13 - Ditolak

148 34 12
                                    

"Tadi ngomong apa lu Jen, sama Dinda?" ledek Jaemin cengengesan sambil nepuk pundak Jeno yang berjalan tetap disebelahnya.

Sebelum menjawab Jeno sempat menatap Jaemin nyalang, "Kepo." katanya.

"Kesian anak orang jadi dihukum gara-gara bengong sepanjang pelajaran pak Nampar." kata Jaemin lalu sedikit mempercepat langkahnya meninggalkan Jeno yang mematung ditempat. Jaemin sudah menduga anak itu pasti akan terkejut.

"Boong lu?!" kini Jeno sudah menyamakan langkahnya dengan Jaemin.

Jaemin mengangguk mantap, "Sekarang dia lagi diruang guru ngambil soal tugasnya."

Sepanjang perjalanan menuju kantin Jeno berfikir, apa yang harus ia lakukan sekarang? Menghampiri Dinda atau membiarkannya? Tapi jelas-jelas ini semua salah dirinya.

"Woy Eric, bolos lu ya?" seru Jaemin saat sudah ikut bergabung dimana anak-anak perkumpulannya duduk. Pojok kantin merupakan tempat favorit mereka.

Jeno masih diam tanpa suara, dia memang terbilang anak yang sedikit bicara di genk nya, tapi banyak bertindak kalau sudah dimedan tempur.

"Iya, males gua belajar Bahasa Inggris, nggak ngerti asu." balas Eric lalu kembali menyantap soto ayam yang dibelinya.

Jaemin hanya bisa menggelengkan kepalanya, tapi Haechan yang berada disebelah Eric menoyor kepala anak itu, "Lu mah kan emang oon, apa yang lu bisa? Godain cewek doang iya." katanya.

Eric tak terima, ia menggebrak meja membuat semua yang ada di atasnya bergetar. Biji bakso milik Hyunjin sampai melompat keluar dari mangkok akibat ulah Eric barusan, tentu saja hal itu membuat Hyunjin geram. Bakso berharganya terbuang sia-sia.

"Nggak elu, nggak Renjun, kerjaannya ribut mulu sama Haechan, ribut tuh sama lawan! Jangan sama temen bangsat!" Hyunjin membentak.

"Wayuluh.... Macan kita udah ngamuk," Ledek Mark yang memang suka ikut nimbrung bersama adik-adik kelasnya ketika istirahat.

Selanjutnya suara seruan melengking dari seseorang berhasil mengalihkan eksistensi semua orang ke orang tersebut. Jeno juga ikut menoleh karena ia tau betul suara siapa itu barusan.

Siapa lagi kalau bulan Olla dan anak genk nya.

"Hai guys, eh ada Bang mark tumben ikut ngumpul kesini, anak angkatannya pada kemana?" seru Olla yang baru saja tiba sambil mengambil tempat kosong yang ada disebelah Jeno.

Mark tersenyum, ia memang termasuk anak yang ramah disekolah. Walaupun latar belakangnya ia merupakan anak yang bar-bar, ia tetap ramah kepada siapapun yang menyapanya, kenal tidak kenal pun pasti akan ia berikan senyuman.

"Pada sibuk ngerjain tugas yang belum selesai, biasa lah... Anak-anak akhir kelas mah tanggungannya banyak." jelas Mark.

"Abang nggak ikut ngerjain?" Kini giliran Melly kawan Olla yang bertanya.

"Udah dong... Kita mah boleh bandel, tapi bego jangan. Itu pesen dari abang, jangan dilupain." Mark berucap, sambil menunjuk otak dengan jari telunjuknya.

Semua tidak bereaksi yang aneh-aneh, beberapa dari mereka ada yang berseru menanggapi perkataan Mark, tapi sebagian lainnya hanya diam karena mereka tau sifat Mark sedari awal mereka mengenal orang itu.

Walau nakal, ia tetap menjaga kepintarannya dan optimis menghadapi apapun, katanya sih nggak mau buat orang tuanya sedih. Jadi dia tetep bisa seneng-seneng dan orang tuanya juga bisa seneng sama prestasi dia.

Semodel kaya Jeno, cuma Jeno masih suka masa bodoan. Tapi orangtua nya seneng karena dia pinter nya di bidang matematika yang mana matematika tuh pusat dari segala jurusan. Orangtua nya jadi seneng sama dia.

Ineffable • Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang