Semua persiapan sudah selesai dilakukan. Hari yang ditunggu sudah tiba. Jumat pagi, bertempat di sebuah gedung, para tamu undangan berkumpul. Menjadi saksi hari bahagia Kayla dan Ali.
“Saya nikahkan engkau, Ali Muhammad Thalib bin Rauf Hidayatullah dengan adik kandung saya, Kayla Ramadhani binti almarhum Hadi Sujono, dengan mas kawin berupa uang tujuh juta rupiah, dibayar tunai!” ucap Hikam dengan mantap.
“Saya terima nikahnya, Kayla Ramadhani binti almarhum Hadi Sujono, dengan mas kawin tersebut, tunai!” Dengan satu kali tarikan napas, Ali berhasil mengucap qabul.
“Bagaimana, saksi? Sah?” tanya penghulu sambil menoleh menghadap para saksi.
“Sah!” seru semua orang yang ada di sana. Bukan hanya para saksi yang duduk tak jauh mengelilingi meja penghulu, melainkan seluruh tamu undangan.
“Kalau begitu, pengantin perempuan sudah bisa dibawa ke sini,” kata penghulu.
Farida yang duduk di samping sang suami berdiri, menghampiri Kayla yang masih berada di dalam ruang rias. Wanita itu tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya sampai mengeluarkan air mata haru. Ia langsung memeluk Kayla yang duduk di ranjang bersama Husna.
“Menantu Mama, yuk, keluar! Kamu sudah sah menjadi istri Ali.” Farida mengusap lengan Kayla masih sambil menitikkan air mata bahagia.
“Alhamdulillah. Kita sudah sah juga jadi besan,” celetuk Husna untuk mencairkan suasana. Farida terkekeh.
'Ya Allah, aku deg-degan banget mau ketemu A Ali' batin Kayla sambil berdiri, lalu berjalan keluar kamar dengan diapit sang ibu dan sang ibu mertua.
Begitu Kayla muncul di hadapan para tamu, semua mata tertuju pada gadis itu. Hal itu benar-benar membuat degup jantung Kayla semakin kencang. Inilah yang ia antisipasi sebelumnya, mendapat perhatian dari semua orang, termasuk tamu laki-laki. Karena itulah, ia memutuskan untuk memakai niqab. Ia ingin hanya Ali seorang yang melihat riasan wajahnya.
Semua tamu undangan langsung berdiri memandang Kayla yang tampak sangat anggun dengan gaun pengantin lebar. Tidak memperlihatkan lekuk tubuhnya sama sekali.
Ali yang juga berdiri menyambut sang istri, terpesona. Sepasang mata pemuda itu tak sedikit pun lepas dari gadis cantik yang kini sudah berdiri di hadapannya. Ia baru tersadar saat pembawa acara meminta mereka berdua untuk saling memasangkan cincin pernikahan.
Farida pun membuka kotak cincin biru tua yang sudah disiapkan di meja, lalu menyodorkannya kepada Ali. Ali segera mengambil salah satu dari cincin berwarna silver di dalamnya. Tangan kirinya meraih tangan kanan Kayla, melingkarkan cincin berlian tadi di jari manis gadis itu. Kayla pun melakukan hal yang sama, memasangkan cincin pada jari manis Ali. Tentunya dengan perasaan campur aduk dalam diri gadis itu. Bukan hanya Kayla, Ali pun sama. Degup jantung pemuda itu semakin kencang saat Kayla dengan malu-malu menyambut uluran tangannya. Kayla mencium punggung tangannya dengan takzim.
Setelah Kayla melepas tangannya dan kembali berdiri tegak, Ali menangkup kedua pipi gadis itu. Ia menatap dalam kedua mata gadis itu. Kemudian, dengan sedikit membungkukkan badan, ia mencium kening Kayla. Satu detik, dua detik, tiga detik, belum juga wajahnya menjauh. Hal itu membuat teman-temannya yang berkesempatan hadir, bersorak.
“Woy! Kelamaan,” seloroh Willy sambil menahan tawa.
Mendengar itu, Ali pun menjauhkan wajahnya dari Kayla. Kayla yang juga sejak tadi memejamkan mata menikmati kecupan itu, tersadar. Gadis itu menunduk malu. Sementara Ali bersikap santai sambil mengusap puncak kepala gadis itu. Ia benar-benar dibuat gemas melihat betapa polosnya sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kayla in Love (END)
EspiritualKayla tidak pernah memikirkan apa kata orang lain tentangnya. Allah Maha Mengetahui, dan itu sudah cukup baginya. Hijrah mungkin mudah, tapi istiqamah itu yang sering kali susah. "Kamu pakai rok?" "Kamu enggak pakai make up, ya?" "Masa sih kamu engg...