"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Luna mematung ditempat, ia belum sepenuhnya menutup pintu. Itu setan? Nggak mungkin ada setan pagi-pagi kan? Tapi suaranya kaya Jeno, tapi Jeno kan masih disekolah harusnya.
"Tolong yah, ada mah ada tapi jangan ganggu." Luna bermonolog sendiri seakan sedang berbicara dengan sesuatu yang ia duga merupakan makhluk halus.
"Apasih kak, lu kira gua setan." Jeno menyembulkan kepalanya, sebelum nya ia sedang berbaring dikarpet ruang tv sembari memainkan ponsel. Luna tidak melihatnya karena terhalang oleh sebuah sofa yang memang lumayan besar.
Luna menghentakan kakinya sembari menatap Jeno geram, "Ish, Jeno! Lu bikin orang jantungan aja tau nggak!"
Luna memutar bola matanya malas, tanpa memperdulikannya lagi ia langsung melenggang pergi menuju lantai 2 dimana kamarnya berada. Risih rasanya kalau sudah hampir siang begini belum mandi.
Satu kakinya sudah menginjak anak tangga, namun kembali berhenti terdiam saat mengingat ini bukan waktunya pulang sekolah. Jadi, yang tadi itu beneran setan atau emang Jeno? Tapi masa setan ada dipagi begini.
Perlahan-lahan Luna menolehkan kepalanya kebelakang, matanya melotot saat melihat Jeno yang kini malah duduk diatas sofa sembari memainkan ponselnya. Udah pasti, itu beneran Jeno!
"JENOOOOO!"
Jeno menutup kuping saat teriakan maut itu menggema di dalam rumahnya, kalau saja ia tidak menutup kuping mungkin gendang telinganya bisa saja pecah.
Luna dengan langkah cepat berjalan kearah Jeno, menjatuhkan totebag berisikan barang-barang tugas yang sebelumnya ia tenteng.
Tanpa babibu, Luna menjewer telinga Jeno dari belakang, "Eughh! Elu tuh ya... Bener-bener deh! Kenapa nggak sekolah Astagfirullah.... Gua bilangin ayah tau rasa lu motornya diambil lagi."
"A—a—ah, sakit kak! Lepasin.." Jeno mengaduh kesakitan, ia berusaha melepas dengan menepuk-nepuk tangan Kak Luna yang menarik telinganya, namun tangan itu tak kunjung lepas, Luna malah menambah rasa sakit Jeno dengan mencubitnya menggunakan kuku yang panjang bukan main.
Luna akhirnya melepas Jewerannya namun ocehan terus saja membombardir dari mulutnya.
"Jeno... Lu tuh mau jadi apa sih, kelakuan nggak pernah bener... Kerjanya cuma keluar masuk ruang bk, bolos, lu nanti lulus mau jadi apa hah?! Mau langsung jadi bapak? Nikah?"
Deg,
Entahlah, perasaan Jeno langsung tertuju pada Dinda.
"Lu bikin keluarga juga butuh duit... Lu mau nanti kerja serabutan hah? Ga kesian lu sama masa depan?"
Sudah cukup, Jeno tidak ingin mendengar hal seperti ini, itu bisa membuatmu terus kepikiran.
"Bisa diem nggak? jangan ngomong mulu, mending lu kerokin gua nih."
Luna yang tadinya kesal kini menatap sang adik khawatir, ia memegang pelipis Jeno memastikan apakah suhu badan adiknya ini panas atau tidak.
"Lu kenapa? Pusing?" Luna bertanya.
Jeno mengangguk pelan,
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable • Lee Jeno
Teen FictionJeno dengan segala pesonanya yang terlalu hebat dan luar biasa untuk digambarkan dengan kata-kata. ... Awal emng aneh, tapi lanjut aja terus sampe tengah, siapa tau jd suka. Note : Suka ganti-ganti cover ║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║ ©yeloratchet ≈ 2019