35. Kayla's Feeling

625 49 0
                                    

“Bikin surprise, tapi gagal.” Wajah Ali berubah lesu, membuat Haris mengernyitkan dahi.

“Gagal gimana, Bang? Emang acara apa?”

“Aku ngajak Kayla ke sana. Duh, jadi malu aku.” Ali berkelakar.

“Kayla? Malu kenapa?” Haris semakin heran. Tidak pernah ia melihat Ali sampai malu hanya karena urusan perempuan.

“Aku nyatain perasaan sama Kayla. Tapi dia belum ngasih jawaban juga sampai sekarang.” Ali menghela napas dalam-dalam. “Jumat lalu, aku minta tolong sama Andira buat ngajak Kayla ke stadion. Tapi pas aku cari, aku enggak nemuin Kayla. Kata Andira, Kayla datang, tapi pergi sama temannya. Percobaan pertamaku gagal.”

“Seniat itu, Bang? Kenapa enggak datang aja ke rumah Andira? Ngomong langsung.”

“Gimana mau ngomong langsung? Setelah aku nyatain perasaan, Kayla menghindar dari aku selama seminggu. Makanya aku minta tolong sama Andira. Alhamdulillah, percobaan kedua berhasil, tadi aku udah ngobrol sama Kayla.”

“Bang Ali suka sama Kayla?! Serius?!”

“Bukan suka, tapi cinta.”

“Ya itu maksudku. Lagian Bang Ali, nih, kayak enggak tahu Kayla aja. Dia, kan, emang pemalu banget. Aku yakin, pas disuruh tampil musikalisasi waktu itu juga dipaksa sama dosen. Kalau enggak, mana mau dia.”

“Terus, aku harus gimana? Kamu, kan, biro jodoh. Kasih saran, kek.”

“Gimana, ya? Aku juga baru nemu cewek kayak Kayla. Enggak bisa kasih saran. Intinya, jangan perlakukan dia kayak Bang Ali perlakukan Fira dulu. Mereka jauh berbeda.”

Ali mendesah. “Ternyata kayak gini rasanya digantungin,” gumamnya.

“Enggak enak, ya? Emang harusnya cepat-cepat diangkat, keburu kehujanan!” Haris tertawa.

“Dipikir jemuran.” Ali menyandarkan punggungnya di sofa, sedangkan Haris masih tertawa.

***

Kayla tak mau terlalu tinggi memuji, takutnya lupa bahwa ada Yang Maha Tinggi. Ia tak mau berlebihan dalam mencintai, sebab bisa saja berubah menjadi benci. Jika membenci sesuatu pun, tak ingin membenci terlalu dalam, sebab bisa saja berubah menjadi cinta yang datang tanpa perlu meminta untuk digenggam. Sebab Allah Maha membolak-balikkan hati.

Yang Kayla tahu, ada dua hal yang bisa dilakukan perempuan ketika jatuh cinta, menunggu atau menyatakan. Seperti Siti Khadijah r.a yang memilih menyatakan dan Fatimah Az-Zahra yang memilih menunggu, mencintai dalam diam. Namun, kebanyakan orang mengatakan bahwa menunggu itu melelahkan, sedangkan menyatakan itu memalukan. Padahal, dua cara itu dapat menghindarkan diri dari berpacaran.

[Nanti malam kamu sibuk, enggak?]

Pesan singkat dari Ali itu membuyarkan lamunan Kayla. Sebuah senyum manis menghiasi bibir gadis itu. Jika dulu pesan dari Ali terasa biasa saja. Kini, sangat berbeda. Pesan sesingkat itu saja sudah membuat jantungnya berdegup kencang.


[Enggak. Kenapa, A?]

[Datang ke Chokafe, ya.]

[Insya Allah.]


Kayla tidak menunggu pesan balasan dari Ali. Gadis itu keluar dari room chat mereka, lalu mematikan data ponsel. Ia segera mengambil mukena untuk melaksanakan shalat dhuha di masjid kampus.

Seperti biasa, Kayla berjalan santai dengan langkah cepat. Namun, kali ini ia merasa risih dengan tatapan yang mengarah padanya. Tatapan dari tiga gadis yang dilewatinya tidak seperti biasa. Bahkan, mereka berbisik-bisik dengan ekor mata melirik padanya.

Kayla in Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang