27 - Dilabrak

220 21 2
                                    

___________________

•°•°•°•

•°•°•°•__________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•°•°•°•
__________________

Sudah sekitaran seminggu Jeno bersama Dinda pindah ke rumah Dinda. Ini semua juga atas permintaan Dinda yang tidak ingin meninggalkan Bundanya sendirian dirumah, makannya mereka memutuskan untuk tinggal disini bersama Bunda Diana.

Jam sudah menunjukan pukul sembilan malam, mereka sudah berada di dalam kamar dengan kegiatan masing-masing. Dinda yang sedang menggosok pakaian
dan Jeno yang sedang merapihkan buku mata pelajaran untuk besok kedalam tas dirinya dan tas Dinda.

Untuk pertama kali dalam hidup Jeno belajar, membuka buku. Ini semua juga atas dorongan Dinda yang memaksa Jeno untuk belajar.

Selesai merapihkan buku Jeno melihat Dinda yang masih menggosok baju, kemudian ia melihat jam yang berada di dinding kamar dan menghela nafas pelan. Ini sudah cukup malam, mereka juga besok harus sekolah, istrinya itu tidak boleh kelelahan.

"Dinda... Sudah dulu gosoknya." Jeno menepuk bahu Dinda kemudian mencabut colokan dari gosokan yang sedang Dinda pakai.

"Eh! Jeno kok dicabut." Dinda menatap Jeno tidak terima dengan Apa yang dilakukan Jeno. Ia sedang menggosok pakaian mereka berdua dan sebentar lagi  akan selesai, ia sengaja ingin menyelesaikannya malam ini supaya besok ia tidak pusing memikirkan gosokan yang menumpuk.

Jeno beralih mengambil tumpukan baju yang tertumpuk rapih sudah tergosok kemudian memasukannya kedalam lemari mereka. Jeno menyusunnya, ia meletakan baju-baju Jeno dan Dinda di tempat nya masing-masing.

Tidak ada respon apa-apa dari Jeno, Dinda menatap punggung suaminya yang berdiri itu acuh kemudian kembali menyolokan gosokan tersebut. Tapi baru saja ingin mulai menggosok lagi Jeno melirik ke arah Dinda dan mengeluarkan kata-kata yang membuat Dinda menghentikan gerak tangannya.

"Jangan gosok lagi atau aku marah."

Suara Jeno begitu tenang ia bahkan tidak menaikkan suaranya sama sekali, tapi justru suara rendah ini lah yang berhasil membuat Dinda diam karena takut. Ia pun akhirnya mencabut lagi gosokan itu dan memilih untuk berbaring diatas kasurnya sembari merenggangkan otot-otot tangan serta punggungnya.

Dinda membuat posisi tidur memunggungi Jeno. Jujur ia masih merasa jengkel dengan perlakuan Jeno. Kenapa istrinya cuma mau gosok aja kok nggak boleh? Yang ngerjain juga kan dia, bukan Jeno. Kenapa Jeno yang ribet?

Selesai merapihkan baju tak lupa juga Jeno menyiapkan baju seragam batik untuk mereka kenakan ke sekolah besok. Setelahnya ia merapihkan itu semua Jeno menyusul Dinda keatas tempat tidur, ia menyandarkan dirinya di kepala kasur sembari memainkan ponselnya sebentar.

Ia membuka grub yang berisikan anak-anak basis sekolahnya, sangat ramai sampai-sampai notif tak ada hentinya masuk namun ternyata mereka hanya membahas hal-hal yang tidak penting dan seperti biasanya memang lebih ke memojokan Haechan dan Renjun yang suka berdebat.

Ineffable • Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang