Tepat pukul tujuh, seluruh mahasiswa baru (maba) berkumpul di sebuah aula. Sebagai penghuni baru di kampus, tentu saja ada perasaan gugup dan takut. Tak terkecuali Kayla dan kelima sahabatnya.
Hari ini dan seterusnya, Kayla berangkat ke kampus bersama Andira. Wajar lantaran mereka tinggal seatap. Dan beruntungnya Kayla tak perlu khawatir terlambat tiba di kampus. Bukan hanya karena kendaraan yang digunakan oleh Andira, melainkan juga karena kebiasaan gadis itu.
Kayla masih bisa bersyukur meski Andira terbilang malas mandi dan betah berlama-lama di kamar mandi. Gadis itu tidak punya riwayat langganan dihukum lantaran datang terlambat.
"Lihat, tuh, Kak Haris! Mukanya jutek banget, serem," kata Farah setengah berbisik pada Andira, membuat Andira bergidik ngeri.
Seandainya semua lelaki di dunia ini seperti Kak Bara batin Andira.
"Ada apa, Far?" tanya Kayla sambil membetulkan letak papan namanya yang terbuat dari kardus.
"Farah ngatain Kak Haris," Widya yang berada di sebelah Farah menyahut.
"Enggak, Kay. Cuma ngomongin fakta." Farah berdecak sebal dan disambut tawa kecil Andira. "Bantuin, kek. Malah ngetawain."
"Ghibah, dong." Sahutan Kayla membuat tawa Andira semakin keras, mengundang Widya untuk ikut tertawa. Sampai-sampai para maba lainnya yang berada di sekitar mereka menatap heran.
"Kenapa ketawa? Ada yang lucu?" Tiba-tiba seorang pemuda berbadan tegap mendekat. Tatapannya tajam dan menusuk. Siapa pun yang ditatap seperti itu, pasti langsung terdiam dan menunduk. Sialnya yang ditatap saat ini adalah Andira dan Widya.
"Mati aku," kata Andira dengan sangat pelan sambil menunduk. Seumur-umur baru kali ini dia ditegur seperti itu.
"Maaf, Kak."
"Saya perlu jawaban, bukan permintaan maaf." Haris sedikit merendahkan suaranya sambil menatap Andira yang baru saja selesai bicara.
"Salah melulu perasaan," umpat Widya dan parahnya itu terdengar oleh Haris.
"Kalian berdua, maju!" perintah Haris dan seketika membuat Andira gugup bukan main. Dari kejauhan Rayhan merasa kasihan. Tapi, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Mau jadi pahlawan kesiangan? Yang ada justru dia juga terkena hukuman.
"Adik-adik," sapa Haris yang terdengar begitu berwibawa dan tegas tentunya. Bola matanya menyapu seisi aula membuat siapa saja langsung menundukkan kepala, takut.
"Kalian mau hiburan?" lanjut Haris, mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi itu.
Tatapan semua maba tertuju pada dua gadis yang berdiri di depan. Sudah ada Andira dan Widya yang terdiam sambil mencuri pandang ke arah pemuda di sampingnya. Jika Andira tidak berani menatap orang-orang di depannya, lain halnya dengan Widya. Gadis itu dengan santai dan seolah tanpa merasa malu menatap seseorang yang berdiri di antara barisan maba. Matanya memicing selama beberapa saat.
"Lihat apa kamu?" Haris bertanya, tapi terkesan membentak.
Widya sontak menoleh. "Bukan apa-apa, Kak."
"Enaknya dikasih hukuman apa, Kak?" tanya Haris pada Chelsea yang berdiri tak jauh darinya. Chelsea tersenyum kecil pada pemuda itu.
"Nyanyi, Dik!" perintah Chelsea yang tak langsung ditanggapi kedua gadis itu.
"Yang lain aja, deh, Kak." Chelsea membulatkan matanya mendengar Widya yang justru meminta kompensasi.
"Wah! Udah berani nyuruh-nyuruh, ya? Merasa hebat?" Andira memejamkan mata berharap Widya tidak membuka suara seenaknya. Ia ingin secepatnya terbebas dari hukuman konyol ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kayla in Love (END)
EspiritualKayla tidak pernah memikirkan apa kata orang lain tentangnya. Allah Maha Mengetahui, dan itu sudah cukup baginya. Hijrah mungkin mudah, tapi istiqamah itu yang sering kali susah. "Kamu pakai rok?" "Kamu enggak pakai make up, ya?" "Masa sih kamu engg...