Pertandingan hampir usai saat sebuah panggilan masuk ke ponsel Kayla. Ada nama sang kakak di sana. Meskipun berisik lantaran para penonton tak henti-hentinya bersorak dan menyanyikan chant, Kayla tetap menggeser tombol hijau. Sang kakak jarang meneleponnya dan ia tak ingin membuat pemuda itu menunggu.
"Ya Allah, Kay. Berisik banget, sih. Kamu lagi di mana ini? Kalau mutar musik, tuh, jangan kencang-kencang!" Hikam langsung mengoceh panjang lebar setelah mengucapkan salam dan dijawab oleh Kayla dengan volume yang cukup besar.
"Di stadion, Kak."
"Hah?! Kamu sama siapa? Ngapain ke sana?" Itu suara Husnul. Ibunda Kayla itu terdengar khawatir lantaran ia tahu betul bahwa Kayla tidak suka keramaian.
"Eh, Ibu. Sama teman, kok, Bu. Di VVIP, aman."
Kayla mencoba menenangkan kedua orang yang paling ia sayangi di seberang sana. Meskipun jarang menelepon, bukan berarti mereka tidak peduli. Hanya saja, mereka ingin Kayla lebih fokus pada kuliahnya. Pun dengan Kayla, ia tidak ingin mengganggu sang kakak yang sibuk bekerja. Belum lagi laki-laki itu harus menghidupi anak dan istri. Sebuah tanggung jawab yang tidak bisa dianggap enteng.
"Goool ...!" Ali dan Ahmad beserta seisi stadion berteriak, membuat Kayla terkejut.
"Siapa itu, Kay? Kamu sama laki-laki?!"
"I---iya, Bu. A Ali sama adiknya." Kayla menggigit bibir bawahnya, takut sang ibu marah.
"Ali siapa, Kay? Penulis? Ngarang lagi, nih, kamu?" Terdengar kekehan dari Hikam di seberang sana.
"Enggak ngarang, Kak. Orangnya ada di sebelahku, nih."
"Kenapa, Kay?" Ali menoleh dan Kayla menunjuk layar ponselnya.
"Ibu sama kakakku enggak percaya kalau aku lagi di sini bareng A Ali."
"Halo, Kay? Kamu masih di situ?"
Ali mendekatkan dirinya dengan ponsel Kayla. "Halo, Bang. Saya benaran Ali. Kami enggak cuma berdua, sama adik saya juga," sapa Ali ramah sambil tersenyum, meski Hikam tidak bisa melihatnya.
"Ini benar Ali, penulis itu?!" tanya Hikam setengah berteriak lantaran senang bisa mendengar suara sang idola.
"Iya. Tante dan Abang tenang aja, insya Allah Kayla aman sama saya."
Sebelum obrolan semakin panjang, Kayla menyudahi panggilan. Lagipula, announcer di lapangan mulai bersuara. Pertandingan sudah usai dengan kemenangan tuan rumah atas lawannya. Menjadi penutup malam Kayla yang berwarna karena kehadiran Ali. Sesuatu yang masih tidak dapat ia percaya. Duduk bersama idola para pecinta sepak bola.
"Ayo pulang!" ajak Ali sambil menoleh dan kembali mengenakan masker abu-abunya. Kayla tersenyum dengan sorot mata yang sudah mulai meredup karena kantuk.
"Lewat sini, Teh," kata Ahmad sambil berjalan menuju pintu keluar dari tempat VVIP.
"Dingin. Kamu pakai aja."
Kayla terkejut saat Ali tiba-tiba berhenti dan memakaikan jaket ke tubuh kecilnya. Jaket itu memang tadi dilepas oleh Ali saat pertandingan babak kedua dimulai. Kayla yang tidak tahu harus bereaksi seperti apa, hanya diam. Tidak bisa memungkiri bahwa jaket abu-abu itu memang berhasil menghangatkan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kayla in Love (END)
SpiritueelKayla tidak pernah memikirkan apa kata orang lain tentangnya. Allah Maha Mengetahui, dan itu sudah cukup baginya. Hijrah mungkin mudah, tapi istiqamah itu yang sering kali susah. "Kamu pakai rok?" "Kamu enggak pakai make up, ya?" "Masa sih kamu engg...