...
"Assalamualaikum Bunda, Jeno pulang." seru Jeno sambil membuka sepatunya memasuki rumah, diikuti Dinda yang mengekor di belakangnya.
Sebelumnya Dinda sudah pulang terlebih dahulu untuk mengganti baju dan mengambil peralatan lukisnya, tentunya diantar Jeno.
Entah gimana bisa sekarang Dinda sudah merasa biasa saja dengan Jeno, seakan tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Mungkin karena sewaktu itu ia baru saja lulus SMP yang masih terbilang remaja labil dan sekarang jalan pikirnya sudah berubah.
"Waalaikumsalam, tumben kamu udah pulang." ucap Bunda Jeno yang sedang menonton tv sambil menyalami anak dan teman anaknya.
Karin baru tersadar kalau temannya Jeno kali ini perempuan. Karin tersenyum saat pandangan matanya bertemu dengan wajah Dinda yang juga sedang menatapnya sambil tersenyum.
Setelah belasan tahun hidup akhirnya Jeno bawa teman perempuan kerumah. Biasanya yang dibawa anak-anak cowok mulu, Karin sampai bosan melihatnya. Walaupun wajah teman-teman Jeno tidak ada yang jelek, tapi tetap saja bosan jika semuanya laki-laki.
"Nah gitu dong... Kali-kali kamu bawa temen perempuan, bosen tau liat pejantan terus." Ledek karin.
Dinda terkekeh mendengarnya, sedangkan Jeno hanya bersikap acuh tak acuh menanggapinya.
"Cantik banget kamu... Siapa namanya," ucap Bunda Jeno yang sudah berdiri dihadapan Dinda dengan nada dibuat-buat, Jeno ingin muntah mendengarnya.
"Bun, ajak dulu, aku mau ganti baju." Jeno lalu pergi meninggal kan Dinda bersama dengan Bundanya.
Dinda yang belum terbiasa hanya bisa tersenyum canggung dihadapan Bunda Jeno, "Nama aku Dinda tante." ucap Dinda tanpa menghilangkan senyum kecanggungan diwajah manisnya.
"Oh Dinda... Jangan panggil tante ah, udah tua gini, anaknya aja udah pada gede. Panggil aja Bunda... Biar enak."
"Eh I-iya tan- Bunda." jawab Dinda gugup.
Selanjutnya mereka berdua hanya saling diam. Karin masih asik memperhatikan paras cantik Dinda. Tak disangka ternyata anaknya, Jeno memiliki selera yang bagus soal perempuan.
"Bun, Kak Luna ada?" tanya Jeno yang sudah mengganti baju seragamnya dengan kaos putih polos dan celana pendek berwarna hitam.
Bunda Jeno menggeleng, "Nggak ada lah, dia kuliah hari ini."
Jeno hanya mengangukan kepalanya mengerti.
"Jeno, Bunda mau ikut rapat ibu rt dulu, kamu jaga rumah yang bener yah." perintah Karin.
"Iya," jawab Jeno singkat. "Ayu ketaman belakang, keburu sore." ajak Jeno yang langsung menarik tangan Dinda, membuat Dinda sedikit tersentak mendapat perlakuan seperti ini secara tiba-tiba.
Tibanya mereka di taman belakang, bola mata Dinda berbinar. Taman yang lumayan besar ini dipenuhi oleh berbagai macam bunga disetiap sisi dan sudutnya, serta dihiasi oleh satu buah pohon besar yang diberikan sebuah ayunan dibawahnya.
Andai dirumah nya ada yang seperti ini, mungkin pagi siang sore dan malam Dinda akan terus berada di sini.
"Bunda suka banget sama yang namanya bunga, makannya bisa punya tempat kaya gini." jelas Jeno pada Dinda yang masih menjelajah setiap inci taman ini menggunakan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable • Lee Jeno
Teen FictionJeno dengan segala pesonanya yang terlalu hebat dan luar biasa untuk digambarkan dengan kata-kata. ... Awal emng aneh, tapi lanjut aja terus sampe tengah, siapa tau jd suka. Note : Suka ganti-ganti cover ║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║ ©yeloratchet ≈ 2019