7. Dedek🍃

21 2 0
                                    

Tidur kembali atau bangun untuk mewujudkan mimpi?

SM, 12 November 2019

Happy reading!

Lala menatapnya dengan maksud mau bertanya untuk apa. "Ini sebagai tanda, karena hari ini detik ini juga gue dan lo resmi jadi----"

Ucapannya terhenti karena semua mata tertuju pada mereka. Tapi, setelah itu ia memilih melanjutkan ucapannya dan menghiraukan pasang mata mereka yang melihat tepat pada kalung yang masih tergantung di tangannya.
"Jadi sahabat sejati! Abaikan kata love you-nya! Emang nggak ada yang best friend." Lanjutnya yang tentu saja membuat pengunjung patah hati dengan lanjutan ucapannya.

"Dengan senang hati, Lala menerimanya." Ucap Lala, lalu mengambil kalung yang diberikan Saga.

"Dedek patah hati bang!" Suara pengunjung lain pada temannya, melirik ada Saga dan Lala.

"Sabar yah Dedek!" Balas temannya yang juga ikut andil berakting.

Mereka hanya tersenyum melihat reaksi pengunjung lain.

Santapan mi-pun segera habis, Lala menuangkan air di gelas mereka. Pengunjung sudah mulai pergi, tinggal ia dan Saga yang duduk setia menatap hari yang semakin senja.

"Apa menurut lo tentang senja?"

"Senja adalah saat di mana ketenangan tiba. Bagi Lala senja itu indah, ia menyingkirkan kesedihan karena ditinggal matahari tapi dengan sinarnya membuat kesedihan itu berubah menjadi senyuman." Ujarnya menatap pada senja.

***
Setelah mandi, Aldi menghampiri Sarah yang sedang
membaca majalah di teras lantai dua. Sarah menyadari kedatangan Aldi, namun ia tetap fokus pada makalahnya.
"Ma,"

"Hmm,"

"Minta lagi Lala untuk kerja---"

"Enggak!" Potong mamanya yang sudah tahu alur bicara Aldi.

"Ma!" Rayunya dengan nada lirih.

Sarah meletakkan majalah nya kasar ke meja.
"Sekali Mama bilang enggak, yah enggak Aldi!"

"Lala lagi butuh duit, Ma. Aldi kayak gini karena Aldi kasihan. Liat dia, Ma! Dia nggak punya siapa-siapa, tempat mengadu pun tidak punya---"

"Stop Aldi. Keputusan Mama nggak bisa diganggu." Ujarnya Lalau pergi. Belum sempat menjauh dari anaknya. Aldi sudah kembali bicara sehingga membuatnya berhenti dan membalikkan badannya.

"Oke tapi Mama juga jangan menyesal kalau Aldi lebih memilih tinggal dengan Papa dibanding Mama!" Sebenarnya ia tidak mau bicara seperti itu pada mamanya tapi, ia tidak punya pilihan untuk meluluhkan hati mamanya.

Soal Papanya Aldi, mereka sudah berpisah sejak Aldi masih berumur 5 tahun. "Maaf, Ma. Tapi, Aldi merasa terkekang di sini. Aldi harus nurutin perkataan Mama, tanpa Mama pernah tanya sekali saja, apa yang Aldi suka dan benci. Yang Mama pikirkan hanya yang Mama suka. Mama bilang itu Aldi ikutin, Mama suruh itu Aldi nggak nolak, Mama bilang jangan, Aldi nggak pernah membantah, karena apa? Karena Aldi nggak mau buat Mama sedih. Tapi semakin Aldi turutin, semakin yakin kalau Aldi ini robot yang Mama kendalikan. Aldi pengen seperti anak lain yang bebas, sedangkan Aldi hidup dalam bayang-bayang Mama. Aldi sudah dewasa, Ma. Aldi tahu yang mana yang baik buat Aldi." Sarah tertegun dengan perkataan Aldi, apa aku terlalu mengekang anakku? Tapi ini untuk kebaikannya. "Sekali saja, Ma, Aldi mohon turutin yang Aldi mau!"

"Tapi Lala nggak baik buat kamu!" Lirihnya lembut.

"Dari segi mana, Mama katakan dia nggak baik? Dia mandiri, dia kerja buat hidupnya di kota dan buat biaya sekolahnya. Mama pilih Aldi meninggalkan Mama atau Aldi bersama Mama dengan izinkan Aldi membantu Lala dan dekat dengannya!"

Sarah tidak bisa berkata-kata lagi, ia sudah kalah berargumen dengan anaknya. Tapi ia masih tidak memberi jawaban, ia tidak mau Aldi meninggalkannya tapi ia juga tidak mau Aldi bersama Lala. "Mama tetap pada pendirian Mama!" Ucapnya keukeuh dan membiarkan Aldi kecewa padanya.

Ini yang terbaik untukmu, Al!

Aldi pun ikut pergi, tapi ia menuju kamarnya dan memasukkan pakaiannya ke koper dengan muka masam.
"Kamu mau ke mana, Aldi?" Tanya Sarah saat Aldi menarik kopernya melintas di hadapannya.

"Sesuai pilihan Mama,"

Sarah tidak menyangka anaknya bisa senekat ini.
"Oke, Mama turuti permintaan kamu." Akhirnya jawaban yang ditunggu-tunggu terucap.

"Makasih, Ma!" Ujarnya sambil memeluk Sarah.

Tapi, tidak akan lama.

***
Setelah mengunci pintu, Lala berjalan menuju pangkalan ojek. Motornya masih macet sehingga ia harus naik angkutan umum.
Suara klakson motor membuat jantung Lala berdetak kencang tiba-tiba.
"Ayo, La!" serunya tiba-tiba.

Lala hanya mengernyit bingung dengan sikap Fahri yang begitu aneh. Sungguh aneh!

"Rumah gue sama lo 'kan nggak terlalu jauh, motor lo rusak. Mau nggak?"

Lala melihat jamnya yang sudah menunjukkan jam tujuh lewat lima dan itu berarti duapuluh lima menit laggi, masuk. Hari senin biasanya angkutan umum penuh belum lagi harus Menganti karena macet yang panjang.

"Iya, Kak."

Lala sangat takut, jika nanti Vivi melihatnya bersama Fahri, ia akan salah paham. Di setiap jalan ia selalu melihat kanan-kiri untuk berjaga bila ada Vivi.

"Kak aku berenti sini aja!" Lala menepuk pundak Fahri yang membuatnya berhenti tidak jauh dari gerbang.

"Makasih, Kak!"

"Nanti pulang sekolah ikut gue! Bantuin nyari kado buat adek gue yang lagi ulang tahun. Bisa?"

Lala ingin menolaknya karena jika sahabatnya melihatnya akan salah paham. Tapi, sejenak ia terpikir, jika membantunya sebagai ucapan terima kasih.
"Oke,"

Lapangan yang luas dan diisi pepohonan yang di bawahnya terletak bangku, dimanfaatkan siswa untuk sekadar duduk atau berpacaran. Di salah satu bangkunya, ada Aldi dan Kiya yang sedang asik mengobrol, entah sejak kapan mereka kembali akrab. Di depan kelas yang raja dan ratunya ribut ini, Lala masuk dan duduk di bangku pertama bersama Vivi dan Vita yang sedang asik bercerita.

"Eh Lala, lo kemarin sama Saga yah?" Tanya Vita dengan nada menggoda karena baru kali ini ia melihat Lala begitu dekat dengan laki-laki selain Aldi.

Lala hanya mengangguk sambil mengambil bukunya.
"La please deh kalo lagi kumpul jangan belajar dulu! Kita main yes or no aja!"

"Oke gue pertama tanya sama Vivi. Yes or no kalo lo beneran cinta sama Kak Fahri dan lo bakal ngejar dia sampai ke mana pun dia pergi?"

"Yes," Ucapnya tanpa berpikir sejenak.

"Lala! Yes Or no lo suka sama Saga?"

Lal terdiam sejenak berkutat dengan pikurannya, jika ia berbohong Vita akan tahu, yah itulah kelebihannya yang tidak terduga. "No,"

"Bohong--" Ucapnya terhenti dengan kedatangan Yuni.

Alhamdulillah, selamat. Lala sendiri tidak tahu apa yang ia rasakan saat bersama Saga. Lala tidak mau mengakuinya karena mereka hanya sebatas sahabat saja.

Saga adalah sosok baru bagi Lala. Tapi, ia mampu menyihir Lala yang tak pernah akrab dengan laki-laki asing menjadi akrab dengannya. Hal aneh yang laki-laki itu lakukan mampu membuat Lala tertawa bahagia dan melupakan masalah yang ia hadapi.

See you🍃

Evolusi Waktu (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang