chapter 4

67.9K 6K 692
                                    

"Setelah ibu pergi dari istana itu. Ibu hidup berdua dengan seorang wanita tua didalam hutan ini, waktu itu aku bertemu wanita tua itu di hutan ini, dia lalu mengajakku untuk tinggal dirumahnya, karena memang ibu sudah menceritakan semuanya pada wanita tua itu, dia sudahku anggap seperti ibu kandungku sendiri.

"Lalu saat tiba kelahiran mu, ibu sangat bahagia. Kau lahir dengan sehat, kau begitu cantik, kau mirip denganku, hanya matamu yang mirip dengan ayahmu. Aku sangat bahagia, ibu memberimu nama Eurycea wilderae. Itu seperti lambang biru, dan nama itu sangat pas. Karena matamu berwarna biru" saat ibu mengatakan itu, aku refleks memotong ucapannya, dan menanyakan.

"Jadi namaku sekarang bukan dyeza, tapi eurycea?" dia hanya menganggukkan kepala membenarkan ucapan ku.

"ibu. Ibu tadi bilang saat aku lahir warna mataku biru?"

"Iya, kenapa?, Kau tidak percaya... Lihat saja matamu sekarang berwarna biru"

"Iya tapi... Saat aku tinggal bersama ibu ku, warna mataku adalah hitam pekat, bukan biru" aku melihat dia mengerutkan keningnya, lalu seolah dia baru saja mengingat sesuatu ibu langsung menjawab pertanyaan ku.

"Ah ya sayang... ibu baru ingat. Aku akan menjawab pertanyaan mu, tapi nanti, kau dengar lanjutan cerita ini dulu" aku langsung cemberut karena dia tidak menjawab pertanyaan ku.

"Setelah beberapa hari kelahiran mu, aku dan ibu angkat ku disibukan mengurus mu. Tapi saat itu terdengar orang orang dari istana ayahmu datang, dan akan membunuh kita, lalu ibu angkatku menyuruh kita untuk lari dari sana, karena kita dalam bahaya. Entah telah terjadi apa sampai orang istana ingin membunuh kita, saat itu juga ibu lari membawamu dan ibu angkatku mencegat mereka yang mengejar kita.

"Dan terjadilah peperangan kecil, ibu angkatku melawan mereka semua dengan sihirnya, dia memang dari klan witch. Ibu terus berlari karena salah satu dari mereka mengejarku. Lalu ibu melihat ada sebuah cahaya didekat pohon besar yang berada tepat dihadapanku. Akhirnya ibu mulai memasuki cahaya itu, tiba tiba ibu sudah berada di kota yang sangat ramai sekali, dan aku baru menyadari cahaya tadi adalah dimensi untuk menuju dunia manusia".

"Awalnya ibu berniat untuk tinggal di dunia manusia selamanya, tapi aku mengingat ibu angkatku yang selama ini telah membantu kita, jadi ibu terpaksa menitipkan mu, ibu meninggalkanmu didepan rumah yang sederhana, tidak lupa aku menulis surat untuk penghuni rumah itu dan juga untuk dirimu, jika aku belum menjemputmu. Lalu ibu pergi meninggalkanmu di sana..." Aku melihat ibu sudah terisak, aku langsung memeluknya, menenangkannya.

Setelah sudah tenang dia kembali melanjutkan cerita itu.

"Maafkan ibu sayang. Setelah ibu kembali ke hutan itu, ibu melihat semua prajurit sudah tak bernyawa, dan aku juga melihat ibu angkatku sudah terkapar lemah tak berdaya. Aku panik, dan menghampiri ibu angkatku, lalu dia mengatakan sesuatu yang membuatku sangat terkejut. Dia mengatakan.... Kau sangat spesial. Banyak yang menginginkan mu. Karena kau adalah sang legenda. Setelah mengatakan itu, dia meninggalku, air mata ku terus turun dengan deras".

"Awalnya aku berencana akan mengambil mu kembali, tapi saat mendengar ucapan ibu angkatku, ibu tidak jadi mengambil mu, akhirnya ibu putuskan untuk menunggu mu berusia 17 tahun, dan saat itu ibu benar benar tersiksa karena kepergian ibu angkatku, dan kau juga jauh dariku. Maafkan ibu". Setelah ibu sudah menceritakan semuanya aku langsung memeluknya dan mengatakan.

"Sudahlah, itu sudah berlalu. Yang penting sekarang kita sudah kembali bersama" ibu hanya tersenyum menanggapi ucapan ku. Tapi dia tidak tau bahwa sebenarnya semenjak ibu menceritakan kejadian itu aku sudah menanam kebencian pada mereka.

Aku tersenyum miring saat memikirkan untuk membalas dendam pada mereka yang sudah membuatku dan ibuku menderita.
Lalu aku melepaskan pelukanku karena aku sudah gatal ingin menanyakan tentang dunia ini yang tidak aku ketahui.

The Eyes Academy (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang