Eleven

782 84 13
                                    

Asupan dulu sebelum mulai baca

Credit to : Wenreneisawinrin
Aren't they so cute? :")
Kayak lagi beneran video call dan awalnya mereka dikenalin temen masing2 😂😂
.
.
.
"Sudah dibawa semua? Gak ada yg ketinggalan kan?" Tanya Wendy, dia berjalan begitu cepat--meninggalkan Irene yang tergopoh-gopoh memeluk setumpuk laporan bulanan di dadanya.

"Su-sudah pak." Irene berlari ketika melihat Wendy sudah menunggunya didalam lift dengan kaki menghentak tak sabar.

"Saya gak mau ada yang kurang saat rapat sudah dimulai." Katanya sambil memasukan kedua tangannya yang bebas ke dalam saku celana.

Irene diam-diam meneguk ludah sambil semakin mengeratkan kertas-kertas yang kini mulai terasa berat di kedua lengannya.

Beberapa saat kemudian mereka sampai di lantai 15, dimana ruangan rapat intern biasanya dilaksanakan.

Wendy keluar dengan langkahnya yang lebar, dan sekali lagi Irene dengan terseok mengikuti pria itu.

Benar-benar gak peka, jalannya cepet amat sih.. Gak liat apa orang kewalahan gini?! Gerutu Irene di dalam hati, kesal bukan kepalang.

Dia sebenarnya sudah biasa diminta bosnya untuk membawakan atau melakukan sesuatu, misal membuatkan kopi atau membelikan makanan, bahkan kadang menentang tas berat milik lelaki itu. Dan Irene sih oke-oke saja, toh itu kan kerjaannya--menuruti perintah sang atasan.

Biasanya Wendy lebih banyak marah dan menegur ketika dia merasa tidak sabar dan jengkel. Tapi hari ini, Wendy terlihat lebih pendiam dari wataknya sehari-hari. Masih tidak sabaran, tapi dia tidak berbicara banyak. Ada apa sih? Irene jadi merasa tidak enak. Serasa punya salah..

"Irene tolong panggil pak Dokyeom, saya tidak punya banyak waktu hari ini." Tiba-tiba suara Wendy terdengar saat mereka sudah masuk ke dalam ruangan.

Irene yang kaget, langsung memandang bosnya dengan mata sedikit melebar.
"Baik pak!" Setelah menaruh banyak kertas di lengannya ke atas meja, Irene buru-buru keluar untuk memanggil kepala divisi bidang pemasaran--Pak Dokyeom.

Sepertinya hari ini suasana hati Wendy sedang tidak baik, dan siap-siap saja meeting nanti mereka semua kena semprot.

Lagi gak bad mood aja nyeremin bin galak, gimana pas bad mood coba? Pasti gak jauh beda sama cewek lagi PMS..
.
.
.
"Saya tidak mau tau, segera buat laporan baru. Bagaimana anggaran pengeluaran bisa lebih besar dari pemasukan? Lalu bagaimana dengan target penjualan? Kalian bahkan tidak bisa mencapai titik itu. Dan satu lagi, jika saya menemukan siapa dalang dibalik penggelapan dana ini, kalian berurusan dengan saya secara langsung. Kalian tau saya tidak pernah main-main dengan ucapan saya." Wendy mengakhiri perkataannya dengan seringai seram.

Irene bisa melihat semua peserta pertemuan ini meneguk ludah mereka kasar. Dia sendiri sebenarnya merasa gemetar, seolah dia adalah pelaku yang membuat bosnya itu marah besar sekarang. Padahal Irene bahkan tidak tahu ada masalah seperti ini.

Jadi ini yang bikin pak Wendy bad mood?

Well, bukan salah Irene kalau bosnya itu tidak memperingati atau memberitahunya. Terkadang Irene merasa, Wendy tidak percaya sedikitpun padanya. Contohnya saja masalah ini, Irene hanya berharap bisa melakukan sesuatu untuk Wendy. Setidaknya agar lelaki itu tidak merasa sendiri.

Mr. ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang