17 - Kejadian

358 29 15
                                    


Sepanjang ngetik aku dengerin lagu ini✨

Sepanjang ngetik aku dengerin lagu ini✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Selesai sarapan bersama ayah, Bunda dan kak Esa, Dinda segera bersiap untuk bertemu dengan Jeno. Iya, Dinda meng iya kan ajakan Jeno semalam, dan mereka sepakat akan bertemu di toko buku.

Tempat yang mana mereka pernah.... ya begitu lah.

Saat sedang memoleskan lipbalm sembari berkaca, pintu kamarnya terbuka perlahan. Dinda pun menoleh dan mendapati kak Esa yang berdiri diambang pintu sembari tersenyum manis.

Dinda pun membalas senyum manis itu sebelum kembali menghadap cermin. Esa masuk kedalam menutup pintu perlahan, ia lalu menghampiri Dinda yang masih asik di depan cermin.

"Ngapain sih dandan-dandan? kamu udah cantik juga." Esa baru menotice Dinda yang mengenakan pakaian rapih, "Pas banget sih, kayanya kamu tau ya kalo aku mau ajak kamu pergi? makannya rapih gini."

Dinda dalam sekejap langsung gugup, bagaimana ini? Esa akan mengajaknya pergi sedangkan ia sudah berjanji dengan Jeno. Kalau Dinda bilang ia tidak bisa ikut dan menjelaskan alasannya, Esa pasti akan marah.

"E—eh? Emangnya— kakak mau ajak aku kemana?" tanya Dinda gugup sembari merapihkan meja rias dihadapannya yang sedikit berantakan.

Esa berjalan kearah kasur lalu mendudukan dirinya di tepi kasur, "Kak Esa mau ajak kamu jemput temen-temen kakak dibandara." jawab Esa.

"Oh... Tapi— kalo aku nggak mau ikut, gimana kak?"

"Kamu nggak mau ikut? Emangnya kenapa?" tanya Esa mulai merasa curiga dengan gerak-gerik Dinda.

"Ya... Gapapa sih, Cuma males aja, hehehe." berusaha untuk membuat Esa tidak curiga Dinda tertawa menghadap Esa, menampilkan deratan giginya yang rapih.

"Yaudah kalo gitu ikut aja." Esa bangun dari duduknya langsung menyambar tangan Dinda membawanya pergi.

Dinda tidak bisa menolak, ia hanya bisa diam mengikuti langkah Esa menuruni tangga dengan keadaan hati yang udah nggak karuan. Gimana ini? Gimana Jeno nanti?

mereka berhenti saat sudah berada di bawah, dihadapan bunda dan ayah Dinda yang sedang nonton tv berduaan.

"Tante, om, Dindanya aku bawa ya?" izin Esa.

"Mau dibawa kemana anak om?" Tanya Damar dengan wajah yang masih terlihat ramah walau terkesan sedikit menyeramkan.

"Mau jemput temen dibandara, gapapa kan om?"

Damar mengacungkan jempolnya pertanda bahwa ia mengizinkan Esa untuk membawa Dinda, "Hati-hati tapi dijalan, jangan ngebut-ngebut, jagain anak om." pesan Damar untuk Esa.

Esa tersenyum senang, seakan dirinya telah meraih sebuah kemenangan. Ia pun membalah acungan jempol ayah Dinda, "Siap om! Kita berangkat yah."

Tanpa persiapan apapun lagi Dinda bersama Esa pun akhirnya berangkat. Bahkan Dinda belum sempat mengabari Jeno bahwa mereka tidak bisa bertemu.

Ineffable • Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang