Udara pagi saat subuh-subuh seperti ini merupakan hal yang sangat disukai Kayla. Seperti biasa, ia baru saja selesai melaksanakan salat subuh yang diawali dengan sunnah qabliyah subuh. Tak lupa juga membaca Al-Qur'an, meski hanya dua lembar. Dalam kebaikan, lebih baik sedikit tapi berkelanjutan, daripada banyak tapi sangat jarang dilakukan.
Sambil memejamkan mata, Kayla menghirup udara kota Bandung yang masih cukup sejuk. Embun-embun yang membasahi tanaman semakin membuat suasana menjadi sangat tepat untuk dinikmati.
Selama tinggal di rumah Andira, Kayla menempati sebuah kamar di lantai dua. Kamar dengan dominasi abu-abu itu dulunya merupakan kamar Bara, kakak Andira. Pemuda tampan yang terkenal banyak bicara itu sudah lama berpulang ke pangkuan Sang Pencipta.
Bara Atmajaya. Sosok penyayang dan sangat perhatian pada Andira. Setiap Andira menangis, ia selalu menjadi bahu paling kokoh sebagai sandaran. Setiap Andira kesepian, peluknya selalu menjadi yang terhangat. Sungguh seorang kakak idaman.
Itulah mengapa susah sekali bagi Andira menemukan sosok penggantinya. Sampai akhirnya saat duduk di bangku SMP, ia bertemu Rayhan. Pemuda pertama yang membuatnya jatuh cinta. Pemuda yang menyatakan perasaannya saat memutuskan bersekolah di SMA yang sama. Andira menemukan sisi kehangatan dalam diri pemuda itu.
"Fotomu sama A Ali mana?" Tiba-tiba sudah muncul Andira dari balik pintu dan sukses mengejutkan Kayla. Kebiasaan, tidak mengetuk pintu atau mengucapkan salam terlebih dulu. Mau menegur, Kayla tidak enak hati, sebab gadis itu tuan rumahnya.
Kayla mendengkus pelan, lalu mengambil ponselnya di atas nakas. "Buat apa?" tanya Kayla sebelum memberikan ponsel itu ke tangan Andira. Andira yang sudah antusias mengubah raut wajahnya.
"Udah kamu unggah di Instagram atau belum?" Andira balik bertanya, menatap Kayla sebentar lalu duduk di ujung kasur.
"Belum ... sepertinya enggak akan," sahut Kayla lalu meletakkan ponselnya di samping Andira. Andira mengernyitkan dahi lalu mengambil ponsel itu, menjelajahinya kemudian tersenyum.
"Biar aku yang meng-upload foto ini, nanti aku tag kamu."
Mendengar penuturan sang sepupu, Kayla hendak merebut kembali ponselnya. Ia benar-benar tidak ingin foto itu dilihat banyak orang. Ia merasa ... malu. "Jangan—"
"Enggak ada penolakan," kata Andira dengan penekanan pada setiap kata. Gadis itu kembali menjelajahi isi ponsel Kayla. Ia mengirimkan foto itu ke ponselnya melalui aplikasi berbalas pesan. Dengan lincahnya, jari-jari Andira, lalu beralih pada ponsel yang baru saja dikeluarkan dari saku celana. Sebuah senyum puas tercetak pada bibirnya sebelum akhirnya mengembalikan ponsel Kayla.
"Jangan lupa nanti ke kampus jam tujuh!" kata Andira sambil melangkah keluar lalu menutup pintu.
"Perasaan aku, deh, yang tadi malam mengingatkannya supaya berangkat lebih pagi," kata Kayla pelan.
***
Waktu menunjukkan jam sembilan lebih tiga puluh lima menit. Ali dan Willy berjalan beriringan menuju ruangan masing-masing. Jika Ali sibuk membalas sapaan rekan kerjanya, lain dengan Willy. Pemuda itu sudah sibuk dengan ponsel.
Saat ini Willy hendak mencari-cari akun Instagram milik Kayla. Ia memang tak cukup pintar. Ia bahkan belum tahu nama Kayla dan hanya iseng mencari nama Kayla di kotak pencarian. Beberapa detik kemudian, sebuah notifikasi muncul di layar ponsel pemuda itu. Ia langsung membukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kayla in Love (END)
SpiritualKayla tidak pernah memikirkan apa kata orang lain tentangnya. Allah Maha Mengetahui, dan itu sudah cukup baginya. Hijrah mungkin mudah, tapi istiqamah itu yang sering kali susah. "Kamu pakai rok?" "Kamu enggak pakai make up, ya?" "Masa sih kamu engg...