41. A Surprise After Graduation (2)

743 58 0
                                    

Tubuh Kayla cukup lelah lantaran harus berjam-jam menggunakan high heels selama acara wisuda pagi tadi. Kini, gadis itu duduk sambil memijit kakinya di sofa ruang tengah. Ia menikmati teh hangat buatannya sendiri untuk menemani malam yang dingin.

“Lho, kok, masih di sini? Ganti baju, gih!” tegur Hikam yang sudah terlihat tampan dengan kemeja batik.

“Dari tadi Kakak, Ibu, Kak Aira, bahkan Andira, nyuruh aku ganti baju melulu. Ada apa, sih?” Kayla kesal sendiri lantaran terus saja mendengar ocehan dari keluarganya usai shalat isya’ berjamaah tadi.

“Kalau disuruh itu menurut, Nak. Tidak usah banyak bertanya.” Husna yang baru keluar dari kamar menyahut. Wanita yang keluar bersama Aira dan Diza itu juga tampak rapi dengan gamis batik.

“Ini ... semuanya mau ke mana? Rapi banget, mau kondangan?” Kayla mengernyitkan dahi.

“Udahlah, Mas. Kasih tahu aja mendingan. Daripada Kayla enggak mau ganti baju.” Aira memandang sang suami.

“Jangan, dong, Sayang. Nanti enggak jadi surprise.”

Kayla yang mengernyitkan dahi dibuat semakin bingung saat melihat Andira turun dari kamar mengenakan gamis batik. Belum hilang kebingungannya, Burhan dan Mita yang baru duduk di hadapannya juga mengenakan batik yang sama.
Kayla tersenyum canggung. “Ini mau pada ke mana, Om, Tante? Kayla bingung.”

“Nanti kamu juga tahu. Ganti baju dulu, gih! Om sama yang lain tunggu kamu di ruang tamu.”

“Bajunya udah Kakak taruh di tempat tidur kamu,” imbuh Aira saat Kayla beranjak dari sofa.

Kayla mengangguk saja. Gadis itu berpamitan dengan sopan kepada orang-orang yang sudah berpakaian rapi itu. Dalam pikirannya masih dipenuhi tanda tanya besar. Apalagi ketika sampai di kamar dan mendapati baju yang sudah disiapkan Aira untuknya. Sebuah gamis batik cantik, tapi berbeda dengan yang dikenakan oleh semua anggota keluarganya.

Tidak ingin membuat yang lain menunggu lebih lama, Kayla segera berganti pakaian. Gadis itu sedikit memoleskan lip tint merah muda yang kemarin sore dibelikan oleh Andira. Ia tidak tahu mengapa kemarin sang sepupu bersikeras membelikan pemoles bibir itu. Bahkan, Andira memaksanya untuk memakai lip tint itu khusus saat acara wisuda pagi tadi dan malam ini. Padahal, sebelumnya sang sepupu tidak pernah memaksanya dalam hal riasan wajah.

Kayla sudah bergabung di ruang tamu saat Ali dan keluarganya datang. Hal itu semakin menambah kebingungan di benak Kayla. Apalagi keluarga Ali juga memakai pakaian yang seragam. Jika keluarga Kayla dan Andira memakai batik Kawung, keluarga Ali memakai batik Mega Mendung.

Yang membuat Kayla semakin terkejut, keluarga Ali membawa beberapa seserahan. Tidak banyak, hanya sekitar lima keranjang. Namun, itu saja sudah membuat Kayla bertanya-tanya dalam hati. Apalagi saat memandang Ali yang mengenakan pakaian berwarna serupa dengannya, biru pastel, tak berhenti mengulum senyum manis. Senyuman yang mampu membuat jantung Kayla berdebar-debar.

Semua pertanyaan dalam benak Kayla terjawab saat Rauf mengatakan tujuan kedatangannya. Tubuh Kayla menegang mendengar kata “melamar” yang diucapkan oleh Rauf. Akankah secepat ini? Pasalnya, baru dua bulan lalu Ali mengutarakan niat untuk menikahinya. Apakah ia sudah siap? Pertanyaan itu muncul begitu saja di pikiran Kayla.

“Semua kami serahkan kepada Kayla,” kata Burhan, lalu memandang Kayla yang menautkan jemari.

“Gimana, Kay? Apa kamu menerima lamaran aku?” tanya Ali, masih dengan senyumnya yang manis. Keberadaan tahi lalat di dagu membuatnya semakin manis.

Kayla menoleh ke arah sang ibu dan sang kakak, yang dibalas dengan senyuman lebar. “Aku menerima lamaran Aa.”

Ucapan hamdallah memenuhi ruangan itu. Udara yang dingin kontras dengan kehangatan di rumah itu. Semua berbahagia mendengar jawaban dari Kayla. Meskipun dalam hati Kayla sendiri masih dilanda keterkejutan, bibirnya tak kuasa menolak. Bagaimana ingin menolak? Hatinya sudah jelas jatuh pada Ali.

Kayla in Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang