Five

2.1K 210 10
                                    

Sudah tiga hari irene menemani shuhua dirumah sakit. Menunggu dengan sabar sampai adiknya sadar. Irene begitu sabar dan telaten merawat shuhua, bahkan meskipun shuhua tidak menunjukkan tanda-tanda akan sadar dari tidurnya. Apa sebesar itu rasa sakit shuhua sehingga ia enggan untuk terbangun?

Dan akhirnya penantian irene dan doa irene terjawab detik itu juga ketika dilihatnya kedua mata indah shuhua mulai bergerak dan berusaha untuk terbuka.

Irene juga merasakan jemari lentik shuhua menunjukkan pergerakan kecil.

"Shuhua. Shuhua-ya. Shuhua kau sudah sadar?" Irene begitu antusias ketika kedua mata adiknya terbuka sempurna.

"Syukurlah. Eonni senang kau sudah sadar. Terimakasih Tuhan." Ucap irene terlihat begitu bahagia dengan sadarnya adiknya itu.

"Eo-eonni." Ucap shuhua berusaha mengerahkan seluruh kemampuannya berbicara.

"Kenapa? Kau butuh sesuatu?" Irene dengan sigap bangkit dan bersiap mengambilkan apapun yang diinginkan shuhua.

Sayangnya gadis cantik itu tidak juga mengeluarkan suaranya meminta sesuatu dari irene. Melainkan ia bisa melihat genangan dipelupuk mata shuhua. Cairan bening itu siap terjatuh dipipi mulus shuhua jika gadis itu memejamkan matanya.

"Yak..yak.. kenapa kau menangis? Apa yang kau rasakan? Dibagian mana yang sakit? Biar eonni panggilkan dokter. Tunggu seben—"

Shuhua meraih tangan irene yang bersiap melangkah meninggalkan dirinya.

"Wae?" Irene bertanya ketika ia merasa shuhua menyuruh dirinya untuk tinggal.

"Eonni, disini saja. Temani shuhua. Shuhua tidak mau sendiri" ucap shuhua dengan suaranya yang serak menahan tangis.

Hati irene rasanya tercabik-cabik mendengar suara shuhua. Ia tahu betul gadis kecilnya itu menahan sakit dan rasa takut yang masih membekas diseluruh tubuh dan perasaannya.

Irene bisa merasakannya lewat genggaman shuhua. Namun irene tidak ingin menangis didepan shuhua. Jika ia terlihat lemah, maka siapa yang akan memberikan kekuatan pada shuhua?

"Baiklah, eonni akan disini. Eonni janji tidak akan lagi meninggalkanmu sendirian. " irene pun kembali duduk dengan senyuman tulus dibibirnya.

"Eonni, terimakasih." Shuhua berusaha memberikan senyum terbaiknya pada irene.

"Dan maaf."

Seketika senyuman irene perlahan memudar mendengar satu kata itu keluar dari mulut shuhua.

"Untuk apa?"

"Karna shuhua selalu membuat eonni khawatir dan shuhua selalu menjadi beban untuk eonni. Maaf karna shuhua eonni jadi harus—"

"Sst. Kau tidak boleh bicara seperti itu." Irene meraih tangan shuhua untuk ia genggam.

"Dengarkan eonni. Kau adalah harta eonni yang paling berharga. Kau adalah segalanya bagi eonni. Dan eonni akan melakukan apapun untukmu. Jadi, jangan pernah berfikir bahwa kau adalah beban untuk eonni." Irene mengucapkannya dengan sungguh-sungguh. Ia menatap kedalam mata shuhua yang sudah tidak bisa menahan deraian air mata itu terjatuh.

"Kau adalah dunia eonni dan kehidupan eonni. Kedepannya, jangan pernah menyembunyikan apapun lagi dari eonni. Kau bisa membagikan rasa sakitmu pada eonni. Sesakit apapun itu kau harus membaginya pada eonni agar kau tidak terlalu merasakan sakitnya. Mengerti?" Dengan patuhnya shuhua mengangguk dengan tatapan yang sepenuhnya ia arahkan pada irene.

"Jjaraseo!" Jawab irene kemudian membelai helaian rambut shuhua yang begitu lembut dan indah itu.

"Eonni menyayangimu. Eonni sangaat menyayangimu" ucap irene kemudian.

HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang