kiri sibuk memainkan lolipop di mulut mungilnya.

"Hei anak manis, dimana orang tua mu?"

Anak itu menggeleng.

"Apa dia anak mu?"

Jongin menggeleng. "Aku bahkan belum menikah"

"Aku rasa dia tersesat"

"Apa kau sudah menutup toko kopi ini?"

"Belum, aku rasa perbincangan kita terlalu asik"

"Mungkin orang tua anak ini ada di sekitar toko"

"Bisa saja, kalau begitu aku tutup dulu tokonya". Lelaki itu berdiri lalu mulai menutup tokonya karena hari sudah mulai larut malam.

Jongin mengangguk lalu mengangkat anak kecil itu diatas pangkuannya, melihat dengan lekat wajah anak itu. "Kamu sangat cantik, apa orang tuamu meninggalkan mu sendiri?"

Bocah itu masih sibuk menikmati lolipopnya tanpa menghiraukan ucapan Jongin. Jongin mencubit pipi anak itu gemas. "Kau bahkan tidak menghiraukan ku, apa paman terlihat jelek?"

Anak itu masih setia diam, hingga seseorang kini sudah berjalan menuju mereka tanpa mereka berdua sadari seseorang itu terkejut melihat kehadiran lelaki yang sedang memangku anaknya.

"Jongin.. "

"Ah kau sudah selesai menutup tokonya?"

Jongin ke arah pemanggil. Tiba-tiba tubuhnya kaku di tempat. "Kau.. kenapa bisa disini?"







TBC.

Request BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang