Para mahasiswa yang tergabung dalam UKM fotografi baru saja keluar dari ruang rapat. Tadi Haris meminta seluruh anggota untuk mengumpulkan tugas yang ia berikan. Haris bersyukur, tidak ada anggota yang tidak mengumpulkan tugas. Semua disiplin dan melaksanakan tugasnya dengan baik. Pemuda itu juga cukup puas dengan hasil hunting anggotanya. Terlebih pada Kayla dan Andira yang memiliki ide paling anti-mainstream.
"Kamu berbakat, Ra," pujinya pada Andira yang keluar paling akhir.
Andira menoleh dan tersenyum canggung pada kakak tingkatnya itu. "Makasih, Kak. Aku emang hobi dari dulu."
"Bagus. Tingkatkan terus! Siapa tahu ke depannya kamu bisa jadi ketua UKM kita."
"Aamiin."
Dari kejauhan, Rayhan yang melihat sang kekasih tersenyum bersama laki-laki lain, cemburu. Ia semakin tidak tenang jika terus-menerus membiarkan gadis itu jauh darinya. Ia benar-benar takut kehilangan. Sangat takut. Dengan langkah tergesa-gesa, pemuda itu menghampiri Andira yang tampak akan memanggil Kayla.
Kayla memang keluar lebih dulu lantaran ingin segera melaksanakan shalat dhuhur. Jadi, gadis bertubuh langsing itu menunggu di luar ruang rapat. Setidaknya ia akan memberitahu Andira terlebih dulu bahwa ia tidak ikut ke kantin.
Andira sontak menoleh saat merasakan tangan kirinya dicekal cukup kuat oleh seseorang. "Kamu ngagetin aja, sih. Kenapa, Ray?"
"Ikut aku!" Tatapan mengintimidasi dari Rayhan membuat Andira mau tak mau menurut. Toh, beberapa hari ini ia sibuk merapikan tugas UKM-nya sebelum dikumpulkan pada Haris. Bahkan, ia sudah jarang mengangkat telepon pemuda itu.
Sementara Kayla yang tak menyadari kepergian sang sepupu, beranjak dari depan ruang rapat. Gadis itu menuju kelas untuk mengambil mukena dan segera ke masjid kampus. Ia sudah membayangkan betapa segarnya air wudhu yang akan membasuh wajah.
***
Bagas, Farah, dan Widya yang sedang asyik berbincang di salah satu meja kantin, dibuat terkejut oleh kedatangan dua sejoli di hadapan mereka. Rayhan memang membawa Andira ke sana usai berbincang cukup lama di depan toilet tak terpakai. Tampak wajah muram dari Andira begitu duduk di depan Farah. Sedangkan Rayhan tampak tak peduli dan langsung berlalu memesan makanan.
"Kenapa, Ra?" tanya Farah yang melihat sahabatnya tidak dalam keadaan yang baik-baik saja. Andira mendongak menatap gadis yang sedang menikmati milkshake stroberi itu. Andira menggeleng pelan.
"Ah, pakai rahasia-rahasia sekarang. Kalian lagi berantem, ya?" Giliran Widya yang bertanya lalu menyuapkan bakso terakhirnya.
"Yang aku lihat, kalian udah enggak kayak dulu, lho. Ada apa? Cerita aja, Ra. Kami, kan, sahabat kamu." Bagas memandang Andira dengan raut serius.
"Mulai, deh, Bagas, penyakit keponya keluar. Aku cuma ada sedikit masalah sama Rayhan. Masalah biasa." Andira lalu terkekeh. Ketiga sahabatnya saling melirik lalu ikut terkekeh.
"Cemburu lagi?" tebak Bagas dan langsung diangguki oleh Andira.
"Cemburu aja terus," kesal Widya yang bersamaan dengan datangnya Rayhan. Rayhan mengangkat sebelah alisnya menatap satu per satu sahabatnya. Kemudian pemuda itu duduk di hadapan Widya. Tepat di samping Andira. Ia meletakkan semangkuk bakso dan segelas es jeruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kayla in Love (END)
EspiritualKayla tidak pernah memikirkan apa kata orang lain tentangnya. Allah Maha Mengetahui, dan itu sudah cukup baginya. Hijrah mungkin mudah, tapi istiqamah itu yang sering kali susah. "Kamu pakai rok?" "Kamu enggak pakai make up, ya?" "Masa sih kamu engg...