Twenty Six

1.3K 92 22
                                    

"Laper?" Wendy bertanya sambil melirik Irene yang sedang berusaha memejamkan matanya untuk tidur sedari tadi, tapi tidak pernah berhasil. Alhasil dia hanya goleran gak jelas, kadang juga menggerutu pelan karena kesal.

"Laper, tapi mager. Pengen tidur tapi gak bisa juga. Kamu laper Boo?"

Wendy menaruh ponsel yang sedang dimainkannya kemudian bergerak untuk memeluk tubuh Irene. Dia memposisikan badannya diatas wanita itu dengan kepala yang disimpan diceruk leher pacarnya.

"Laper pengen makan kamu." Bisiknya serak. Senyum kecil merayap di bibirnya.

Irene terkikik. Memeluk leher Wendy dengan tangan mengelus rambut coklat lelaki itu lembut.

"Dih, yadong."

Wendy tiba-tiba mencium leher Irene pelan, menghembuskan nafas hangatnya diatas daun telinga wanita itu.

Irene secara otomatis merinding. Bulu kuduknya berdiri geli.

"Makanya jangan pake baju seksi-seksi, kamu gak tau aku nahan diri sekuat tenaga kayak gini?"

Lelaki itu mengangkat kepalanya untuk memandang wajah Irene yang bersinar--ulah lampu tidur di kamar mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelaki itu mengangkat kepalanya untuk memandang wajah Irene yang bersinar--ulah lampu tidur di kamar mereka. Malam ini entah kenapa Irene terlihat berkali lipat lebih cantik dengan poni yang dia sampingkan. Baju tanpa lengan memamerkan kulit lengannya dengan jelas. Ditambah senyum manisnya yg khas--Wendy merasa makin jadi bucin perempuan ini.

Sexy banget pacar gue, ya Tuhan..

Irene mengelus pipi Wendy lamat-lamat. Walaupun selama ini dia tidak pernah berbuat macam-macam pada Irene, ada kalanya Wendy tetaplah berpikir dan bertindak layaknya lelaki normal. Dia bisa tergoda oleh hasrat yang kadang muncul disaat tidak terduga. Seperti sekarang ini, Irene bisa melihat dengan jelas percikan nafsu membara dimatanya yang jernih.

Dan Irene merasa bodoh karena merasakan hal yg sama.

"Joo.." Bisik lelaki itu parau. Dia merunduk, mengecup bibir Irene dengan lembut, kemudian menggigit pelan bibir bawahnya. Menghisap kuat mulut pacarnya tersebut seolah ingin menghabiskan seluruh stok oksigen di paru-paru Irene.

Wendy mengelus pinggang Irene yang sudah menggeliat seperti cacing kepanasan. Suhu ruangan mulai terasa meningkat dan Wendy tidak bisa menghentikan dirinya kali ini. Tidak seperti biasanya.

"Boo, wait.." Kata wanitu itu kehabisan nafas. Irene terengah-engah dengan pipi memerah. Jantungnya berdegup gugup sekaligus takut.

Seolah tersadar, Wendy segera bangkit duduk. Dia mengumpat saat merasakan sesuatu mulai terbangun dibalik celananya. Padahal baru ciuman doang, shit!

"Shit, sorry baby. Aku lepas kontrol." Katanya memandang Irene bersalah.

Wanita itu menggeleng. Irene tidak bermaksud menakuti pacarnya seperti itu. Hanya saja, mereka mulai dengan terburu-buru dan Wendy tidak memberikan kesempatan untuknya meraup nafas dengan benar.

Mr. ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang