27. Kayla is Different

665 54 2
                                    

Kayla baru saja keluar dari ruangan dosen pembimbing UKM Menulis. Gadis itu tampak sangat lega. Sang dosen yang tak kalah killer dari dosen Ekonomi, mengaku suka dengan hasil musikalisasinya. Tadi ia memang menunjukkan video yang ia buat sendiri di taman belakang rumah Andira. Ia merekamnya menggunakan tripod.

"Gimana kata beliau, Kay? Bagus, 'kan? Bagus, dong," oceh Andira yang memang sejak tadi menunggu di depan ruangan.

"Alhamdulillah. Tinggal siapin mental."

"Ah, aku, mah, yakin kalau kamu bisa taklukin panggung. Cukup bismillah dan pede aja," kata Farah menyemangati. Ia sengaja ikut menunggu Kayla lantaran Widya sibuk berlatih di ruang musik.

"Ngomong, mah, enak, Far. Kamu, kan, enggak ikut UKM apa pun. Jadi, enggak bisa ngerasain gugupnya Kayla."

"Enggak gitu juga, kali, Ra. Gini-gini dulu aku, kan, sekretaris OSIS. Jangan lupa, aku juga kekasih hati salah satu anggota BEM," balas Farah dengan bangga.

"Bagas aja enggak pernah bangga-banggain label dia sebagai anggota BEM, malah kamu yang pamer." Andira menjitak pelan kepala Farah.

"Udah, ah. Jadi enggak, nih, ke kantinnya?" lerai Kayla yang mulai bosan mendengar perdebatan kecil kedua gadis itu.

"Jadi, atuh," sahut Andira dan Farah bersamaan, seolah lupa dengan cekcok tidak berfaedah mereka. Urusan perut memang terkadang bisa menyatukan dua kutub yang berlawanan.

***

Ahmad duduk di kantin kampus sambil memainkan ponsel. Pemuda itu cukup jenuh lantaran pesanannya tak kunjung datang. Ia lalu iseng membuka feed akun Instagram milik sang kakak. Melihat-lihat unggahan sang kakak.

K

edua alisnya hampir bertautan saat melihat unggahan sekitar satu bulan yang lalu. Ia memang hampir tidak pernah membuka akunnya meski memiliki pengikut yang cukup banyak. Jadi, ini merupakan pertama kalinya ia mendapati unggahan itu, foto siluet dengan latar belakang tribun VVIP sebuah stadion.

"Kenapa, Mad?" tanya salah seorang temannya.

"Woy! Ditanya malah diam aja," tegur teman Ahmad yang lain. Pemuda itu kemudian melihat layar ponsel Ahmad. "Abangmu tumben posting foto begituan? Itu cewek, bukan?"

Teman Ahmad yang pertama kali bertanya pun ikut memperhatikan layar ponsel pemuda itu. "Iyalah itu cewek. Mana ada cowok pakai jilbab?!" sarkasnya, lalu menjitak kepala si penanya.

"Pakai jilbab?" gumam Ahmad pelan masih sambil memperhatikan foto gelap yang diunggah oleh Ali. Di sana memang tidak menampakkan wajah orang yang menjadi objek foto, hanya terlihat jilbab lebar yang tertiup angin. Ia yakin bahwa sang kakak sudah menyunting pencahayaan foto itu.

"Abangmu udah punya pacar baru, ya, Mad?"

"Iya, tuh, kayaknya. Siapa, Mad?" desak teman Ahmad yang satu lagi saat melihat Ahmad terdiam beberapa saat.

'Pacar baru? Pantas aja A Ali enggak mau datang ke acara pertunangan Teh Fira minggu lalu dan malah nyuruh aku' batin Ahmad.

"Enggak tahu. A Ali enggak cerita apa-apa," pungkas Ahmad kemudian memasukkan ponsel ke saku. Pemuda itu lalu tersenyum kepada pemilik kantin yang baru saja membawakan mie kuah dan es jeruk pesanannya.

***

"Ibu kenapa ngelamun di sini?" Hikam yang melihat sang ibu duduk seorang diri di teras pun mendekat. Laki-laki itu duduk di samping sang ibu.

Kayla in Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang