Seperti sebelum-sebelumnya, pada hari Kamis setiap dua minggu sekali, kampus Kayla mengadakan khataman Al-Qur'an. Haris dan Devan juga ikut di dalamnya. Maklum, Devan juga tergabung dalam BEM dan menjadi wakil Haris di bidang keagamaan. Selain itu, Devan juga memiliki suara yang merdu saat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
"Ya Allah ... suaranya, idaman banget," gumam Widya sambil mendengarkan suara indah Devan melalui pengeras suara yang memang dipasang di setiap kelas. Gadis itu sampai tidak fokus pada laptop di depannya.
"Woy! Ngelamunin Bang Devan, ya? Hayo ngaku!"
Widya yang terkejut dengan kedatangan Bagas dari arah belakang pun memelototkan mata. Ia menggaruk-garuk tengkuk sambil menetralkan kegugupannya. Sementara tangan kiri gadis itu pura-pura membolak-balik buku tebal di samping laptop Rayhan.
"Eng--enggak, kok. Nih, mending kamu bantuin aku ngerjain tugas. Catat poin-poin penting dari halaman yang ini!"
Bagas menaikkan sebelah alis kemudian menyambar buku tebal yang ditunjuk Widya. Pemuda yang tadi sibuk bermain PES itu mulai membaca kalimat per kalimat di dalamnya. Sebenarnya ia kesal juga pada Rayhan yang jarang sekali membantu mereka menyelesaikan tugas kelompok. Rayhan terlalu sibuk dengan pikirannya mengenai Andira.
Seperti saat ini, Rayhan yang baru saja selesai bermain Mobile Legend, masih berkutat dengan ponsel. Berkali-kali ia menghubungi nomor Andira. Tak lupa, belasan pesan pun dikirim oleh pemuda berperawakan tinggi itu. Kekhawatirannya bertambah saat tak ada satu pun panggilan yang dijawab dan pesan yang dibalas. Jangankan dibalas, dibaca pun tidak.
Di tengah kebingungan, sudut mata Rayhan mendapati Andira yang sedang berjalan melewati kelasnya. Gadis itu tampak memperhatikan hasil jepretannya sambil sesekali menoleh ke samping. Di saat itulah tawa renyah Andira terdengar. Sangat jelas lantaran tempat duduk Rayhan berada di dekat pintu.
Rayhan segera keluar menyusul gadis yang seharian ini belum mengabarinya itu. Tangannya terkepal kuat begitu melihat sosok yang berjalan santai di samping sang kekasih. Dengan emosi yang sudah berada di ubun-ubun, pemuda itu mengejar Andira.
"Ikut aku!" Rayhan mencekal kuat pergelangan tangan Andira hingga gadis itu meringis.
"Ada apa, Ray? Andira kesakitan, tuh." Haris yang tadinya memperhatikan hasil jepretan Andira ikut menoleh. Ia terkejut dengan kedatangan Rayhan yang tiba-tiba.
"Apa urusan Bang Haris? Andira pacar saya. Enggak usah ikut campur!"
"Ray--han. Sakit."
Rayhan tak menghiraukan rintihan Andira dan menggandeng gadis itu meninggalkan Haris. Mereka menyusuri koridor yang lengang dan berhenti di depan toilet tak terpakai. Andira langsung mengusap pergelangan tangannya yang terasa berdenyut. Sebulir air mata jatuh membasahi pipi gadis itu.
"Maaf, Sayang. Aku--"
"Kamu kenapa, sih, Ray? Kasar banget! Kamu juga udah ngomong enggak sopan sama kakak tingkat."
"Kamu belain Bang Haris? Kamu suka sama dia?!"
"Enggak gitu, Ray. Kamu udah keterlaluan."
Rayhan diam sesaat. Pemuda itu mencoba mengendalikan emosi. "Maaf, aku lepas kendali. Aku ngelakuin ini karena terlalu takut kehilangan kamu, Sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kayla in Love (END)
SpiritualKayla tidak pernah memikirkan apa kata orang lain tentangnya. Allah Maha Mengetahui, dan itu sudah cukup baginya. Hijrah mungkin mudah, tapi istiqamah itu yang sering kali susah. "Kamu pakai rok?" "Kamu enggak pakai make up, ya?" "Masa sih kamu engg...