11 - Sakit sedikit

188 27 6
                                    

...

Dinda mengerjap kan matanya perlahan, mimpi indah di dalam dunia permen terhenti akibat seseorang yang mengusiknya dengan cara meniup-niup permukaan wajahnya.

"Jeno ih..." lirih dinda saat menangkap siluet lelaki disebelahnya yang ia duga adalah Jeno, ia lalu kembali menutup matanya berharap mimpi indahnya bisa ia lanjutkan, namun yang ia dapat selanjutnya malah sebuah jentikan di dahinya yang mulus.

Sarafnya bergerak mengangkat kepalanya dari atas meja, dengan bibir tertekuk Dinda mengelus-ngelus jidatnya yang terasa sakit. Saat matanya sudah benar-benar terbuka semua, tubuh nya seketika menegang.

"Siapa Jeno-Jeno?" lelaki berpakaian serba hitam itu berucap sambil melipat kedua tangannya di dada.

Terdiam kaku, tangannya masih menempel dijidat dengan mulut menganga. Nyawanya yang belum sepenuhnya sadar seakan hilang di telan mimpi.

Benaknya berputar, kenapa bisa ayahnya disini? Kemana Jeno? Dan kenapa ia dengan gamblangnya menyebut nama Jeno didepan ayahnya! Kiamat.

"Itu...." Dinda gugup, mati kutu, otaknya tidak bisa berfikir akan alasan apa yang bisa ia berikan.

"Itu... Itu tukang galon yang tadi ada di mimpi aku!" seru Dinda sambil mengangkat tangannya keatas.

Damar menatap dengan alis berkerut, wajahnya sangat menggambarkan ketidak percayaannya dengan apa yang dikatakan anak perempuan nya ini.

Dinda mencoba untuk memulihkan kesadarannya. Seperti orang bodoh matanya kembali membulat saat tersadar bahwa yang dihadapannya ini memang benar-benarlah ayahnya.

"Lah?! Ayah? Kok bisa tiba-tiba disini!"

Dua hari yang lalu saat mereka telponan, ayahnya bilang baru bisa pulang bulan depan. Tapi kenapa sekarang sudah ada dihadapannya?

Damar merentangkan kedua tangan dengan senyum yang memekar Indah. Dinda yang paham maksudnya pun berhambur memeluk ayahnya erat.

"Kamu nggak kangen ayah hm? Melek mata yang disebut malah cowok lain, ayah cemburu nih.." Dinda hanya tertawa menghadapi rajuk candaan ayahnya.

"Ayah kok bisa tiba-tiba disini? Katanya baru bisa pulang bulan depan.."

"Ayah boongin kamu, sengaja pengen ngasih kejutan, tapi pas ayah dateng kamu malah lagi tidur, Bunda juga nggak ada di rumah." Jelas Damar.

"Yah... Gagal dong suprise nya.. Ahahaha, mau diulang nggak?" kini Dinda yang meledek ayahnya saat pelukan mereka berdua sudah terlepas.

"Alah ngapain, udah ayok bantuin ayah rapihin barang aja."

Dinda kembali tertawa, diikuti ayahnya yang juga ikut tertawa. Sebelum membantu ayahnya Dinda memilih untuk merapihkan buku-bukunya yang berserakan sementara ayahnya pergi ke kamar mandi.

Saat mengangkat buku tugasnya sebuah kertas terhempas jatuh kelantai, buru-buru Dinda memungutnya, takut jika ayahnya tiba-tiba keluar dan melihat kertas tersebut.

Senyumnya merekah, efek dari hatinya yang menghangat setelah membaca tulisan bertinta hitam yang terukir di kertas atas kertas putih bergaris itu.

Ineffable • Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang