Bagas dan Widya baru saja akan menikmati semangkuk mie ayam, saat Andira dan Farah datang. Keduanya tersenyum lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan dua sahabatnya itu. Merasa formasi mereka tidak lengkap, Bagas celingukan. Sambil mengaduk mie yang terlihat menggiurkan di depannya, pemuda itu memandang sang kekasih.
"Kayla, mana? Kok enggak sama kalian?" Bagas lalu menggulung mie kemerahan miliknya masih sambil menatap Farah.
"Biasa, shalat dhuha dulu." Farah lalu menyeruput es jeruk yang sebelumnya memang sudah dipesan oleh Bagas untuk dirinya. Memesankan makanan atau minuman yang sama, memang sudah menjadi kebiasaan Bagas. Sekalipun sang kekasih belum datang.
"Rayhan ke mana? Enggak sama kalian?" Kini giliran Andira yang bertanya, sambil memandang kedua sahabatnya secara bergantian. Bagas dan Widya menggeleng lantaran sibuk dengan makanan masing-masing. Andira mendengus kesal. Pesan darinya belum juga mendapat balasan dari Rayhan. Padahal, sudah centang dua, sudah biru pula.
"Makannya pelan-pelan, atuh, Gas. Kamu kayak orang kalap aja," tegur Farah yang sudah mulai menyantap makanannya.
"Belepotan, tuh." Farah mengambil dua lembar tisu dan mendekatkannya ke bibir Bagas.
"Makasih, Farah." Bagas menghentikan suapannya lalu menerima tisu itu dan mulai mengelap sudut bibir. Farah tersenyum manis.
Andira melirik kedua sejoli itu sebelum akhirnya beranjak dari kursi. Gadis itu berniat memesan makanan untuk dirinya sendiri lantaran Rayhan dan Kayla tidak kunjung terlihat. Namun, belum sampai melangkahkan kaki, Rayhan sudah muncul di hadapannya. Pemuda itu tampak kesal karena kejadian di toilet tadi.
Andira menatap pemuda di depannya seolah meminta penjelasan atas keterlambatan datang ke kantin. Seolah peka, Rayhan memasang senyum terbaiknya lalu mengusap puncak kepala gadis itu.
"Maaf, tadi ada urusan dikit. Kamu duduk aja. Biar aku yang pesan. Mau apa?"
Andira kembali duduk dan tersenyum simpul. "Bakso sama es tehnya dua, Mas."
Bagas, Farah, dan Widya yang mendengar perkataan Andira pun tertawa. Mereka kompak memandang Rayhan dengan tatapan meledek. Seolah Rayhan memang cocok menjadi Mas-Mas tukang bakso. Rayhan berdecih lalu segera pergi dari tempatnya berdiri. Ia akan memesan tiga mangkuk bakso dan tiga gelas es teh. Pemuda itu tahu betul bahwa dua yang Andira maksud adalah untuk Kayla dan gadis itu sendiri.
***
Kayla menyusuri koridor menuju kantin. Gadis itu tahu bahwa Andira dan yang lainnya, kecuali Rayhan, pasti sudah menunggu. Sebisa mungkin ia menghilangkan raut sedih akibat kalimat Rayhan yang menyakiti hatinya. Sambil memasang senyum tipis, Kayla menghampiri meja di mana kelima orang yang dikenalnya duduk bersama.
Setelah tadi sempat berdiam diri beberapa menit saat mengembalikan mukena ke kelas, hatinya cukup lega. Setidaknya untuk menyiapkan mental, bertemu kembali dengan Rayhan. Sambil menarik ujung lengan baju untuk menutupi jejak tangan Rayhan, Kayla menyapa sahabat-sahabatnya. Tentu saja langsung disambut senyuman oleh mereka. Terutama Andira.
"Shalat dhuha apa semedi? Lama banget," celetuk Widya disertai tawa kecil. Kayla ikut terkekeh lalu duduk di samping gadis itu. Masih enggan untuk sekadar melirik pemuda yang duduk di samping Andira, yang secara otomatis, berada tepat di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kayla in Love (END)
SpiritualKayla tidak pernah memikirkan apa kata orang lain tentangnya. Allah Maha Mengetahui, dan itu sudah cukup baginya. Hijrah mungkin mudah, tapi istiqamah itu yang sering kali susah. "Kamu pakai rok?" "Kamu enggak pakai make up, ya?" "Masa sih kamu engg...